Buku penyakit menular id. pdf

MANUAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

JAMES CHIN, MD, MPH Editor Editor Penterjemah : Dr. I NYOMAN KANDUN, MPH Edisi 17 Tahun 2000

PRAKATA DARI EDITOR, PENTERJEMAH CETAKAN PERTAMA EDISI I TERJEMAHAN

Pada mulanya agar cepat maka penterjemahan buku ini dilakukan “keroyokan” dengan Subdit dalam lingkungan Ditjen PPM-PL sesuai dengan subyek yang dibidangi. Namun ternyata cara ini menimbulkan kesulitan yang serius sehingga harus dikoreksi berkali-kali dan akhirnya harus diterjemahkan ulang sendiri dan disunting kembali. Setelah memakan tenaga dan waktu yang agak lama akhirnya terjemahan buku ini dapat terbit untuk dipakai dalam lingkungan sendiri.

Disadari banyak sekali kekurangan yang ada dalam terjemahan ini terutama dalam hal penggunaan istilah-istilah medis, laboratorium, biologi dalam bahasa Indonesia baku. Oleh karena keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan waktu untuk melakukan “cross check” akan kebenaran istilah-istilah yang digunakan dalam bahasa Indonesia baku maka terjemahan ini tampil apa adanya.

Mengingat bahwa para pembaca buku ini diperkirakan paling tidak berasal dari tiga generasi sistem pendidikan kesehatan yang berbeda, yang telah terbiasa menggunakan istilah- istilah pada zamannya maka beberapa istilah, sebutan, akan muncul dalam berbagai versi dengan pengertian yang sama. Misalnya: tetanus neonatorum, neonatal tetanus, tetanus pada bayi adalah satu hal yang sama dengan sebutan berbeda. Tinja, kotoran, feces, feses; ekskreta, excrete; secret, sekret, akan muncul silih berganti. Istilah pejamu, hospes, host, inang, tuan rumah, juga akan tampil silih berganti dengan maksud yang sama. Begitu pula BSR (Blood Sedimentation Rate ), ESR (Erithrocyt Sedimentation Rate) dan LED (Laju Endap Darah), maksudnya adalah sama. Beberapa istilah yang sulit diterjemahkan dan sulit dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia baku dan karena alasan agar enak dibaca dan mudah dipahami sesuai dengan konteks kalimatnya maka istilah-istilah tersebut dibiarkan tampil dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Inggris dan Latin, dan dicetak dengan huruf miring.

Walaupun penuh dengan kekurangan, saya yakin terjemahan buku ini telah lama ditunggu-tunggu oleh para pembaca di lingkungan profesi kesehatan, lebih-lebih pada saat maraknya berbagai KLB di tanah air belakangan ini, buku ini dapat dipakai sebagai referensi. Untuk perbaikan terjemahan buku ini pada cetakan dan edisi berikutnya, ucapan terima kasih Walaupun penuh dengan kekurangan, saya yakin terjemahan buku ini telah lama ditunggu-tunggu oleh para pembaca di lingkungan profesi kesehatan, lebih-lebih pada saat maraknya berbagai KLB di tanah air belakangan ini, buku ini dapat dipakai sebagai referensi. Untuk perbaikan terjemahan buku ini pada cetakan dan edisi berikutnya, ucapan terima kasih

Dr. I Nyoman Kandun, MPH. Editor, Penterjemah

CATATAN : Jadwal imunisasi sengaja tidak diterjemahkan karena jadwal imunisasi dasar dan jenis vaksin yang diberikan di Indonesia berbeda dengan yang berlaku di Amerika Serikat. Namun jadwal imunisasi pada buku ini masih tetap dapat dipakai sebagai rujukan bagi dokter yang melakukan praktek perorangan.

PRAKATA

Dalam edisi ke – 17 dari Manual Pemberantasan Penyakit Menular ini, editor melakukan revisi secara luas memperbaharui banyak bab dan menambahkan bab-bab dan seksi-seksi baru untuk memenuhi kebutuhan para professional di bidang kesehatan di seluruh dunia yang semakin hari semakin meningkat.

