128 pengajuan permintaan eksekusi dari pihak penggugat pemohon
eksekusi. Selama belum ada permintaan eksekusi dari pihak penggugat, proses peringatan tidak dapat dilakukan. Sekiranya pihak
penggugat tetap diam sekalipun tergugat belum mau menjalankan putusan secara sukarela, Ketua Pengadilan Negeri belum berwenang
melakukan peringatan kepada tergugat. Pengajuan eksekusi yang menjadi prasyarat peringatan disampaikan oleh penggugat ke
Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Pengajuan eksekusi dapat dilakukan :
a. Penggugat pribadi; atau
b. Kuasanya
c. Tahapan Sita
Eksekusi
1. Pengertian Diatas sudah dijelaskan, bahwa apabila pihak yang kalah
tergugat tidak menghadiri panggilan tanpa alasan yang patut atau apabila dia tidak melakukan pembayaran sampai batas masa
peringatan, maka Pasal 197 Ayat 1 HIR atau Pasal 208 Ayat 1 Rbg memberi kewenangan ex officio kepada Ketua Pengadilan Negeri
untuk : a.
Memerintahkan sita eksekusi terhadap harta kekayaan tergugat; b.
Perintah sita eksekusi berbentuk surat penetapan; dan
129 c.
Perintah ditujukan kepada panitera atau juru sita.
87
2. Pelaksanaan Sita Eksekusi Berbicara mengenai makna sita eksekusi, dapat dijelaskan
dengan cara menghubungkan ketentuan Pasal 197 Ayat 1 HIR dengan Pasal 200 Ayat 1 HIR atau Pasal 208 Ayat 1 Rbg dengan Pasal 215
Ayat 1 Rbg. Dengan cara menghubungkan pasal-pasal dimaksud, akan dapat difahami arah makna sita eksekusi yang dapat dirangkum
sebagai berikut : a.
Sita eksekusi ialah penyitaan harta kekayaan tergugat pihak yang kalah setelah dilampaui tenggang masa peringatan;
b. Penyitaan sita eksekusi dimaksudkan sebagai penjamin jumlah
uang yang mesti dibayarkan kepada pihak penggugat; dan c.
Cara untuk melunasi pembayaran jumlah uang tersebut, dengan jalan menjual lelang harta kekayaan tergugat yang
telah disita.
88
3. Pengumuman Sita Eksekusi Sudah dijelaskan, bahwa agar sita eksekusi memiliki kekuatan
hukum mengikat mesti dipenuhi cara yang ditentukan Pasal 198 HIR atau Pasal 213 Rbg. Ketentuan ini pun berlaku terhadap lembaga sita
87
M. Yahya HarahapIbid, Hal 61
88
M. Yahya Harahap, Ibid, Hal 62
130 jaminan, seperti yang sudah dibahas pada pengkajian sah dan
berkekuatan mengikat sita jaminan. Mari kita lihat tata cara pengumuman sita eksekusi, khusus
mengenai sita yang diletakkan terhadap barang yang tidak bergerak. Sedang terhadap barang yang bergerak tidak diperlukan syarat
pengumuman sitanya. Itu sebabnya pada asasnya Pasal 198 Ayat 1 HIR atau Pasal 213 Ayat 1 Rbg ditujukan terhadap penyitaan barang
yang tidak bergerak. Syarat pengumuman yang terkandung di dalamnya merupakan syarat yang dilekatkan terhadap benda yang
tidak bergerak, terutama mengenai obyek “tanah”. Tata cara pengumuman sita yang ditentukan pasal tersebut terdiri dari dua
instansi : a.
Instansi pertama mendaftarakan berita acara sita di kantor yang berwenang untuk itu dengan cara “menyalin” berita acara sita
dalam daftar yang ditentukan: i.
Di kantor Pendaftaran Tanah Agraria, apabila tanah yang disita bersertifikat;
ii. Di Kantor kepala desa dalam buku letter C, apabila tanah
yang disita belum memiliki sertifikat; dan iii.
Mencatat jam, hari, bulan, dan tahun pengumuman penyitaan;
131 b.
Instansi kedua, pejabat pelaksana sita eksekusi, memerintahkan kepala desa mengumuman penyitaan berang yang telah disita
dengan cara: i.
Pengumuman menurut kebiasaan setempat; ii.
Dengan maksud agar penyitaan diketahui secara luas oleh masyarakat sekitarnya.
89
d. Tahapan LelangPenjualan Umum