DIARE YANG DISEBABKAN STRAIN ENTEROPATOGENIK ICD-9 008.0; ICD-10 A04.0

IV. DIARE YANG DISEBABKAN STRAIN ENTEROPATOGENIK ICD-9 008.0; ICD-10 A04.0

(EPEC, Enteritis yang disebabkan oleh Enteropatogenik E. coli)

1. Identifikasi

Ini adalah kategori tertua dari E. coli penyebab diare yang ditemukan dalam studi yang dilakukan pada tahun 1940-an dan tahun 1950-an dimana serotipe O:H tertentu diketahui sebagai penyebab diare musim panas pada bayi, KLB diare pada tempat perawatan bayi dan KLB diare yang menimpa bayi di masyarakat. Penyakit diare pada kategori ini terbatas pada bayi-bayi berumur kurang dari setahun yang menderita “watery diarrhea” dengan lendir, demam dan dehidrasi. EPEC menyebabkan disolusi mikrovili enterosit dan memacu melekatnya bakteri kepada enterosit. Diare pada bayi bisa berlangsung berat dan lama dan di negara-negara berkembang merupakan penyebab kematian yang tinggi.

EPEC sementara dapat dikenal dengan aglutinasi antisera untuk mendeteksi serogroup EPEC O namun untuk konfirmasi baik tipe O maupun H diperlukan reagensia yang bermutu tinggi. EPEC memperlihatkan kemampuan melekat pada sel HEP-2 dalam kultur sel, kemampuan yang membutuhkan adanya plasmid EPEC yang virulens. (EPEC adherence factor = EAF) DNA probe dapat mendeteksi plasmid EPEC yang virulens.

Diperkirakan ada sekitar 98% korelasi antara melekatnya EPEC dengan HEP-2 (localized adherence) dan positivitas EAF probe.

2. Penyebab Penyakit

Serogroup EPEC O utama yaitu O55, O86, O111, O119, O125, O126, O127, O128ab dan O142.

3. Distribusi Penyakit

Sejak akhir tahun 1960-an, EPEC tidak lagi sebagai penyebab utama diare pada bayi di Amerika Utara dan Eropa. Namun EPEC masih sebagai penyebab utama diare pada bayi di beberapa Negara sedang berkembang seperti Amerika Selatan, Afrika bagian Selatan dan Asia.

4. Reservoir : - Manusia

5. Cara Penularan

Dari makanan bayi dan makanan tambahan yang terkontaminasi. Di tempat perawatan bayi, penularan dapat terjadi melalui ala-alat dan tangan yang terkontaminasi jika kebiasaan mencuci tangan yang benar diabaikan.

6. Masa Inkubasi

Berlangsung antara 9 – 12 jam pada penelitian yang dilakukan di kalangan dewasa. Tidak diketahui apakah lamanya masa inkubasi juga sama pada bayi yang tertular secara alamiah.

7. Masa Penularan - Tergantung lamanya ekskresi EPEC melalui tinja dan dapat berlangsung lama.

8. Kerentanan dan Kekebalan

Walaupun fakta menunjukkan bahwa mereka yang rentan terhadap infeksi adalah bayi namun tidak diketahui apakah hal ini disebabkan oleh faktor kekebalan ataukah ada hubungannya dengan faktor umur atau faktor lain yang tidak spesifik. Oleh karena itu diare ini dapat ditimbulkan melalui percobaan pada sukarelawan dewasa maka kekebalan spesifik menjadi penting dalam menentukan tingkat kerentanan. Infeksi EPEC jarang terjadi pada bayi yang menyusui (mendapat ASI).

9. Cara-cara Penanggulangan

A. Cara Pencegahan

1) Menganjurkan para ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sampai dengan usia 4 – 6 bulan. Siapkan perangkat yang memadai untuk pemberian ASI. Bantu para ibu agar mau menyusui bayi-bayi mereka. Apabila produksi ASI tidak mencukupi, bayi dapat diberikan ASI dari donor yang sudah dipasteurisasi sampai 1) Menganjurkan para ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sampai dengan usia 4 – 6 bulan. Siapkan perangkat yang memadai untuk pemberian ASI. Bantu para ibu agar mau menyusui bayi-bayi mereka. Apabila produksi ASI tidak mencukupi, bayi dapat diberikan ASI dari donor yang sudah dipasteurisasi sampai

2) Lakukan perawatan dalam satu kamar bagi ibu dan bayi di rumah bersalin, kecuali ada indikasi medis yang jelas untuk memisahkan mereka. Jika ibu atau bayi mengalami infeksi saluran pencernaan atau pernapasan, tempatkan mereka dalam satu kamar tetapi dipisahkan mereka dari pasangan yang sehat. Di fasilitas yang mempunyai ruang perawatan khusus, pisahkan bayi yang terinfeksi dari bayi prematur maupun dari penderita penyakit lainnya.

