Rupert Cross Menurut Rupert Cross dalam “Punishment Prison and The

KEBIJAKAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DILENGKAPI DENGAN BAHAN KAJIAN PERBANDINGAN 48 HAKIKAT PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA 2011 dengan menahan kemarahan, oleh Ustadh Mahmoud dijelaskan sebagai berikut; jika yang menerima ganti rugi berada di posisi yang sama dengan posisi korbannya dan matanya dicabut seperti yang terjadi pada korban tersebut mu’awadah, maka dua tujuan telah terpenuhi pada waktu yang sama. Pertama, kepentingan komunitas akan terlindungi dengan mencegah agresornya, sekaligus juga mencegah yang lain dengan contoh tadi. Kedua, agresor mempertinggi kepekaannya dengan pengalaman dia sendiri menimpakan penderitaan terhadap yang lain, dan dengan demikian menyadari sakitnya penderitaan tersebut dan besarnya kerugian yang telah ia perbuat. Uraian tentang qisas timbal balik; “mata dibalas dengan mata” Ustadh Mahmoud katakan, bahwa konsep tersebut memancar dari sumber kehidupan yang fundamental, karena konsep tersebut dapat dipahami oleh seluruh umat manusia, tanpa mempedulikan apa agama atau kepercayaan yang mereka anut. Dikatakannya, qisas dapat berfungsi melayani pelaku disatu sisi dan korban serta masyarakat umum di sisi lain.

1.3. Rupert Cross Menurut Rupert Cross dalam “Punishment Prison and The

Public” khusus mengenai “Penal Practice in a Changing Society” mengemukakan; That a fundamental re-examination of penal methods should concider, not only the obligations of society and the offender to one KEBIJAKAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DILENGKAPI DENGAN BAHAN KAJIAN PERBANDINGAN 49 HAKIKAT PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA 2011 another, but also the obligations of both to the victim. “The assumption that the claims of the victim are sufficiently satisfied if the offender is punished by society becomes less persuasive as a society in its dealings with offenders increasingly emphasizes the reformative aspects of punishment. Indeed in the public mind the interests of the offender may not infrequently seem to be placed before those of his victim. This certainly not the correct emphasis”. Rupert Cross mengemukakan, perlunya kajian ulang dan penetapan mendasar mengenai metoda penal, bukan hanya mendasarkan pada kewajiban sosial dan kewajiban pelaku tindak pidana atau lainnya, tetapi juga kewajiban keduanya terhadap korban. Asumsi bahwa tuntutan oleh korban akan cukup memuaskan jika pelaku tindak pidana dipidana oleh masyarakat, menjadi kurang meyakinkan masyarakat dalam hubungan dengan para pelaku, makin menambah penegasan pendapat mengenai pembaruan aspek-aspek pidana. Tentu saja kepentingan-kepentingan publik terhadap pelaku tindak pidana tampaknya jarang diperhatikan sebelum tindak pidana tersebut menimbulkan korban. Pasti ini menunjukkan tiadanya perhatian yang tepat. Dalam uraian di atas tampak bahwa Rupert Cross menekankan perlunya kewajiban masyarakat dan pelaku tindak pidana terhadap korban. Dalam hal tindak pidana dan korban perlu memperhatikan kepentingan-kepentingan masyarakat dan inilah yang oleh Rupert Cross katakan tiadanya perhatian terhadap korban secara tepat. KEBIJAKAN SISTEM PEMIDANAAN YANG BERORIENTASI PADA KORBAN DILENGKAPI DENGAN BAHAN KAJIAN PERBANDINGAN 50 HAKIKAT PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA 2011

1.4. H.L.A. Hart