KEBIJAKAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DILENGKAPI DENGAN BAHAN KAJIAN PERBANDINGAN
172
KEBIJAKAN PERUMUSAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DALAM HUKUM POSITIF SAAT INI
2011
perdagangan manusia telah diidentifikasi di 111 negara yang melaporkan data korban.
Perhatian dunia terhadap persoalan korban kejahatan menjadi perhatian serius Kongres PBB ke
12, pertanyaannya bagaimana kebijakan perumusan sistem pemidanaan negara di dunia terhadap posisi
korban yang seolah terabaikan ?
3. “Kebijakan Perumusan Perlindungan Korban Dalam Hukum Pelaksanaan Pidana”.
Kebijakan perumusan sistem pemidanaan yang berorientasi pada korban dalam hukum pelaksanaan pidana Tabel III menunjukkan
adanya keragaman “kelengkapan peraturan pelaksanaan”.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2008 tentang pemberian kompensasi, restitusi, dan bantuan kepada saksi dan korban. Bagian kedua pemberian restitusi dari
ketentuan Pasal 31 sampai dengan Pasal 33. a Pasal 31 1; “Pelaku tindak pidana danatau pihak ketiga
melaksanakan penetapan atau putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 30 dalam jangka waktu paling
lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal salinan penetapan pengadilan diterima. 2 Pelaku tindak pidana danatau
pihak ketiga melaporkan pelaksanaan Restitusi kepada pengadilan dan LPSK. 3 LPSK membuat berita acara pelaksanaan
KEBIJAKAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DILENGKAPI DENGAN BAHAN KAJIAN PERBANDINGAN
173
KEBIJAKAN PERUMUSAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DALAM HUKUM POSITIF SAAT INI
2011
penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1. 4 Pengadilan mengumumkan pelaksanaan Restitusi pada papan
pengumuman pengadilan”. b Pasal 32 1; “Dalam hal pelaksanaan pemberian Restitusi kepada
Korban melampaui jangka waktu 30 tiga puluh hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat 1, Korban,
Keluarga, atau kuasanya melaporkan hal tersebut kepada Pengadilan yang menetapkan permohonan Restitusi dan LPSK.
2 Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 segera memerintahkan kepada pelaku tindak pidana danatau pihak
ketiga untuk melaksanakan pemberian Restitusi, dalam jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal
perintah diterima”. c Pasal 33; “Dalam hal pemberian Restitusi dilakukan secara
bertahap, setiap tahapan pelaksanaan atau keterlambatan pelaksanaan harus dilaporkan Korban, Keluarga atau kuasanya
kepada pengadilan
yang menetapkan atau memutuskan
permohonan Restitusi”.
a. Badan Penyelesaian Sengketa KonsumenBPSK Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara
KEBIJAKAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DILENGKAPI DENGAN BAHAN KAJIAN PERBANDINGAN
174
KEBIJAKAN PERUMUSAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DALAM HUKUM POSITIF SAAT INI
2011
Pengajuan Keberatan
Terhadap Putusan
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
Pasal 52 UU 81999; “Tugas dan wewenang badan
penyelesaian sengketa konsumen meliputi : a. melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara
melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi; b. memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
k. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
konsumen; l. memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang
melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan
konsumen”.
Bab IV tentang Penetapan Eksekusi, Pasal 7 PMA;
ayat 1 “Konsumen mengajukan permohonan eksekusi atas putusan BPSK yang tidak diajukan keberatan kepada
Pengadilan Negeri di tempat kedudukan hukum konsumen ang bersangkutan atau dalam wilayah hukum BPSK yang
mengeluarkan putusan”. Ayat 2; “Permohonan eksekusi atas putusan BPSK yang telah diperiksa melalui prosedur keberatan,
ditetapkan oleh Pengadilan Negeri yang memutus perkara keberatan tersebut”.
b. Perlindungan Khusus Bagian Kelima Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002; LN 2002-109; TLN 4235 tentang
Perlindungan Anak, Pasal 64 1; “Perlindungan khusus bagi