Tahapan LelangPenjualan Umum Eksekusi Dengan Pertolongan Hakim.

131 b. Instansi kedua, pejabat pelaksana sita eksekusi, memerintahkan kepala desa mengumuman penyitaan berang yang telah disita dengan cara: i. Pengumuman menurut kebiasaan setempat; ii. Dengan maksud agar penyitaan diketahui secara luas oleh masyarakat sekitarnya. 89

d. Tahapan LelangPenjualan Umum

1. Pengertian Lelang Istilah lelang merupakan istilah hukum, untuk pemaknaannya terdapat beberapa pendapat. Dalam Pasal 1 Peraturan Lelang VenduReglement Staatbload 1908 Nomor 189 yang dimaksud dengan Penjualan Di muka Umum ialah pelelangan dan penjualan barang, yang diadakan di muka umum dengan penawaran harga yang makin meningkat, dengan persetujuan harga yang makin menurun atau dengan pendaftaran harga, atau dimana orang-orang yang diundang atau sebelumnya sudah diberi tahu tentang pelelangan atau penjualan, atau kesempatan yang diberikan kepada orang-orang yang berlelang atau yang membeli untuk menawar harga, menyetujui harga atau mendaftarkan P.L. 1b, 94,5. 90 89 M. Yahya Harahap, Ibid, Hal 23 90 H. Rochmat Soemitro, Peraturan Dan Instruksi Lelang, Eresco RS Bandung, 1987, Hal 1 132 Yang dimkasud dengan Penjualan di muka umum ialah pelelangan dan penjualan barang yang diadakan di muka umum dengan penawaran harga yang makin meningkat atau dengan persetujuan harga yang makin menurun, atau dengan pendaftaran harga, di mana orang-orang yang diundang atau sebelumnya sudah diberitahukan tentang pelelangan itu, diberikan kesempatan kepadanya untuk membeli dengan jalan : menawar harga, menyetujui harga atau dengan jalan pendaftaran. 91 Polderman seperti di kutib oleh H. Rochmat Soemitro memberikan makna sebagai penjualan umum merupakan alat untuk mengadakan perjanjian atau persetujuan yang paling menguntungkan untuk si penjual dengan cara menghimpun para peminat. Jadi menurut Polderman yang penting adalah menghimpun para peminat dengan maksud untuk mengadakan persetujuan yang paling menguntungkan bagi si penjual. Dan sebetulnya polderman memberikan 3 syarat yaitu: a. penjualan harus selengkap mungkin. b. ada kehendak untuk mengikat diri c. bahwa pihak lainnya pembeli yang akan mengadakanmelakukan perjanjian tidak dapat ditunjuk sebelumnya. 92 91 H. Rochmat Soemitro, Op. Cit, Hal 153 92 Ibid, Hal 154 133 Disamping definisi-definisi tersebut di atas Roell pada tahun 1932 memberikan pengertian Penjualan umum adalah suatu rangkaian kejadian yang terjadi antara saat di mana seseorang hendak menjual sesuatu barang atau lebih, baik secara pribadi maupun dengan perantaraan kuasanya dengan memberi kesempatan kepada orang- orang yang hadir melakukan penawaran untuk membeli barang-barang yang ditawarkan, sampai kepada saat di mana kesempatan itu lenyap”. 93 Sedangkan M. Yahya Harahap mengemukakan bahwa kalau Pasal 200 Ayat 1 HIR atau Pasal 215 Ayat 1 Rbg dikaitkan dengan Pasal 1 Peraturan Lelang LN. 1908 No. 189, akan dikemukakan pengertian yang sebenarnya dari penjualan lelang, yang dapat dirinci sebagai berikut : 1. Penjualan di muka umum harta kekayaan tergugat yang telah disita eksekusi. Atau dengan kata lain, menjual di muka umum barang sitaan milik tergugat debitor. 2. Penjualan di muka umum pelelangan hanya boleh dilakukan di depan juru lelang. Dengan kata lain, penjualan lelang dilakukan dengan perantaraan atau bantuan kantor lelang juru lelang; dan 93 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, PT. Gramedia, Jakarta, 1989, Hal 154 134 3. Cara penjualannya dengan jalan harga penawaran semakin meningkat, atau makin menurun melalui penawaran secara tertulis penawaran dengan pendaftaran. 94 2. Tata Cara Pelelangan Pejabat yang berwenang melelang menurut Pasal 1a Peraturan Lelang menentukan Penjualan di muka umum tidak boleh dilakukan kecuali di depan juru lelang. Dengan demikian apabila Pengadilan Negeri hendak melakukan eksekusi pembayaran sejumlah uang atau executorial verkoop, dia mesti meminta bantuan kantor lelang untuk menunjuk seorang pejabat juru lelang menjual barang yang disita. Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk melaksanakan sendiri pelelangan. Pengecualian tentu ada. Pasal 1 a itu sendiri mengatakan: “Dengan peraturan pemerintah penjualan lelang dapat dibebaskan dari campur tangan juru lelang”. Bahkan Pasal 200 Ayat 2 HIR atau Pasal 215 Ayat 2 Rbg, memberi kemungkinan penjualan dari campur tangan juru lelang, apabila jumlah yang dihukumkan kepada tergugat atau debitor tidak melebihi Rp. 300. 95 Di pihak yang menjual lelang atau pihak yang boleh menentukan syarat-syarat lelang, menurut ketentuan Pasal 1 b serta Pasal 21 Peraturan Lelang, ialah Pejabat, Instansi atau orang di tunjuk 94 M. Yahya Harahap,Ibid, Hal 103 95 M. Yahya Harahap, Op. Cit, Hal 104 135 undang-undang atau peraturan bertindak sebagai kuasa mewakili kepaniteraan dan kedudukan pemilik juru lelang. Sedangkan surat lampiran yang disampaikan kepada Kantor Lelang, jika Penjualan lelang berdasar Sertifikat hak tanggungan: a. sertifikat hak tanggungan b. somasi peringatan paling sedikit tiga puluh 30 hari sebelum pelelangan; c. pengumunan lelang dua kali diu surat kabar dengan tenggang waktu 15 hari; d. syarat penjualan lelang dari penjual; dan e. jumlah rincian utang perjanjian pengakuan utang. 96 3. Berita Acara Lelang Setelah pelaksanaan lelang dilakukan juru lelang sebagai pejabat Pelaksanaan Lelang sesuai dengan Pasal 35 Peraturan Lelang membuat berita acara lelang, karena berita acara lelang yang menjadi landasan otentiksitas lelang. Tanpa berita acara lelang, penjualan lelang dianggap tidak sah, dan berita acara lelanglah yang mempunyai kekuatan hukum otentik, untuk menjamin kepastian hukum. Bentuk dan isi Berita Acara Lelang terdiri dari: a. Bagian Kepala Berita Acara Bagian kepala berita acara memuat urutan rincian isi: 96 M. Yahya Haraqhap,Ibid, Hal 111 136 1 Tanggal, bulan, dan tahun “dengan huruf “; 2 nama kecil juru lelang atau kuasanya; 3 nama tempat kedudukan juru lelang atau kuasanya; 4. nama kecil pemohon eksekusi, pekerjaan dan tempat kediamannya; 5. nama atau kedudukan pihak penjual, dan atas dasar apa serta atas nama siapa penjualan lelang dilakukan, serta uraian tentang keyakinan juru lelang bahwa pihak penjual memang berhak untuk menjualnya; 6. tempat di mana penjualan dilangsungkan; 7. keterangan secara umum sifat barang yang hendak dilelang, dan bila barang yang hendak dijual lelang barang yang tidak bergerak, penyebutan letak lokasi; batas-batas atau status hak kepemilikannya harus menurut bunyi kata-kata bukti sertifikat pemilikkannya; 8. uraian tentang syarat-syarat penjualan lelang yang ditentukan pihak penjual lelang pihak pengadilan Negeri atau PUPN. b. Bagian Badan berita acara. Bagian badan berita acara memuat urutan rincian isi : 1. uraian jalannya pelelangan; 137 2. nama, pekerjaan, dan tempat tinggal pembeli lelang tempat di mana dilakukan penjualan lelang, jika pembeli lelang tidak tetap tempat kediamannya; 3. besarnya harga penjualan lelang dengan angka dengan penjelasan bahwa harga itu telah sesuai atau tidak dengan petokan harga yang diatur Pasal 9 c. Bagian kaki Berita Acara Bagian kaki berita acara memuat urutan rinci isi : 1. menyebut jumlah barang yang laku terjual; dan 2. menyebut sisa barang yang ada. 97 4 Penandatanganan Berita Acara Lelang: Pasal 28 Ayat 1 mewajibkan juru lelang atau kuasanya untuk menandatanganani setiap lembar berita acara lelang. Pada kalimat terakhir pasal tersebut dijelaskan apa maksud dan tujuan penandatangannan lembar-lembar berita acara. Yakni “sebagai pembenaran” berita acara. Kalau begitu, berpijak dari sudut penafsiran a contorario, terhadap lembar berita acara yang tidak ditandatangani juru lelang atau kuasanya dapat dianggap merupakan berita acara yang “tidak benar”. Berarti, jika juru lelang atau kuasanya lalai 97 M. Yahya Harahap Ibid, Hal 189 138 menandatangani selembar saja berita acara, dapat mengakibatkan penjualan lelang mengandung cacat yuridis. Akibatnya penjualan lelang dapat dibatalkan. 98

2. Eksekusi Parate