Penyakit Infeksi Stafilokokus di Masyarakat

I. Penyakit Infeksi Stafilokokus di Masyarakat

Boils (bisul), Carbuncles ( Bisul), Furuncles , Abscesses ( abses) ICD-9 680, 041.1; ICD -10 L02;B95.6-B95.8 Impetigo ICD-9 684, 041.1;ICD-10 L01 Cellulitis ICD-9 682.9;ICD-10 L03 Staphylococcal Sepsis ICD-9 038.1;ICD-10A41A41.2 Staphylococcal Pneuminia ICD-9 482,4;ICD-10J15.2 Arthritis ICD-9 711.0,041.1;ICD-10 M00.0 Osteomylietis ICD-9 730,041;ICD-10 M86 Endocarditis ICD-9 421.0,041.1;ICD-10 133.0

1. Identifikasi

Infeksi bakteri pada kulit umumnya dalam bentuk impetigo, folliculitis, furuncle, carbuncle, abses dan luka lecet yang terinfeksi. Dasar dari lesi pada impegtigo dijelaskan pada seksi II, dibawah: sebagai tambahan sindroma “scalded skin” (luka Bakar) yang lain daripada yang lain disebabkan oleh strain Staphylococcus aureus, sebagian besar tergolong phage group II, yang memproduksi toksin epidermolitik. Lesi kulit bentuk lain adalah berupa lesi diskret dan terlokalisir. Gejala umum jarang ditemukan, jika lesi bertambah dan meluas, dapat timbul demam, mailase ( lesu), sakit kepala dan tidak nafsu makan. Biasanya tidak terjadi komplikasi, tetapi bila bakteri masuk aliran darah dapat memicu terjadinya pneumonia, abses pada paru-paru, osteomiielitis, sepsis, endokarditis, Pyarthrosis, meningitis atau abses otak. Sebagai tambahan pada infeksi primer kulit, staphylococcal conjunctivitis dapat terjadi pada bayi baru lahir dan pada orang tua. Staphylococcal pneumonia adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada influensa. Staphylococcal endocarditis dan kompikasi yang lain sebagai akibat dari staphylococal bacteremia karena akibat dari pemakaian obat terlarang melalui intravena atau karena infeksi nasokomial pada pasien yang dikateterisasi atau tindakan lain. Lesi emboli di kulit sering menimbulkan komplikasi berupa endokarditis , dan bakteriemia. Stafilokokus coagulase negative dapat menyebabkan terjadinya sepsis, meningitis, endokarditis atau infeksi saluran kemih dan makin sering ditemukan, biasanya disebabkan pemakaian alat-alat portesa dan pemakaian kateter. Diagnosa ditegakkan dengan adanya konfirmasi laboratorium dengan cara isolasi dari bakteri tersebut.

2. Penyebab Penyakit

Penyebab penyakit adalah bermacam-macam strain coagulase positive dari Stafilokokus auereus. Jika diperlukan, hampir semua strain dari Stafilokokus dapat diidentifikasi dengan metode molekuler seperti pulsed field gel electrophoresis, phage type, profil dari resistensi terhadap antibiotika atau dengan aglutinasi serologi. KLB disebabkan oleh beberapa strain spesifik yang jarang. Sebagian besar isolat S. aureus, yaitu yang diambil dari masyarakat dan dari pasien yang sedang dirawat di Rumah Sakit resisten terhadap penicillin G, dan juga multi resisten (termasuk resisten terhadap methicillin) dan mungkin strain ini sudah tersebar secara luas. Beberapa temuan menunjukkan bahwa strain stafilokokus coagulase negetive yang meproduksi lendir mungkin lebih patogen, namun belum pasti. S.saprophyticus paling sering sebagai penyebab infeksi saluran kemih pada wanita muda.

3. Distribusi Penyakit

Penyakit tersebut tersebar di seluruh dunia. Insiden tertinggi ditemukan di daerah yang kebersihan perorangannya jelek (mandi tidak menggunakan sabun dan air bersih) dan di daerah dengan penduduk yang padat biasanya menyerang anak-anak, khususnya pada musim kemarau. Penyakit tersebar secara sporadis dan dapat menyebabkan wabah kecil di lingkungan keluarga dan orang yang kamping pada musim panas, anggota keluarga yang berbeda terkena penyakit berulang dengan strain stafilokokus yang sama.

4. Reservoir: Reservoir adalah manusia dan jarang pada hewan.

5. Cara-cara Penularan

Sebagian besar koloni hidup pada nares anteriores (lubang hidung): 20%-30% penduduk Sebagian besar koloni hidup pada nares anteriores (lubang hidung): 20%-30% penduduk

6. Masa Inkubasi

Masa inkubasi bervariasi dan tidak pasti biasanya antara 4-10 hari.

