Tahapan Permohonan Eksekusi Sertifikat hak tanggungan Tahapan Peringatan Aanmaning

124

1. Eksekusi Dengan Pertolongan Hakim.

Proses eksekusi dengan pertolongan hakim diatur dalam Pasal 20 Ayat 1 huruf b UUHT menyebutkan: Title eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat 2, Selanjutnya dalam Pasal 14 UUHT disebutkan: Sertifikat sebagaiman dimaksud dalam ayat 1 memuat irah irah dengan kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASRKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Dalam ketentuan kedua pasal diatas dapat di artikan title eksekutoril yang tercantum dalam sertifikat hak tanggungan diartikan sebagai sama dengan putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum yang pasti sehingga dapat dilakukan eksekusi sebagaimana diatur dalam Pasal 224 HIR. Pelaksanaan eksekusi hak tanggungan dengan pertolongan hakim melalui beberapa tahapan yaitu:

a. Tahapan Permohonan Eksekusi Sertifikat hak tanggungan

Eksekusi berdasarkan pada Pasal 20 Ayat 1 huruf b UU HT jo Pasal 224 HIR atau 258 Rbg dimulai dengan adanya permohonan dari 125 Pemegang hak tanggungan kreditor kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat di mana obyek hak tanggungan berada, kecuali jika telah dipilih domisili yang tetap, maka permohonan eksekusi dapat diajukan kepada Pengadilan Negeri yang dipilih tersebut, dengan keharusan Ketua Pengadilan Negeri tersebut minta bantuan kepada Ketua Pengadilan Negeri dimana obyek hak tanggungan berada dan dalam pelaksanaan eksekusinya diatur dalam Pasal 190 HIR atau 206 Rbg. 84

b. Tahapan Peringatan Aanmaning

1. Pengertian Peringatan atau aanmaning merupakan salah satu syarat pokok eksekusi. Tanpa peringatan lebih dulu, eksekusi tidak boleh dijalankan. Dan seperti yang sudah dijelaskan, berfungsinya eksekusi secara efektif terhitung sejak tenggang waktu peringatan dilampaui. Sehubungan dengan masalah peringatan, akan diuraikan beberapa hal yang erat kaitannya dengan ruang lingkup peringatan itu sendiri, agar dapat mendudukannya dengan ketentuan Pasal 196 HIR atau Pasal 207 Rbg. Pertama-tama mari kita lihat apa arti pengertian dihubungkan dengan menjalankan putusan. Peringatan dalam kaitannya dengan menjalankan putusan ten uitvoerlegging van vonnissen merupakan 84 Habib Adji, Op. Cit, Hal 23 126 tindakan dan upaya yang dilakukan Ketua Pengadilan Negeri berupa teguran kepada tergugat agar tergugat menjalankan isi putusan pengadilan dalam tempo yang ditentukan oleh Ketua Pengadilan Negeri. 85 2. Tenggang Waktu Peringatan Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa peringatan atau teguran baru diperlukan apabila telah ternyata tergugat tidak mau menjalankan putusan secara sukarela. Menentukan ukuran kenyataan tergugat tidak mau menjalankan putusan secara sukarela tidak diatur dalam undang- undang. Namun demikian untuk menentukan ukuran kenyataan tidak mau menjalankan putusan secara sukarela dapat diambil landasannya berdasar jangka waktu yang patut reasonable. Seorang tergugat dianggap patut menjalankan putusan secara sukarela dalam waktu satu minggu atau sepuluh hari dari sejak tanggal putusan diberitahukan secara resmi kepadanya. Apabila sudah lewat seminggu atau sepuluh hari dari tanggal Pemberitahuan putusan namun tergugat tidak mau menjalankan putusan secara sukarela, maka tergugat sudah dapat 85 M. Yahya Harahap, Op. Cit, Hal 26-27 127 dianggap ingkar menjalankan putusan secara sukarela. Maka sejak hari itu sudah terbuka jalan untuk menempuh proses peringatan. Mengenai tenggang waktu peringatan, Pasal 196 HIR atau Pasal 207 Rbg menentukan batas maksimum. Batas Maksimum masa peringatan yang diberikan Ketua Pengadilan Negeri paling lama delapan hari. Dari batas maksimum masa peringatan, berarti Ketua Pengadilan Negeri boleh memberi batas yang kurang dari delapan hari, misalnya dua atau lima hari. Maksud memberikan batas masa peringatan, dapat digambarkan: - Dalam Batas waktu peringatan yang diberikan, tergugat diminta untuk menjalankan putusan secara sukarela. - Apabila batas waktu peringatan yang ditentukan dilampaui dan tergugat tetap tidak mau menjalankan putusan, maka sejak itu putusan sudah dapat dieksekusi dengan paksa. 86 3. Cara Melakukan Peringatan Menurut Pasal 196 HIR atau Pasal 207 Rbg, cara peringatan dilakukan Ketua Pengadilan Negeri setelah lebih dulu ada permintaan eksekusi dari pihak Penggugat pihak yang menang. Peringatan tidak dapat dilakukan Ketua Pengadilan Negeri secara ex officio. Peringatan tidak dapat dilakukan Ketua Pengadilan Negeri setelah dia menerima 86 M. Yahya Harahap, Ibid, Hal 26-27 128 pengajuan permintaan eksekusi dari pihak penggugat pemohon eksekusi. Selama belum ada permintaan eksekusi dari pihak penggugat, proses peringatan tidak dapat dilakukan. Sekiranya pihak penggugat tetap diam sekalipun tergugat belum mau menjalankan putusan secara sukarela, Ketua Pengadilan Negeri belum berwenang melakukan peringatan kepada tergugat. Pengajuan eksekusi yang menjadi prasyarat peringatan disampaikan oleh penggugat ke Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Pengajuan eksekusi dapat dilakukan : a. Penggugat pribadi; atau b. Kuasanya

c. Tahapan Sita