ECHINOCOCCOSIS yang disebabkan oleh E. Vogeli ICD-9 122.9; ICD-10 B67.9 (Penyakit Polikistik Hidatidosa)

III. ECHINOCOCCOSIS yang disebabkan oleh E. Vogeli ICD-9 122.9; ICD-10 B67.9 (Penyakit Polikistik Hidatidosa)

Penyakit ini disebabkan oleh bentuk kista E. vogeli yang menyerang hati, paru-paru dan organ lainnya. Gejala sedikit bervariasi tergantung ukuran kista dan lokasinya. Spesies ini ditandai oleh adanya kait rostellum. Polikistik hidatidosa berbentuk unik dimana membran germinal yang berproliferasi dari luar membentuk kista sedangkan dari dalam akan membentuk septa yang membagi ruangan-ruangan (caviate) menjadi beberapa kista kecil (mikrokista). Kapsul seperindukan berisi banyak proglotid yang berkembang di dalam mikrokista. Kasus-kasus penyakit ini ditemukan di Amerika Tengah, Amerika Selatan terutama di Brazilia, Kolumbia, Ekuador. Hospes definitif adalah anjing semak-semak, sedangkan hospes perantara adalah “pacas”, agoutis dan tikus duri. Anjing pemburu yang sering makan jeroan pacas yang terinfeksi dapat merupakan sumber infeksi. (Catatan: pacas, agoutis adalah sejenis rodensia).

EHRLICHIOSIS ICD-9 083.8; ICD-10 A79.8

(Demam Sennetsu, Ehrlichiosis manusia di Amerika Serikat)

1. Identifikasi

Ehrlichiosis adalah penyakit akut yang ditandai dengan demam, penyakit bakterial yang disebabkan oleh kelompok organisme kecil berbentuk pleomorphic yang hidup dan berkembang biak didalam phagosome dari lekosit mononuclear atau lekosit polimorphonuclear pada hospes terjangkit. Seringkali organisme tersebut ditemukan dalam sel-sel tersebut. Demam Sennetsu mempunyai karakteristik yang ditandai dengan demam, menggigil, malaise, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, radang tenggorokan dan sulit tidur. Adanya limfadenopati di seluruh tubuh disertai pembesaran dan melunaknya limfonodi. Limfositosis disertai dengan limfadenopati dibelakang telinga dan daerah leher bagian belakang, mononucleosis infeksiosa.

Umumnya perjalanan penyakit adalah ringan, kasus fatal tidak pernah dilaporkan.

Erlichiosis pada manusia di Amerika Serikat merupakan penyakit yang baru dikenal yang disebabkan dua jenis organisme yang mirip tetapi berbeda. Satu jenis terutama menyerang sel mononuclear dikenal dengan sebutan “human monocytic erlichiosis (HME)”. Satu jenis organisme lagi menyerang sel granulosit dan penyakit ini dikenal sebagai “human granulocytic erlichiosis (HGE)”. Spektrum penyakit ini bervariasi dari penyakit subklinis sampai dengan penyakit dengan gejala klinis yang berat dan fatal. Gejala-gejala klinis penyakit ini sering tidak spesifik namun yang sering ditemukan adalah demam, sakit kepala, tidak nafsu makan, mual, nyeri otot dan muntah. Penyakit ini secara klinis sering dikelirukan dengan penyakit Rocky Mountain Spotted Fever (RMSF) namun dapat dibedakan dengan jarangnya timbul ruam (rash). Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya lekopenia, trombositopenia serta terjadinya peningkatan satu atau lebih enzim hepatoseluler. Kasus yang dirawat di rumah sakit pada pemeriksaan awal laboratorium ditemukan hanya sedikit saja abnormalisitas. Abnormalisitas nilai-nilai hasil pemeriksaan laboratorium akan nampak semakin jelas selama perawatan. Diagnosa banding dari penyakit ini adalah RMSF, penyakit Lyme, syok syndrome toksik dan multi sistem febril illnesses. Diagnosa klinis dari demam Sennetsu dapat dikonfirmasi dengan Immuno Fluorescence Test (IF test) dengan menggunakan agen penyebab yang diisolasi dari kultur macrophage. Dengan demikian diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium melalui deteksi antibodi menggunakan antigen spesifik ditandai dengan naik-turunnya titer antibodi sebanyak 4 kali pada pemeriksaan berikutnya (pair sera). Preparat apus darah dan preparat usap dari endapan buffy coat darah dapat dilakukan untuk menemukan benda inklusi (morula). Sedangkan diagnosa lain adalah dengan teknik diagnosa immunohistochemistry, perbenihan dan metoda DNA amplication (contohnya PCR).

2. Penyebab Penyakit

Penyebab demam sennetsu adalah Ehrlichia sennetsu. Organisme ini merupakan salah satu anggota dari genus Ehrlichia, kelompok Ehrlichieae dan familia Rickettsiaceae. Sampai tahun 1984 masih dianggap masuk kedalam genus Rickettsiae. Agen penyebab dari HME adalah E. chaffeensis, nama ini diberikan karena untuk pertama kali dapat Penyebab demam sennetsu adalah Ehrlichia sennetsu. Organisme ini merupakan salah satu anggota dari genus Ehrlichia, kelompok Ehrlichieae dan familia Rickettsiaceae. Sampai tahun 1984 masih dianggap masuk kedalam genus Rickettsiae. Agen penyebab dari HME adalah E. chaffeensis, nama ini diberikan karena untuk pertama kali dapat

3. Distribusi Penyakit

Pada tahun 1999 di Amerika Serikat kasus ehrlichiosis pada manusia yang dilaporkan 1.200 orang. Sebagian besar dari kasus HME ditemukan di negara bagian sebelah selatan Amerika, sedangkan kasus HE sebagian besar dilaporkan di negara bagian tengah barat dan timur laut Amerika. Sedangkan demam sennetsu dilaporkan terjadi di bagian barat Jepang.

4. Reservoir: Tidak diketahui untuk demam sennetsu ataupun ehrlichiosis Amerika.

5. Cara Penularan

Cara penularan untuk demam sennetsu tidak diketahui, namun dari anamnesa penderita demam ini diketahui sering mendatangi sungai dan rawa lebih kurang dalam 3-4 minggu sebelum sakit. Diduga kutu Amblyomma americanum berperan sebagai vektor HME; sebagian besar penderita menyatakan bahwa mereka pernah digigit pinjal atau menyatakan pernah berkunjung ke daerah yang penuh pinjal beberapa minggu sebelum sakit. Diperkirakan Ixodes scapularis merupakan vektor dari penyakit HE di negara bagian tengah barat laut dan timur laut Amerika.

6. Masa Inkubasi

Masa inkubasi demam sennetsu adalah 14 hari. Sedangkan penyakit American

Ehrlichiosis adalah 7-21 hari.

7 . Masa Penularan - Tidak ada penularan dari manusia kepada manusia.

8. Kerentanan dan Kekebalan

Hampir semua orang rentan terhadap penyakit ini namun usia lanjut dan mereka yang mengalami retardasi mental lebih rentan untuk menderita penyakit yang lebih parah. Dan selanjutnya tidak ada data yang menunjukkan adanya imunitas setelah menderita penyakit ini.

9. Cara-cara Pemberantasan