Buku Manual Pemberantasan Penyakit Menular ini pada awal terbitnya berupa pamflet kecil berukuran 3 x 6 inchi yang ditulis oleh Francis Curtis, seorang petugas kesehatan di Newton, Massachusetts. Pada waktu pemflet tersebut diedarkan di New England menarik perhatian Robert Hoyt, seoran pejabat kesehatan di Manchester, New Hampshire. Hoyt merasa tertarik akan manfaat dari pamflet ini dan ia menyajikannya pada pertemuan tahunan APHA (American Public Health Association) serta menyarankan agar diterbitkan secara nasional dibawah payung APHA untuk meningkatkan gengsi dan pengaruh dari pamflet tersebut. Edisi pertama terbit pada tahun 1917, yang tebalnya hanya 30 halaman berisi 38 penyakit menular.

Sekarang buku manual ini tebalnya mencapai 580 halaman berisi 136 kelompok penyakit diterbitkan sebanyak 250.000 kopi, sehingga buku ini dijadikan rujukan standard dalam bidang kesehatan masyarakat. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa antara lain Spanyol, Perancis, Itali, Portugis, Jepang, Turki dan Parsi. Penerbitan buku ini tidak akan terwujud tanpa dedikasi dan kerja keras para ilmuwan yang menyumbangkan waktu, pengetahuan dan keahlian mereka untuk menjaga isi dari manual tetap lengkap dan terkini. Acungan jempol harus kita berikan kepada editor yang secara kritis menelaah isi dan materi hingga diterbitkannya manual ini. Dalam sejarahnya selama 82 tahun, 4 orang ahli epidemiologi tercatat sebagai editor yaitu :

Haven Emerson

- edisi 1 s/d 7 John Gordon

- selama 35 tahun

- edisi 8 s/d 10 Abram S. Benenson - selama 28 tahun

- selama 15 tahun

- edisi 11 s/d 16 James Chin

- selama 2 tahun

- edisi 17

Dr. James Chin sebagai editor baru, di dunia Internasional telah dikenal lama sebagai ahli penyakit menular yang terlibat dalam penerbitan Manual Pemberantasan Penyakit Menular ini selama lebih dari tiga decade.

Pada edisi ke 16 Dr. James Chin terlibat sebagai “associate editor”. Beliau telah mengabdikan dirinya sgar edisi ke 17 ini tetap memenuhi standard professional yang tertinggi. Atas nama APHA dan yang terpenting atas nama seluruh professional kesehatan yang memanfaatkan manual ini kami ucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Dr. James Chin atas sumbangannya kepada APHA dan para professional di bidang kesehatan di seluruh dunia

Mohammad N. Akhter, MD, MPH

Wakil Ketua American Public Health Association (APHA)

PENGANTAR EDISI Ke – 17

Manual Pemberantasan Penyakit Menular (MPPM) yang dalam bahasa Inggris-nya disebut “Control of Communicable Diseases Manual” (CCDM) sebelumnya disebut “Control of Communicable Diseases in Man” telah direvisi dan diterbitkan ulang setiap lima tahun sekali oleh “American Public health Association” (APHA) untuk memberikan informasi mutahir dan rekomendasi upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular kepada khalayak.

Tujuan utama diterbitkannya MPPM ini adalah untuk memberikan informasi akurat bagi para professional di bidang kesehatan masyarakat baik yang bekerja di pemerintahan, angkatan bersenjata, swasta maupun para professional di seluruh dunia.

Para dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran juga akan mendapatkan manfaat dari diterbitkannya MPPM ini. Sudah barang tentu diharapkan MPPM ini dapat memebrikan tuntunan bagi professional kesehatan baik bagi negara maju maupun bagi negara berkembang.

Saya sebagai seorang ahli epidemiologi yang lama berkecimpung dalam bidang penelitian, sebagai manajer Program, sebagai dosen dalam surveilans kesehatan masyarakat dan dalam bidang pemberantasan penyakit menular selama 4 dekade merasa bangga dan mendapat kehormatan karena diberikan kepercayaan untuk mengedit edisi ke-17 yang saya sebut sebagai edisi millennium dari MPPM ini.

