Kreditor Pemegang Hak Tanggungan

27 dengan akta dibawah tangan atau harus dibuat dengan akta otentik, tergantung pada ketentuan hukum yang mengatur materi perjanjian itu.

5. Kreditor Pemegang Hak Tanggungan

Berdasarkan Pasal 8 Ayat 1 UUHT: Pemberi hak tanggungan adalah orang-perseorangan atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek hak tanggungan yang bersangkutan. Yang dapat jadi pemberi hak tanggungan adalah orang- perseorangan atau badan hukum Selanjutnya dalam Pasal 9 UUHT disebutkan: Pemegang hak tanggungan adalah orang-perseorangan atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang. Jadi yang dapat jadi pemegang hak tanggungan adalah perseorangan dan badan hukum. Kalau dalam perseorangan maka yang dapat jadi pemegang dan pemberi Hak tanggungan adalah setiap orang yang dianggap berwenang atau cakap melakukan perbuatan hukum dan tidak dikecualikan oleh peraturan yang berlaku. Berwenang disini mengandung arti bahwa orang tersebut dapat melakukan perbuatan hukum tertentu, yaitu menghadap dihadapan pejabat yang berwenang PPAT. 28 Sedangkan mengenai kreditor pemegang hak tanggungan yang berbadan hukum. Ketentuan dalam UUHT tidak membatasi bahwa perjanjian yang menimbulkan utang harus dibuat dalam wilayah hukum Indonesia menurut Penjelasan Pasal 10 Ayat 1 UUHT, dalam hal hubungan itu timbul dari perjanjian utang-piutang atau perjanjian kredit, perjanjian tersebut dapat dibuat didalam negeri atau diluar negeri. Sedangkan pihak-pihak dalam perjanjian utang tersebut bisa Orang- perseorangan asing atau badan hukum asing. Dalam penjelasan Pasal 10 Ayat 1 UUHT memberikan pembatasan apabila perjanjian itu dibuat oleh pihak-pihak yang merupakan orang-perseorangan asing atau badan hukum asing. Perjanjian kredit tersebut boleh dibuat oleh pihak-pihak yang merupakan orang-perseorangan asing maupun badan hukum asing sepanjang kredit yang digunakan untuk kepentingan pembangunan di wilayah Indonesia, yaitu apabila proyek yang didirikan tersebut yang dibiayai dengan kredit tersebut harus berupa proyek yang didirikan di wilayah Republik Indonesia. Ketentuan dalam UUHT tidak membatasi bahwa perjanjian yang menimbulkan utang harus dibuat dalam wilayah hukum Indonesia menurut Penjelasan Pasal 10 Ayat 1 UUHT dalam hal hubungan itu timbul dari perjanjian utang-piutang atau perjanjian kredit, perjanjian tersebut dapat dibuat didalam negeri atau diluar negeri. Sedangkan pihak-pihak dalam 29 perjanjian utang tersebut bisa orang-perseorangan asing atau badan hukum asing. Hak tanggungan sebagai lembaga jaminan hak atas tanah tidak mengandung kewenangan untuk menguasai secara fisik. Hak tanggungan dan menggunakan tanah yang dijadikan jaminan, tanah tetap berada dalam penguasaan pemberi hak tanggungan kecuali dalam keadaan yang disebutkan dalam Pasal 11 Ayat 2 huruf c, menyatakan bahwa janji memberikan kepada pemegang hak tanggungan berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi letak obyek hak tanggungan maka pemegang hak tanggungan dapat dilakukan oleh Warga Negara Indonesia, badan hukum dan dapat juga oleh Warga Negara Asing atau badan hukum asing.

6. Perseorangan sebagai Kreditor Pemegang Hak Tanggungan