KEBIJAKAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DILENGKAPI DENGAN BAHAN KAJIAN PERBANDINGAN
273
KEBIJAKAN PERUMUSAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DALAM HUKUM POSITIF YANG AKAN DATANG
2011
3.2. Sistem Pengawasan
Dalam Rancangan, ketentuan Pasal 273 sampai
dengan Pasal 279 yang berada di bawah bab tentang
“Pengawasan dan Pengamatan Pelaksanaan Putusan Pengadilan” merupakan sistem pengawasan untuk penjatuhan
pidana perampasan kemerdekaan, bukan untuk pidana ganti kerugian. Ketentuan yang sama juga ada dalam Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP. Sanksi “ganti kerugian” dalam ketentuan pasal 135
dan pasal 136 Rancangan yang berada di bawah bab tentang
“Putusan Pengadilan Tentang Ganti Kerugian Terhadap Korban” memuat berbagai substansi yaitu; pertama sanksi
ganti kerugian dijatuhkan bersama sanksi pidana lainnya
dikuatkan oleh pasal 136, kedua “pedoman pemberian
pidana” tentang; jika ganti kerugian tidak dibayar dan ketentuan jika terpidana berupaya menghindar untuk membayar ganti
kerugian, ketiga berkaitan langsung dengan ketentuan
“pengurangan masa pidana” dan “pembebasanpelepasan
bersyarat”, keempat ketentuan “pidana bersyarat”, kelima
“ganti kerugian” sebagai syarat khusus pidana bersyarat”. Tujuan menganalisis dua ketentuan di atas untuk
menegaskan apakah terdapat ketentuan mengenai sistem pengawasan bagi pidana ganti kerugian. Setelah dianalisis
KEBIJAKAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DILENGKAPI DENGAN BAHAN KAJIAN PERBANDINGAN
274
KEBIJAKAN PERUMUSAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DALAM HUKUM POSITIF YANG AKAN DATANG
2011
substansi ketentuan dua pasal tentang “ganti kerugian terhadap korban” tidak ditemukan ketentuan sistem pegawasan yang
dimaksud. Jika dikaitkan dengan rumusan ayat 1 Pasal 135; “Apabila terdakwa dijatuhi pidana dan terdapat korban yang
menderita kerugian materiel akibat tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa, Hakim mengharuskan terpidana
membayar ganti kerugian kepada korban yang besarnya ditentukan
dalam putusannya”,
sistem pengawasannya
pelaksanaan putusan ganti kerugian harusnya melekat dengan sistem pengawasan terhadap pidana perampasan kemerdekaan
dalam bab tentang; Pengawasan dan Pengamatan Pelaksanaan Putusan Pengadilan, Pasal 273 1; “Pada setiap pengadilan
harus ada paling sedikit 3 tiga hakim yang diberi tugas khusus untuk membantu ketua dalam melakukan pengawasan dan
pengamatan terhadap putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan. 2 Hakim sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 disebut hakim pengawas dan pengamat, ditunjuk oleh ketua pengadilan untuk paling lama 2 dua
tahun”. Ketentuan pasal ini mengatur secara khusus “sistem pengawasan” dan “pengamatan” terhadap putusan pengadilan
yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaanpenjara.
Kekhususan rumusan pasal ini Pasal 273 ayat 1 ada pada objek yang diawasidiamati. Kalau misalkan
KEBIJAKAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DILENGKAPI DENGAN BAHAN KAJIAN PERBANDINGAN
275
KEBIJAKAN PERUMUSAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DALAM HUKUM POSITIF YANG AKAN DATANG
2011
rumusan pasal tersebut berbunyi; ..... “melakukan
pengawasan dan pengamatan terhadap putusan pengadilan” tanpa kalimat yang menjatuhkan pidana perampasan
kemerdekaan, maka putusan “ganti kerugian” dengan sendirinya
“masuk dalam
sistem pengawasan
dan pengamatan”.
Dengan demikian
ke depan
perlu dipertimbangkan “standar kebijakan” untuk menentukan sistem
pengawasan bagi pelaksanaan putusan pengadilan.
KEBIJAKAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DILENGKAPI DENGAN BAHAN KAJIAN PERBANDINGAN
276
KEBIJAKAN PERUMUSAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DALAM HUKUM POSITIF KAJIAN PERBANDINGAN
2011
BAB V KEBIJAKAN PERUMUSAN SISTEM PEMIDANAAN
YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DALAM HUKUM POSITIF KAJIAN PERBANDINGAN
Penelitian terhadap Kebijakan Sistem Pemidanaan Yang Berorientasi
Pada Korban dalam kajian perbandingan berbagai negara diambil dari “Legal System of The World” yang terdiri dari;
1. Civil Law System, 2. Common Law System,
3. Religious Law System dan 4. Pluralistic System meliputi;
4.1. Civil Law and Common Law System, 4.2. Civil Law and Religious Law System,
4.3. Common Law and Religious Law System. Dari 6 enam “Sistem Hukum” tersebut diambil secara acak satu 1
negara dan ruang lingkup analisanya mencakup Kebijakan Perumusan Perlindungan Korban; “Dalam Hukum Pidana Materiil, Dalam Hukum
Pidana Formil dan Dalam Hukum Pelaksanaan Pidana” dan semuanya disusun
dalam Tabel
IV di
bawah ini.