Pertama kali pada tahun 1975 saya diundang sebagai anggota editorial edisi ke-12, pada saat saya menjabat sebagai ahli epidemiologi pemberantasan penyakit menular di negara bagian California. Akhirnya saya terus terlibat sebagai wakil editor untuk edisi ke-13 (1980), edisi ke-14 (1985) dan edisi ke-16 (1995). Sejak tahun 1987 sampai dengan 1992 saya bekerja untuk “GLOBAL Programme on AIDS” (GPA), WHO di Geneva, Swiss sehingga tidak bias ikut aktif dalam menyiapkan edisi ke-15 (1990).

Dari keterlibatan saya di dalam 5 edisi dari MPPM ini, yang menarik adalah pada periode tahun 1970 an, pada waktu itu ada pendapat yang masih sangat premature tentang kemungkinan malaria dan TBC dapat dibasmi.

Pada tahun 1976 beberapa penyakit menular baru ditemukan seperti penyakit Legionnaires, penyakit “toxic shock syndrome” dan botulisme pada bayi. Pada tahun yang sama “swine flu” (flu babi) tidak muncul, namun vaksinasi masih tetap dilakukan untuk mengantisipasi munculnya penyakit ini. Virus HIV belum dikenal pada tahun 1970 an, namun diduga sudah menyebar secara diam-diam keseluruh dunia sejak pertengahan atau akhir tahun 1970 an. Kejadian lain adalah kasus cacar terakhir ditemukan bulan Oktober 1977 dan WHO mengumumkan dunia bebas cacar dua tahun kemudian. Semenjak itu lebih sulit memusnahkan virus cacar yang secara resmi disimpan dalam laboratorium.

Pada saat kita memasuki millennium baru, debat tentang manfaat lain muncul begitu pula perdebatan tentang manfaat pasteurisasi susu muncul pada awal abad ke – 21

Selama tahun 1990 an meningkatnya perhatian dan dukungan yang diberikan terhadap upaya pemberantasan penyakit menular lebih dikarenakan merebaknya kembali berbagai penyakit menular seperti malaria dan TBC dan meningkatnya ancaman bio terorisme. Barangkali perubahan yang paling bermakna dalam pemberantasan penyakit menular adalah kecepatan diseminasi informasi.

Pemanfaatan internet untuk komunikasi dan publikasi akan terus meningkat pada decade berikutnya sehingga kelanjutan terbitnya MPPM sudah menjadi kepastian. MPPM edis ke-16 disiapkan dalam format CD-ROM dan berlanjut untuk edisi ke-17. Sebagai tambahan web site untuk MPPM ( http://www.ccdm.org ) sedang dikembangkan agar dapat memberikan informasi yang akukrat tentang pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan memberikan informasi tepat waktu jika ada informasi terkini tentang berbagai penyakit menular yang tertulis dalam edisi ke-17 serta tentang penyakit menular yang baru ditemukan.

Tugas saya sebagai editor edisi millennium ini menjadi sangat mudah karena pendahuluan dan guru saya Professor Abram (“Bud”) Benenson memberikan kepada saya sebuah manual yang nyaris sudah sempurna untuk ditindak lanjuti.

Anggota editorial dipilh karena keahlian dan keterkaitan mereka pada penyakit tertentu, masing-masing diberi tugas menelaah bab-bab tertentu sesuai dengan bidang masing-masing bersama kolega mereka.

Setelah diperiksa oleh editor bab-bab yang telah diedit dipasang dalam web site MPPM yang bias diakses oleh setiap anggota editorial dan “Liaison representatives”. PErwakilan penghubung ini direkrut oleh berbagai badan, antara lain badan pemerintahan, swasta maupun badan Internasional seperti WHO, PAHO, Departemen Kesehatan Australia, Canada, Inggris, New-Zealand dan Skotlandia.

Banyak kritik dan komentar telah diterima melalui E-mail, semua saran dan komentar telah diperhatikan demi perbaikan.

Proses editorial ini cukup cepat, menghemat tenaga dan waktu untuk surat menyurat dan menghemat kertas, barangkali ini bias melestarikan beberpa batang pohon untuk bahan pembuatan kertas.

