257 1.
Antara jumlah hutang yang tercantum dalam akta hak tanggungan atau akta pengakuan hutang dengan jumlah yang dimintakan
eksekusi tidak terdapat perbedaan yang secara rasio tidak dapat diterima. Adanya perbedaan jumlah hutang masih dimungkinkan asal
tidak bertentangan dengan kepatutan baik ditinjau dari jangka waktu penyelesaian hutang, bunga maupun biaya administrasi yang dipikul
oleh Pemberi Hak Tanggungan. 2.
Pemberi Hak Tanggungan dan Pemegang Hak Tanggungan menyetujui sepenuhnya jumlah yang tertera dalam rekening
pembukuan. 3.
Pemberi Hak Tanggungan menyatakan dalam akta hak tanggungan bahwa ia tunduk sepenuhnya dan akan menyetujui jumlah hutang
yang ditetapkan oleh Pemegang Hak Tanggungan, sebagaimana yang tertulis dalam rekening pembukuan.
336
Dengan demikian apabila timbul ketidakpastian mengenai jumlah hutang secara tidak langsung akan menghambat pelaksanaan eksekusi Sertifikat hak
tanggungan dikarenakan memungkinkan untuk mengajukan gugatan untuk menetukan jumlah utang yang pasti.
b. Hakim berwenang untuk menilai kemurnian bentuk grosse akta
Sebagaimana diketahui, Pasal 224 HIR mengakui adanya dua bentuk grosse akta yaitu grosse akta hipotekhak tanggungan dan grosse akta
pengakuan hutang.
336
Wawancara dengan hakim PN Senarang Nirmala Tgl. 19 Mei 2006
258 Penilaian terhadap bentuk grosse akta apakah telah memenuhi syarat
fomil berupa apakah terdapat title eksekutoril pada grossee akta tersebut,. Sedangkan syarat materiil adalah menyangkut substansi atau klausul yang
diperjanjikan serta prosedur pembuatan akta tersebut. Dua bentuk grosse akta sebagaimana ditentukan dalam Pasal 224 HIR
ini maka masing-masing mempunyai kemandirian, artinya tidak boleh dicampuradukkan. Grosse akta hak tanggungan harus murni dan berdiri
sendiri, demikian pula dengan grosse akta pengakuan hutang juga harus dibuat tersendiri terpisah dengan grosse akta hak tanggungan.
Kemurnian bentuk grosse akta ini penting yaitu agar tetap mempunyai kekuatan eksekutorial. Dengan kata lain pencampuran grosse akta yang berarti
sudah tidak murni lagi maka pengadilan memandang bahwa grosse akta tersebut mengandung cacat yuridis sehingga dinyatakan tidak mempunyai
kekuatan eksekutorial dan pemenuhan pembayarannya hanya dapat dilakukan dengan proses gugatan biasa.
Sehingga hakim diberi kewenangan untuk menilai terkait dengan kemurnian dari grosse akta, meskipun hal tersebut memang tidak menjadi
keharusan tapi keadaan tersebut perlu dilakukan demi asas kemanfaatan dan tujuan untuk memperlancar jalan proses eksekusi.
337
Kadang-kadang masih ada anggapan yang keliru dari masyarakat yakni menganggap bahwa grosse akta hak tanggungan merupakan kelanjutan dari
grosse akta pengakuan hutang. Anggapan yang keliru ini menyebabkan terjadinya pencampuradukan bentuk grosse akta, yaitu dengan mengeluarkan
337
wawancara dengan hakim PN Semarang, Sutoyo SH., tanggal 18 Mei 2006
259 lagi grosse akta hak tanggungan dan Sertifikat hak tanggungan padahal sudah
dibuat grosse akta pengakuan hutang terlebih dahulu. Pencampuran bentuk ini mengakibatkan bentuk grosse akta tidak
mempunyai kekuatan eksekusi dan pemenuhan hutang hanya dapat dilakukan melalui gugatan biasa.
338
Sebenarnya, apabila para pihak sudah memilih salah satu bentuk grosse akta, misalnya grosse akta Sertifikat hak tanggungan, maka tidak boleh lagi
perjanjian kreditnya dibebani dengan grosse akta pengakuan hutang. Apabila Pemegang Hak Tanggungan melihat bahwa perjanjian kredit yang kemudian
diikuti dengan pembuatan grosse akta pengakuan hutang dipandang kurang melindungi kepentingannya maka ia dapat melakukan pembaharuan
perjanjian, yaitu dengan cara secara tegas menyebutkan adanya pembaharuan perjanjian, membatalkan grosse aktanya dan mengalihkan pada grosse akta
yang baru. Jadi bentuk grosse akta harus selalu disebutkan. Dengan demikian ketidakmurnian bentuk grosse akta juga akan
menghambat pelaksanaan eksekusi Sertifikat hak tanggungan.
c. Kewenangan hakim untuk menilai kelengkapan dokumen grosse akta hak tanggungan.