INFEKSI STAFILOKOKUS, DI RUANG PERAWATAN

II. INFEKSI STAFILOKOKUS, DI RUANG PERAWATAN

IMPETIGO NEONATORUM ICD-9 684,041.1; ICD-10 L00 STAPHYLOCOCCAL SCALDED SKIN SYNDROME ICD-9 695.81 (SSSS, Ritter’s Disease) ABSES PADA MAMMAE

ICD-9 771.5,041.1;ICD-10 P39.0

1. Identifikasi

Impetigo atau pustulosis pada neonatus dan infeksi kulit purulen lainnya merupakan infeksi stafilokokus yang paling sering terjadi pada ruang perawatan anak. Lesi kulit yang Impetigo atau pustulosis pada neonatus dan infeksi kulit purulen lainnya merupakan infeksi stafilokokus yang paling sering terjadi pada ruang perawatan anak. Lesi kulit yang

Bisa juga terjadi Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS, Ritter’s Disease, pemphigus neonatorum) dengan manifestasi klinis mulai dari diffuse scarlatiniform erythema sampai ke deskuamasi bullosa menyeluruh pada kulit. Gambaran klinis ini terlihat seperti bullous impetigo yang disebabkan oleh strain S. aureus, biasanya oleh phage tipe II yang menghasilkan epidermiolytic toxin.

2. Penyebab Infeksi

Penyebab infeksi: sama seperti infeksi Stafilokokus yang terjadi di masyarakat ( dapat dilihat pada pembahasan 1, 2 di atas.)

3. Distribusi Penyakit

Distribusi Penyakit tersebut tersebar luas di seluruh dunia. Masalah tersebut terutama muncul di Rumah Sakit karena teknik aseptik kurang memadai, dan diperberat oleh adanya resistensi strain penyebab infeksi terhadap antibiotik (sebagai contoh adalah berbagai strain Rumah Sakit).

4. Reservoir

Reservoir penyakit ini sama dengan penyakit stafilokokus yang terjadi di masyarakat (dapat dilihat pembahasan 1, 4 tersebut di atas )

5. Cara Penularan

Cara penularan yang paling umum adalah melalui tangan petugas rumah sakit, jarang terjadi penularan lewat udara.

6. Masa Inkubasi

Masa inkubasi biasanya 4-10 hari, tetapi tidak menutup kemungkinan muncul beberapa bulan setelah kolonisasi.

7. Masa Penularan

Masa penularan sama seperti pada infeksi stafilokokus di masyarakat (dapat dilihat pada pembahasan 1,7 tersebut di atas).

8. Kerentanan dan kekebalan

Bayi baru lahir umummya rentan terhadap infeksi stafilokokus, dan bayi tetap punya risiko terinfeksi selama masa kolonisasi dari strain yang patogenik.

9. Cara-cara Pemberantasan

A. Cara-cara Pencegahan

1) Terapkan selalu teknik aseptik, lakukan kebiasaan mencuci tangan dengan benar sebelum kontak dengan bayi di ruang perawatan.

2) Petugas Rumah Sakit dengan lesi kecil (pustula, luka lepuh, abses, paronychia, conjunctivitis, jerawat yang terinfeksi, otitis externa, atau luka lecet yang terinfeksi) dilarang bekerja di ruang perawatan bayi.

3) Kegiatan Surveilans dan supervisi dilakukan secara aktif melalui Komite Penanggulangan Infeksi rumah sakit, yaitu dengan melakukan investigasi secara teratur, membuat laporan dan review seluruh infeksi mosokonial di rumah sakit. Penyakit yang timbul setelah keluar dari rumah sakit harus dilakukan investigasi dan hasilnya dicatat. Sebaiknya dilakukan surveilans aktif terhadap semua bayi baru lahir yang telah pulang dari rumah sakit sampai dengan usia 1 bulan.

4) Lakukan pemberian obat-obat antibakteri pada tali pusat sebagai prosedur rutin seperti gentian violet, acriflavine, chlorhexidine atau dengan bacitracin ointment (salep) semasih bayi berada di rumah sakit.

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar

1) Laporan ke Dinas Kesehatan setempat: jika terjadi KLB wajib dilaporkan, tidak ada laporan individu, termasuk Kelas 4 (lihat tentang laporan penyakit menular).

2) Isolasi: Lakukan isolasi sesegera mungkin, tempatkan semua penderita dan tersangka yang diketahui di ruang perawatan tersendiri dengan tindakan kewaspadaan isolasi kontak.

3) Disinfeksi serentak: Sama seperti pada infeksi stafilokokus dimasyarakat (dapat dilihat pada penjelasan pada Bab I, 9B3 tersebut di atas).