Oleh karena upaya penerbitan MPPM edisi ke-17 ini melibatkan banyak pihak baik yang bias disebut namanya maupun tidak dari berbagai negara namun keputusan terakhir tentang isi dan bentuk tulisan menjadi tanggung jawab saya. Dan saya juga bertanggung jawab sepenuhnya terhadap segala kesalahan yang terjadi dalam MPPM edisi millennium ini.

James Chin, MD, MPH

Professor dalam bidang Epidemiologi Klinik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas California di Berkeley

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami tujukan kepada Staf APHA yang telah memberikan bantuan sepenuhnya sehingga edisi ke-17 ini terbit tepat waktu

Ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada Professor “Bud” Benenson yang dalam masa pensiun beliau masih terus memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyiapan edisi ini. Tidak lupa pula ucapan terima kasih kami tujukan kepada seluruh anggot a tim editorial, perwakilan dari badan-badan beserta kolega-koleganya atas kontribusi yang telah diberikan, begitu pula kepada Staf CDC Atlanta.

Akhirnya secra khusus saya ucapkan terima kasih kepada Dr. Florence Morrison asisten saya, yang tanpa bantuan dan keahlianya MPPM tidak akan dapat terbit seprti sekarang ini. Perhatianya terhadap hal-hal detail yang dilatar belakangi oleh pemahamannya yang mendalam tentang epidemiologi dan pencegahan penyakit menular adalah suatu sumbangan yang tidak ternilai harganya.

SURVEILANS DAN PELAPORAN PENYAKIT MENULAR

Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai upaya rutin dalam pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat.

Sedangkan Epidemiologi didefinisikan sebagai studi sistematis yang dilakukan untuk mempelajari fakta-fakta yang berperan atau mempengaruhi kejadian dan perjalanan suatu penyakit atau kondisi tertentu yang menimpa masyarakat. Oleh karena itu untuk memberantas suatu penyakit menular diperlukan pengetahuan tentang Epidemiologi penyakti tersebut serta tersedianya data surveilans yang dapat dipercaya yan berkaitan dengan kejadian penyakit tersebut.

Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun yang paling penting dari suatu system surveilans kesehatan masyarakat.

Bertambahnya jumlah penduduk dan “overcrowding” mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu.

Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang mempunyai ekolodi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan masalah penyakit baru.

Apapun jenis penyakitnya, apakah dia penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam bioteririsme, yang paliang penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinnya sedini mungkin.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka system surveilans yang tertata rapi sangat diperlukan. CDC Atlanta telah mengembangkan rencana strategis untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul termasuk mengembangkan jaringan susrveilans sentinel, pengembangan pusat-pusat surveilans berbasis masyarakat dan berbagai proyek yang melengkapi kegiatan surveilans.

Sebagai tambahan, Journal baru yang berjudul Emerging Infectious Diseases telah diterbitkan. CDC dengan WHO telah pula melakukan kerjasama tukar menukar informasi melalui media elektronika sejak tahun 1990 an.

Bagaimanapun juga deteksi dini terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada kejelian para petugas kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali kejadian kesehatan yang tidak biasa secara dini.

Dokter atau tenaga kesehatan yang menemukan yang aneh di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan yang semestinya.

Sistem pelaporan pasif punya kelemahan karena sering tidak lengkap dan tidak akurat terutama untuk penyakit-penyakit yang prevalen. Sistem pelaproan pasif ini perlu didorong setiap saat agar bias didaptkan laporan yang lebih lengkap dan atepat waktu teurtama untuk penyakit-penyakit menular yang mempunyai dampak kesehatan masyarakat yang luas termasuk penyakit-penyakit yang mungkin dipakai untuk melakukan bioterorisme.

Dengan segala kelemahan yang dimilkinya system pelaporan menular tetap merupakan garis terdepan dari Sistem Kewaspadaan Dini kita dalam upaya mencegah dan memberantas penyekit menular. Oleh karena itu setiap petugas kesehatan tahu dan sadar akan pentingnya melaporkan kejadian penyakit menular, cara-cara pelaporan dan manfat dari pelaporan ini.

PELAPORAN PENYAKIT MENULAR

Klinisi atau petugas kesehtan harus segera melaporkan kejadian penyakit menular kepada pejabat kesehatan setempat. Peraturan yang mengatur penyakit apa yang harus dilaporkan dan bagaimana cara melaporkan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini sangat tergantung kepada situasi di tempat itu.