3) Sediakan peralatan tersendiri bagi setiap bayi, termasuk termometer, simpan di bassinet (ayunan/buaian bayi). Jangan menggunakan tempat mandi atau meja perawatan bersama dan jangan menggunakan bassinet untuk membawa atau memindahkan lebih dari satu bayi pada waktu yang sama.

4) Pencegahan terjadinya KLB di rumah sakit sangat tergantung pada kebiasaan mencuci tangan sewaktu menangani bayi dan tetap menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan sesuai dengan standar.

B. Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitar

1) Laporan kepada petugas kesehatan setempat: Kalau terjadi wabah wajib dilaporkan. Kasus perorangan tidak wajib dilaporkan; Kelas 4 (lihat pelaporan tentang penyakit menular). Jika ditemukan dua atau lebih kasus baru penderita diare di tempat perawatan bayi atau muncul setelah seorang penderita diare dipulangkan dari tempat perawatan maka perlu dilakukan investigasi lebih lanjut.

2) Isolasi: Perlu dilakukan kewaspadaan enterik terhadap penderita dan mereka yang diduga sebagai penderita.

3) Desinfeksi serentak: Lakukan desinfeksi terhadap semua barang yang tercemar dan terhadap tinja.

4) Karantina: Lakukan kewaspadaan enterik dan pengamatan dengan metode kofort (lihat 9 C di bawah).

5) Imunisasi kontak: Tidak dilakukan.

6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Keluarga dari bayi yang baru keluar dari perawatan di rumah sakit perlu dihubungi untuk melihat perkembangan penyakit dari si bayi (lihat 9 C di bawah).

7) Pengobatan spesifik: Yang paling utama adalah pemberian cairan elektrolit baik oral maupun parenteral (lihat Cholera, 9B7). Kebanyakan penderita tidak membutuhkan pengobatan. Untuk diare yang berat pada bayi yang disebabkan mikroorganisma enteropatogenik pemberian TMP-SMX (10 – 50 mg/kg BB/hari) membantu meringankan penyakit dan memperpendek masa sakit; diberikan selama

5 hari dalam dosis yang dibagi menjadi 3-4 kali sehari. Mengingat bahwa banyak strain EPEC yang resisten terhadap berbagai jenis antibiotika, pemilihan jenis antibiotika harus didasarkan kepada hasil tes sensitivitas terhadap strain lokal. Pemberian makanan dan ASI tidak boleh dihentikan.

C. Penanggulangan Wabah

1) Semua bayi dengan diare dirawat dalam satu ruangan dan jangan lagi menerima penitipan bayi jika pada tempat penitipan bayi tersebut ditemukan penderita diare.

Untuk KLB yang terjadi di ruangan perawatan bayi (lihat juga 9B1): Hentikan untuk sementara pelayanan KIA kecuali dapat dijamin disediakannya tempat pelayanan KIA yang benar-benar bersih dengan petugas dan peralatan yang terpisah; jika pertimbangan medis mendukung maka setiap bayi yang terinfeksi dipulangkan segera untuk dirawat di rumah. Bagi bayi-bayi yang terpajan dengan tempat perawatan bayi yang terinfeksi, sediakan tenaga perawatan khusus yang sudah terlatih untuk menangani penyakit menular pada bayi. Lakukan pengamatan paling sedikit selama 2 minggu setelah penderita diare terakhir meninggalkan tempat perawatan. Kasus baru yang ditemukan segera dimasukkan ke ruang perawatan khusus. Pelayanan KIA dimulai lagi setelah semua kontak baik bayi maupun ibu telah dipulangkan serta telah dilakukan pembersihan dan desinfeksi ruangan dengan baik. Terapkan rekomendasi 9A di ruangan gawat darurat.

2) Lakukan investigasi KLB dengan benar untuk mengetahui distribusi penyakit berdasarkan waktu, tempat dan orang dan cari faktor risiko yang melatarbelakangi.

D. Implikasi bencana: - Tidak ada.

E. Tindakan Internasional: Manfaatkan Pusat kerja sama WHO.