B. PNEUMONIA DISEBABKAN OLEH CHLAMYDIA PNEUMONIAE ICD-9 482.8; ICD-10 J16.0

IV.B. PNEUMONIA DISEBABKAN OLEH CHLAMYDIA PNEUMONIAE ICD-9 482.8; ICD-10 J16.0

1. Identifikasi

Suatu penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh chlamydia dengan gejala batuk, sering disertai dengan sakit tenggorokan dan suara serak, serta demam pada saat awal serangan. Dahak sedikit, beberapa penderita mengeluh sakit dada. Ronchi paru biasanya ditemukan. Gambaran klinis serupa dengan infeksi yang disebabkan oleh mycoplasma. Berbagai derajat kelainan pada foto toraks ditemukan seperti misalnya infiltrat bilateral, pleural effusion dapat muncul, penyakit biasanya bersifat moderat, namun penyembuhannya relatif lama, dengan batuk yang menetap sampai 2-6 minggu; pada orang dewasa, bronchitis dan sinusitis dapat menjadi kronik. Kematian jarang terjadi pada kasus tanpa komplikasi. Diagnosa ditegakkan terutama dengan pemeriksaan serologis, seperti dengan Complement fixation (CF) untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen kelompok chlamydia, dengan immunofluorescence (IF) test yang spesifik untuk IgM dan IgG (pada sera yang didapat 3 minggu setelah infeksi awal). Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi antibodi terhadap antigen penyebab. Pada kasus infeksi ulang, antibodi IgG muncul dini dan kemudian meningkat pada titer yang tinggi. Mereka yang diobati secara dini dengan tetracycline memberikan respons antibodi yang lemah. Organisme tersebut dapat diisolasi dari spesimen usap tenggorok dalam kuning telur yang telah berembrio dan dapat ditanam pada kultur sel khusus.

2. Penyebab penyakit: Chlamydia pneumoniae strain TWAR, nama spesies yang diberikan

untuk organisme ini yang berbeda secara morfologis dan serologis dengan C. psittaci dan

C. trachomatis.

3. Distribusi penyakit

Diperkirakan tersebar di seluruh dunia. Penyakit ini ditemukan di Finlandia, Denmark, Nrwegia, Jerman, Spanyol, Kanada, Australia, Jepang, Filipina dan Amerika Serikat. Isolasi mula-mula dilakukan di Taiwan. Antibodi jarang muncul pada anak-anak dibawah usia 5 tahun; angka prevalensi meningkat pada remaja dan dewasa muda, kemudian mendatar sekitar 50% pada umur 20-30 tahun. Prevalensi tetap tinggi pada orang tua. Walaupun secara klinis penyakit ini lebih sering terjadi pada dewasa muda, penyakit ini menyerang semua umur; 8 dari 18 kasus dilaporkan dari kanada pada orang yang berusia di atas 70 tahun dan paling tua usia 90 tahun. Tidak ada variasi musiman.

4. Reservoir: Diperkirakan manusia. Tidak ada hubungannya dengan burung, tidak pernah

dapat diisolasi atau tidak pernah ditemukan antibodi pada merpati dan burung lain yang ditangkap pada lokasi KLB, demikian pula tidak pernah ditemukan pada anjing atau kucing.

5. Cara-cara penularan: Tidak diketahui, kemungkinan dapat menular melalui kontak langsung dengan sekret, menyebar melalui barang-barang dan pakaian dan udara.

6. Masa inkubasi: Tidak diketahui, mungkin paling pendek 10 hari.

7. Masa penularan: Tidak jelas, namun diduga dapat memanjang berdasarkan pengamatan

yang dilakukan pada KLB yang terjadi pada kelompok militer, KLB berakhir setelah 8 bulan.

8. Kerentanan dan kekebalan

Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Kemungkinan timbulnya gejala klinis meningkat sejalan dengan adanya penyakit kronis yang diderita sebelumnya. Adanya antibodi spesifik dalam darah membuktikan bahwa kekebalan dapat terjadi setelah mengalami infeksi. Namun serangan kedua pneumonia ditemukan pada anggota militer dengan respons serologis tipe sekunder pada serangan kedua.

9. Cara-cara pemberantasan

A. Cara-cara pencegahan

1) Hindari tempat tinggal atau tempat tidur yang berdesakan.

2) Terapkan tindakan kebersihan perorangan; tutup mulut bila batuk dan bersn, buanglah ingus dan dahak secara saniter dan cucilah tangan dengan seksama sesering mungkin.

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya

1) Laporan kepada otoritas kesehatan setempat: Wajib dilaporkan kalah ada Wabah, tidak diperlukan laporan individual, Kelas 4 (lihat tentang pelaporan penyakit menular).

2) Isolasi: Tidak perlu. Melaksanakan kewaspadaan umum.

3) disinfeksi serentak: terhadap discharge dari hidung dan tenggorokan.

4) Karantina: Tidak perlu.

5) Imunisasi kontak: tidak perlu.

6) Penyelidikan terhadap kontak dan sumber infeksi: Periksa semua anggota keluarga dan diobati apabila ternyata positif.

7) Pengobatan spesifik: Tetracycline atau erythromycin oral 2 g per hari untuk 10-14 hari. Macrolide jenis baru seperti azithromycin dan clarithromycin dapat juga digunakan. Fluoroquinolone yang baru juga terbukti efektif.

C. Penanggulangan wabah: Penemuan kasus secara dini dan pengobatan yang tepat.

D. Implikasi bencana: Tidak ada.

E. Tindakan Internasional: Tidak ada.

PNEUMONIA LAIN ICD-9 480, 482; ICD-10 J12, J13, J15, J16.8, J18

Diantara berbagai macam virus yang diketahui seperti adenovirus, virus syncytial pernafasan, virus parainfluenza dan mungkin juga virus yang lainnya yang belum teridentifikasi dapat menyebabkan pneumonitis. Karena agen infeksi ini menyebabkan penyakit pernafasan bagian atas lebih sering dibandingkan dengan pneumonia, maka mereka disajikan dibawah judul penyakit pernafasan, virus akut. Viral pneumonia yang terjadi pada campak, influenza dan cacar air. Infeksi chlamydia oleh C. psittaci disajikan sebagai psittacosis (q.v.). Pneumonia juga disebabkan oleh infeksi rickettsiae (lihat Q fever) dan Legionella. Pneumonia dapat pula terjadi pada fase invasif infeksi nematoda, seperti ascaris dan pada infeksi mycosis seperti aspergillosis, histoplasmosis dan coccidioidomycosis. Berbagai bakteri patogen biasanya ditemukan di mulut, hidung dan tenggorok, seperti Haemophillus influenzae, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, Streptococcus pyogenes (streptococcus hemolypticus grup A). Neisseria meningitides (tercatat grup Y), Bacteroides species, Mosarella catarrhalis dan anaerobic cocci, dapat menyebabkan pneumonia, terutama dalam hubungannya dengan influenza, sebagai super infeksi setelah terapi antibiotika spektrum luas, sebagai komplikasi penyakit paru kronis dan setelah terjadi aspirasi isi lambung atau pada tracheostomy. H. Influenzae pneumonia merupakan pneumonia kedua yang paling sering terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian yang plaing utama pada balita. Dengan peningkatan pemakaian antibiotika dan terapi immunosupresive, maka pneumonia yang disebabkan oleh basil enterik gram negatif menjadi lebih sering terjadi terutama oleh Eschericia coli, Pseudomonas aeruginosa dan spesies Proteus. Tatalaksana kasus tergantung jenis organisme penyebab infeksi.