Manual ini menyajikan cara-cara pelaporan yang paling dasar. Tujuan dari system pelaporan penyakit menular adalah untuk bias menyediakan informasi yang diperlukan dan tepat waktu agar dapat dilakukan investigasi serta penanggulangannya oleh pihak yang berwenang.

Disamping itu system pelaporan penyakit menular yang seragam dapat menjamin data kesehatan dan kematian dari satu daerah dan daerah lain serta dari satu negara dan negara lain dapat di bandingkan.

Sistem pelaporan penyakit menular berfungsi pada empat tingkatan :

1. Data dasar dikumpulkan dari masyarakat dimana penyakit menular tersebut muncul

2. Data ini kemudian diolah di tingkat Kabupaten atau tingkat Propinsi.

3. Data kemudian di kompilasi di tingkat Nasional.

4. Untuk penyakit-penyakit tertentu suatu negara melaporkannya ke WHO.

Dari 4 tingkatan diatas maka tingkat pertama adalah yang paling penting oleh karena data dasar dikumpulkan dari masyarakat yang langsung tertimpa, merupakan tanggung jawab utama dari petugas kesehatan ditingkat ujung tombak. Data yang dikumpulkan ditingkat ujung tombak ada dua jenis.

PENGATURAN DAN ISI DARI MPPM

Tiga seksi penyakit dalam MPPM disajikan dalam format standar yang meliputi informasi sebagai berikut :

Nama Penyakit

Agar tidak terjadi kebingungan karena adanya berbagai nomenklatur dari berbagai bahasa yang berbeda, maka tiap-tiap penyakit diidentifikasi berdasarkan kode numeric sesuai dengan WHO’s International Classification of Disease, Revisi ke-9, Modifikasi Klinis (ICD-9 CM) dan Revisi ke-10, ICDC-10.

Pemberian nama penyakit dalam bahasa Inggris disarankan oleh “The Council for International Organizations of Medical Sciences” (CIOMS) dan digunakannya panduan WHO dalam International Nomencalature of Diseases, Volume II (Bagian 2, Mtcoses, edisi ke-1, 1982 dan Bagian 3, Viral Diseases, edisi ke-1, 1983) kecuali jika nama yang disarankan sangat berbeda dengan nama yang dipergunakan saat ini. Kalau demikian haknya maka nama yang disarankan tersebut ditampilkan sebagai sinonim pertama.

1. Identifikasi; secara ringkas menyajikan gambaran klinis pokok yang muncul pada tiap- tiap penyakit dan membedakanya dengan penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang sama. Pada bagian ini juga dijelaskan pemeriksaan laboratorium yang tepat yang sering digunakan saat ini untuk mendiagnosa dan mengkonfirmasikan etiologi penyakit.

2. Penyebab Infeksi; menggambarkan satu jenis atau lebih patogen spesifik yang menjadi penyebab terjadinya penyakit; mengklasifikasikan patogen-patogen tersebut; dan menguraikan ciri-ciri penting dari patogen-patogen tersebut.

3. Kejadian Penyakit; memberikan informasi tentang dimana penyakit ini di dunia cukup prevalen dan kelompok penduduk mana saja yang paling mudah terserang. KLB yang terjadi di masa lalu dan sekarang juga disajikan pada bagian ini.

4. Reservoir; menggambarkan sumber penularan penyakit bagi penduduk yang rentan baik dia sebagai sumber penularan langsung maupun tidak langsung. Sumber penularan penyakit ini bisa manusia, binatang, arthropoda, tumbuh-tumbuhan, tanah, barang-barang atau kombinasi dari semua itu.

5. Cara Penularan; menggambarkan mekanisme bagaimana agen penyebab penyakit bisa menular kepada manusia. Mekanisme ini bisa langsung, tidak langsung atau melalui udara.

6. Masa Inkubasi; merupakan interval (bisa jam, hari atau minggu) antara masuknya bibit penyakit kedalam tubuh manusia sampai dengan pertama kali menunjukkan gejala penyakit.

