DEMAM BERCAK ROCKY MOUNTAIN ICD-9 082; ICD-10 A77.0

I. DEMAM BERCAK ROCKY MOUNTAIN ICD-9 082; ICD-10 A77.0

(Tifus kutu Amerika Utara, Demam Bercak Dunia Baru, Demam Tifus yang ditularkan oleh kutu, Demam Sao Paulo)

1. Identifikasi

Ciri penyakit demam bercak kelompok Riketsia ini ditandai dengan onset yang tiba-tiba dari demam ringan hingga demam tinggi, biasanya berlangsung selama 2-3 minggu pada kasus yang tidak diobati, malaise yang jelas, sakit otot dalam, sakit kepala parah, menggigigl dan injeksi konjungtiva. Ruam makulopapuler biasanya muncul di akhir hari ketiga hingga kelima pada ekstremitas; yang segera akan menyebar ke telapak tangan dan kaki, kemudian akan menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh. Eksantem berbentuk petechiae terjadi pada 40% hingga 60% penderita, biasanya pada atau sesudah hari ke-6. Case Fatality Rate-nya berkisar antara 13% hingga 25% bila tidak diberikan pengobatan spesifik; dengan diagnosa dini dan pengobatan dini, kematian biasanya tidak terjadi. Namun sekitar 3%-5% dari kasus-kasus yang dilaporkan di AS, akan berakhir dengan kematian. Faktor risiko yang mendasari parahnya penyakit antara lain terlambatnya pemberian antibiotika dan usia pasien lebih dari 40 tahun. Ruam tidak muncul atau ruam terlambat atau kegagalan mengenal ruam yang khas pada penderita berkulit hitam sehingga diagnosa dan pengobatan yang cepat dan tepat terlambat dilakukan, hal ini meningkatkan angka kematian.

Demam bercak pegunungan Rocky (Rocky Mountain Spotted Fever, RMSF) pada awalnya bisa dikelirukan dengan ehrliciosis, meningokoksemia (lihat Meningitis) dan infeksi enterovirus.

Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan serologis dengan ditemukannya antibodi spesifik terhadap antigent tertentu. Pada awal sakit, riketsia bisa dideteksi pada darah dengan pemeriksaan PCR atau pada biopsi kulit pemeriksaan menggunakan immunostains atau PCR.

2. Penyebab Penyakit: - Rickettsia rickettsii.

3. Distribusi Penyakit

Tersebar di seluruh AS terutama dari bulan April hingga September. Hampir 50% dari kasus yang dilaporkan pada tahun 1993 adalah dari wilayah Atlantik selatan dan lebih dari 20% berasal dari wilayah Tengah-Selatan bagian Barat; angka insidensi tertinggi ditemukan di daerah Karolina Utara dan Oklahoma. Beberapa kasus telah dilaporkan dari wilayah Rocky Mountain. Di bagian barat AS, orang dewasa pria lebih sering terinfeksi, sementara di bagian timur, insidensinya lebih tinggi pada anak-anak; perbedaan ini berkaitan dengan kondisi dan tingkat pajanan dengan kutu yang terinfeksi. Infeksi juga telah dilaporkan terjadi di Kanada, Meksiko bagian barat dan tengah, Panama, Kosta Rika, Kolombia, Argentina dan Brasil.

4. Reservoir

Ada secara alami pada pinjal melalui pasasi transovarian dan transstadial. Riketsia dapat ditularkan pada anjing, berbagai tikus dan binatang lain; binatang yang terinfeksi biasanya subklinis tanpa gejala, tetapi telah diketahui penyakit terjadi pada tikus dan anjing.

5. Cara Penularan

Biasanya melalui gigitan pinjal yang terinfeksi. Setidaknya dibutuhkan waktu 4 sampai 6 jam sesudah kutu menempel dan menghisap darah, sebelum Riketsia direaktifkan dan dapat menginfeksi manusia. Kontaminasi pada luka di kulit atau selaput lendir dengan jaringan atau kotoran dari pinjal juga bisa menimbulkan infeksi. Di bagian timur dan selatan AS, vektor yang umum adalah pinjal anjing Amerika, Dermacentor variabilis, dan di barat laut AS, pinjal kutu Rocky Mountain, D. andersoni. Vektor utama di Amerika Latin adalah A. cajennense.

6. Masa Inkubasi: - Dari 3 hingga 14 hari.

7. Masa Penularan: Tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Pinjal tetap infektif sepanjang hidupnya, biasanya sekitar 18 bulan.

8. Kerentanan dan Kekebalan: Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Satu kali serangan bisa menimbulkan imunitas yang lama.

9. Cara-cara Pemberantasan

A. Tindakan pencegahan

1) Juga lihat penyakit Lyme, 9A. Buang pinjal yang baru menggigit atau pinjal yang sedang merayap sesudah terpajan.

2) Cari dan bersihkan anjing dari pinjal dan gunakan kalung anjing yang sudah diberi repelan untuk mengurangi populasi pinjal di sekitar tempat tinggal.

3) Tidak ada vaksin yang mendapat ijin beredar di AS. Percobaan vaksin konvensional yaitu vaksin dengan organisme mati gagal melindungi infeksi 75% resipien yang diberi imunisasi.

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar

1) Laporan kepada petugas kesehatan setempat: Kasus wajib dilaporkan di sebagian besar negara bagian di AS dan kebanyakan di negara-negara lain, Kelas 2B (lihat tentang pelaporan penyakit menular).

2) Isolasi: Tidak dilakukan.

3) Disinfeksi serentak: Buang semua pinjal dengan hati-hati dari semua penderita.

4) Karantina: Tidak dilakukan.

5) Imunisasi kontak: Tidak penting.

6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Tidak bermanfaat kecuali dilakukan dengan gerakan masyarakat serentak (Lihat penyakit Lyme, 9C).

7) Pengobatan spesifik: Tetrasiklin (biasanya doksisiklin) diberikan setiap hari per oral atau intravena selama 5-7 hari dan paling sedikit selama 48 jam setelah penderita tidak panas. Kloramfenikol juga bisa digunakan, namun diberikan jika ada kontraindikasi pemberian tetrasiklin. Pengobatan segera dilakukan cukup dengan pertimbangan epidemiologis dan klinis tanpa menunggu konfirmasi laboratorium untuk menunjang diagnosa.

C. Penanggulangan wabah: Lihat penyakit Lyme, 9C.

D. Implikasi bencana: Tidak ada.

E. Tindakan Internasional: Manfaatkan Pusat-pusat Kerja sama WHO.