4) Karantina: Tidak perlu

5) Imunisasi kontak: Tidak perlu

6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Dapat dilihat pada cara-cara penanggulangan wabah dalam Bab C di bawah.

7) Pengobatan spesifik: Pengobatan yang spesifik untuk impetigo yang terlokalisir, cuci kulit dan berikan salep mupirocin pada lesi tersebut sehari 4 kali, lesi yang luas diobati dengan obat oral antistaphylococcal antimicrobial seperti: Sefaleksin atau kloksasilin. Pengobatan parenteral dianjurkan pada infeksi yang serius. (dapat dilihat pada pembahasan Bab I, 9B7 tersebut di atas).

C. Cara-cara Pemberantasan

1) Jika ditemukan 2 atau lebih kasus infeksi stafilokokus di ruang perawatan anak atau bangsal ibu yang baru melahirkan, adalah sebagai indikasi kemungkinan terjadi KLB sehingga perlu dilakukan investigasi. Lakukan kultur terhadap semua lesi untuk menentukan pola resistensi antibiotik dan tipe dari strain yang menyebabkan wabah. Isolat yang secara klinis penting, perlu dipelihara di laboratorium selama 6 bulan sebelum dibuang untuk mendukung hasil investigasi epidemiologis. Investigasi dapat dilakukan dengan pola sensitivitas antibiotika atau dengan pulsed field gel electrophoresis.

2) Jika KLB terjadi di Ruang Perawatan Anak, lakukan tindakan isolasi terhadap semua kasus dan kontak sampai mereka dipulangkan dari Rumah Sakit.

Terapkan sistem rotasi (“cohorting”) yaitu unit (A) diisi bayi sampai penuh dan kemudian bayi-bayi berikutnya ditempatkan di ruang perawatan (B). Setelah seluruh bayi yang dirawat diruang A dipulangkan, bersihkan ruangan terseut sebelum menerima pasien baru. Jika tersedia fasilitas untuk perawatan bayi bersama ibunya, maka cara ini dapat menurunkan risiko infeksi. Koloni bayi yang terinfeksi harus dikelompokkan dalam kohort yang lain. Perawat dan petugas bangsal lainnya harus ditempatkan secara ketat pada ruangan kohort tertentu saja, tidak boleh pindah tempat.

Sebelum menerima pasien baru, bersihkan dan cuci tempat tidur bayi, tempat tidur, isolat, dan perabotan lain dengan disinfentan yang sudah diizinkan oleh EPA. Alat-alat disterilkan menggunakan otoklaf, kasur disikat dan tempat tidur dan popok dicuci dengan benar (atau gunakan popok yang sekali pakai).

3) Lakukan pemeriksaan terhadap semua pasien dan setiap orang yang merawat penderita, termasuk dokter, perawat, pembantu perawat dan pengunjung, apakah ada lesi ada bagian tubuh yang mengeluarkan discharge. Lakukan investigasi epidemiologis, dan jika ditemukan satu orang atau lebih petugas Rumah Sakit terkena infeksi, lakukan kultur spesimen hidung terhadap mereka dan terhadap yang lain yang akan kontak dengan bayi. Mereka dilarang bertugas merawat bayi sampai kultur negatif. Terhadap carrier yang tidak menunjukkan gejala ditujukan untuk menekan koloni bekteri dihidung yaitu dengan pemberian salep antibiotika pada lubang hidung dan kadang-kadang disertai dengan pemberian rifampin sistemik.

4) Lakukan inspeksi terhadap standar prosedur perawatan, secara khusus dilihat apakah tersedia fasilitas cuci tangan yang memadai. Perlu ditekankan pentingnya mencuci tangan; jika fasilitas untuk cuci tangan tidak ada atau tidak memadai, gunakan antiseptik untuk membersihkan tangan, (sebagai contoh alkohol). Petugas yang ditugaskan diruangan bayi yang terinfeksi tidak diperkenankan bertugas diruangan lain.

5) Walaupun tidak diijinkan digunakan secara rutin di AS, preparat hexachlorophene

3 % dapat digunakan selama KLB. Bayi baru lahir a’term pada daerah sekitar popok dibasuh dengan hexachloropene, segera mungkin setelah lahir dan dilakukan setiap hari sampai dipulangkan. Setiap saat setelah selesai dibasuh dengan hexachlorophene harus segera dibilas sampai bersih karena dapat menyebabkan gangguan Susunan Saraf Pusat jika diabsorpsi secara sistemik.

D. Implikasi menjadi Wabah: tidak ada

E. Tindakan Internasional: Manfaatkan Pusat-Pusat Kerjasama WHO.