7. Masa Penularan

Masa penularan berlangsung selama masih ada lesi yang purulen tetap mengeluarkan pus atau selama tetap sebagai carrier. Auto infeksi tetap berlangsung selama kolonisasi bakteri di hidung tetap berlangsung atau selama lesinya masih aktif.

8. Kerentanan Dan Ketahanan

Mekanisme terjadinya imunitas tidak diketahui dengan jelas. Bayi baru lahir dan orang dengan penyakit kronis sangat rentan terhadap infeksi. Orang tua dan orang dengan debilitas, pecandu obat bius, orang dengan diabetes militus, cystic fibrosis, penderita gagal ginjal kronis, agammaglobulinemia, kelainan fungsi neutrofil (seperti agranulositosis, penyakit granulomatus kronis), neoplasma dan luka bakar biasanya juga sangat rentan terhadap penyakit ini. Penggunaan streroid dan anti metabolit juga meningkatkan kerentanan.

9. Cara - cara Pemberantasan

A. Cara Pencegahan

1) Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan perorangan, khususnya membudayakan kebiasaan cuci tangan dan menghindari pemakaian bersama alat- alat ditoilet (handuk, sapu tangan, dll).

2) Obati dengan segera penderita yang ditemukan, anak-anak maupun angota keluarga lainnya.

B. Pengawasan penderita, Kontak Dan Lingkungan Sekitarnya.

1) Laporan kepada dinas kesehatan setempat: laporkan segera jika terjadi KLB disekolah, ditempat Camping Musim Panas, dan kelompok penduduk yang lain, begitu juga jika diketahui ada konsentrasi kasus pada penduduk. Tidak ada kewajiban untuk melaporkan kasus individu, termasuk Kelas 4 (lihat laporan penyakit menular).

2) Isolasi: Tidak praktis dilakukan; penderita harus menghindari kontak dengan bayi dan orang-orang dengan debilitas mental.

3) Disinfeksi: Tempatkan pembalut luka dan discharge dalam kantong khusus dan dibuang dengan cara yang aman sesuai dengan prosedur

4) Karantina: Tidak perlu

5) Imunisasi terhadap kontak: Tidak ada

6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Cari dan temukan penderita dengan lesi yang mengeluarkan cairan, kadangkala perlu dilakukan penyelidikan adanya carrier terhadap strain yang patogenik diantara anggota keluarga.

7) Pengobatan spesifik: Infeksi yang hanya terjadi pada kulit, pemberian antimikroba sistemik tidak diperlukan apabila tidak ada penyebaran penyakit yang signifikan atau tidak ada komplikasi; luka cukup dicuci saja kemudian dilanjutkan dengan pemberian antimikroba topikal (seperti mupirocin, 4 kali sehari). Hindari kompres basah yang mana dapat menyebarkan infeksi. Abses harus di insisi untuk mengeringkan pus. Untuk infeksi stafilokokus yang berat gunakan penicillinase- resistant penicillin; untuk mereka yang hipersentif terhadap penisilin gunakan cephalosporin yang aktif untuk stafilokokus atau dapat diberikan clindamycin. Untuk infeksi sistemik yang berat perlu dipilih antibiotika yang sesuai dengan hasil tes kerentanan dari isolat. Vancomycin adalah obat pilihan untuk infeksi berat yang disebabkan oleh stafilokokus Coagulase negative dan yang disebabkan oleh infeksi S. aureus yang resisten terhadap metisilin diberikan sesegera mungkin secara parentral. Strain Starphylococcus aureus yang menurun kerentanannya terhadap Vancomycin dan terhadap antibiotika jenis glikopeptida disebut sebagai strain GISA ditemukan dan dilaporkan dari Jepang dan AS pada tahun 1990an. Strain ini diisolasi dari penderita yang diberi pengobatan dengan vancomycin dalam waktu yang lama (berbulan-bulan). Isolat ini sebagai bukti terjadinya peningkatan munculnya S. aureus yang resisten terhadap antibiotika ini.

C. Upaya penanggulangan wabah

1) Cari dan temukan penderita terutama mereka dengan lesi yang mengeluarkan discharge, berikan pengobatan yang tepat. Terapkan prosedur kebersihan perorangan yang ketat pada institusi-institusi dan tekankan kebiasaan mencuci tangan. Kultur dilakukan pada pasien nasal carrier dari strain yang dapat menimbulkan KLB dan obati dengan mupirocin topikal dan jika gagal obati dengan antibiotika oral.

2) Lakukan Investigasi kalau ada kejadian meningkatnya prevalensi infeksi stafilokokus secara tiba-tiba di masyarakat yang cara penularannya kemungkinan “Common source”, seperti halnya KLB di Rumah Sakit yang tidak diketahui.