7. Masa Penularan; ialah waktu (hari, minggu, bulan) dimana bisa penyakit bisa ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung dari orang yang terinfeksi kepda orang lain; atau dari binatang yang terinfeksi kepada manusia; atau dari orang yang terinfeksi kepada binatang atau arthropoda.

8. Kerentanan dan Kekebalan; memberikan gambaran tentang populasi manusia atau binatang yang rentan atau kebal terhadap suatu penyakit. Informasi tentang munculnya kekebalan setelah terjadi infeksi juga diberikan.

9. Cara – cara Pemberantasan diuraikan dalam 6 judul sebagai berikut :

A. Upaya Pencegahan : untuk individu ataupun kelompok

B. Perawatan Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitarnya; menguraikan tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang yang sakit kepada orang lain. Diuraikan juga cara-cara pengobatan terkini untuk mengurangi lamanya periode penularan dan untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian.

• Rekomendasi untuk mengisolasi penderita terutama tergantung pada tindakan kewaspadaan umum (“Universal Precautions”) yang dikutip dari “CDC Guideline for

Isolation Precautions in Hospital” dan “CDC Guideline for Infection Control in Hospital Personnel”.

• MPPM tidak dimaksudkan diterbitkan untuk menjadi peganggan terapi. Namun penatalaksanaan kasus terkini, terutama penyakit-penyakit berat yang sudah tidak ada lagi di Amerika Serikat disajikan pada seksi 9B7 untuk tiap-tiap jenis penyekit. Dosis spesifik dan penatalaksanaan klinis diuraikan terutama untuk penyakit-penyakit yang jika pengobatannya ditunda dapat mengancam jiwa penderita.

• Ada beberapa macam obat yang diperlukan tidak tersedia di pasaran terutama untuk

pengobatan penyakit-penyakit yang sangat jarang bisa disediakan dari persediaan obat-obat penemuan baru (“Investigational new Drug”) dari CDC – Atlanta.

• Uraian spesifik dan lebih detail dari penyakit-penyakit yang jarang terjadi dimana obat

dan antiseranya mungkin tersedia diuraikan dalam seksi 9B7, begitu juga nomor telepon dari orang yang bisa dihubungi. Sebagai tambahan nomor telepon untuk kegawat daruratan di CDC – Atlanta dicantumkan dalam table dibawah ini. Secara umum semua kontak yang ada di CDC – Atlanta harus melalui kantor Kesehatan setempat atau Kantor Kesehatan Negara Bagian.

C. Penanggulangan KLB; disini diuraikan prosedur yang bersifat kegawat daruratan yang perlu dilakukan untuk mencegah penjalaran KLB yang menimpa sekelompok orang, daerah atau negara dan bangsa.

D. Implikasi Bencana; disini diuraikan bahwa implikasi bencana dari wabah penyakit bisa terjadi jika upaya-upaya pencegahan tertentu tidak dilakukan.

E. Tindakan Internasional; disini diuraikan intervensi yang harus dilakukan untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan terjangkit suatu penyakit dari sumber-sumber internasional. Dalam seksi ini diuraikan program-program khusus seperti yang ada di Pusat-pusat Kerjasama WHO (WHO Collaborating Centrals) yang dapat dimanfaatkan.

Pusat-pusat Kerjasama Internasional ini dapat membantu pemerintah dengan jasa konsultasi untuk mengatasi sutu wabah penyakit, mengumpulkan dn mengolah data dan informasi, membantu membuatka standard-standard, mencetak dan menyebarluaskan standard-standard dan Referensi, tukar menukar informasi, pelatihan dan mengorganisir penelitian bersama serta diseminasi informasi berkenaan dengan penyakit-penyakit yang spesifik. Untuk jelasnya hubungi WHO tentang Pusat-pusat Kerjasama Internasional ini.

F. Tindakan terhadap Bioterorisme; untuk penyakit-penyakit tertentu seksi baru disediakan untuk memberikan informasi dan petunjuk bagi petugas kesehatan masyarakat yang mungkin dihadapkan kepada ancaman bio terrorist dengan menggunakan agen penyakit tertentu.

TOPIK / PENYAKIT

NOMOR TELEPON

CDC HOTLINE UNTUK

(770) 488-7100

BIOTERIRISME PELAYANAN OBAT TBC

(404) 639-3670

BOTULISME (404) 639-2206 RABIES (404) 639-1050 ANTITOKSIN DIFTERI

(404) 639-8252

• Semua kejadian yang diduga terkait dengan Bioterorisme harus dilaporkan segera ke kantor FBI setempat. Nomor FBI dapat ditemukan di setiap buku telepon atau dengan memutar nomor 911.

Nomor telepon CDC Atlanta pada hari kerja adalah (404) 639-3311 Jam kerja CDC Atlanta adalah : pukul 08.00 – 16.30 Hari kerja adalah Senin sampai dengan Jum’at

Diluar jam kerja dan diluar hari kerja (hari Sabtu, Minggu dan hari libur), nomor teleponnya adalah : 404-639-2888. Nomor ini akan menerima dan meneruskan setiap keadaan darurat.

1. Laporan Kasus : Pejabat Kesehatan setempat, mengacu kepada peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi akan menentukan penyakit apa yang harus dilaporkan secara rutin. Prosedur pelaporan perlu dikembangkan untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab membuat laporan, bentuk pelaporan dan mekanisme pelaporan. Dokter dan petugas kesehatan lainnya diharuskan melaporkan penyakit-penyakit yang wajib dilaporkan jika mereka menemukannya. Pada umumnya aturan-aturan yang ada di berbagai tingkatan mewajibkan semua orang untuk melaporkan kejadian penyakit yang wajib dilaporkan. Di dalam Rumah Sakit, seorang petugas ditugaskan secara khusus untuk membuat dan mengirimkan laporan yang diperlukan. Laporan yang dikirm bisa tentang kasus secara individu atau kasus secara berkelompok. Laporan kasus penyakit menular berisi informasi minimal tentang nama, alamat, diagram, umur, jenis kelamin, tanggal laporan dari tiap-tiap penderita, untuk hal-hal tertentu tersangka kasus juga dilaporkan. Keterangan tentang tanggal timbulnya penyakit dan dasar dilakukannya diagnosa juga penting. Perlu diperhatikan bahwa hak azasi setiap penderita harus diperhatikan pada semua tingkat system pelayanan kesehatan. Laporan kolektif dimaksudkan laporan tentang sejumlah kasus suatu penyakit menular, berisi diagnosa periode waktu kejadian tanpa mencantumkan identitas individu dari penderita. Berbagai contoh : Dilaporkan ada 20 penderita malaria sampai dengan minggu pertama tanggal 6 bulan Oktober.

2. Laporan KLB : Sebagai tambahan terhadap pelaporan kasus secara individual, maka setiap kejadian luar biasa yang menjadi perhatian masyarakat (Lihat definisi KLB) harus segera dilaporkan kepada pejabat kesehatan setempat dengan cara yang paling cepat tanpa melihat apakah kejadian penyakit tersebut termasuk penyakit yang wajib dilaporkan ataukah tidak. Juga tidak memandang apakah penyakit itu sudah dikenal atau penyakit baru yang belum dikenal (Lihat kelas 4 dibawah).

Penyakit-penyakit yang disusun dalam manual ini dibagi menjadi 5 kelas (Lihat dibawah), disesuaikan dengan manfaat praktis yang dapat diperoleh jika dilaporkan. Pembagian kelas ini merujuk pada pemberian nomor pada teks yang terdapat pada seksi 9B1 untuk tiap-tiap penyakit. Cara pengklarifikasian memberikan dasar kepada setiap pejabat kesehatan untuk menentyukan penyakit apa yang harus dilaporkan secara rutin. Penemuan kasus bisa secara pasif misalnya dokter berinisiatif membuat laporan sesuai dengan peratuaran yang berlaku, atau cara pasif lainnya dimana petugas kesehatan secara aktif dan teratur menghubungi dokter praktek, klinik dan Rumah Sakit untuk meminta laporan tertentu yang diperlukan. Penemuan kasus dikatakan bersifat apabila petugas kesehatan secara aktif datang ke rumah sakit menelusuri catatan media untuk menemukan kasus baru atau kasus-kasus penyakit menular.

KELAS 1 : Pelaporan kasus secara universal dibutuhkan oleh peratuaran perundangan di bidang kesehatan atau penyakit yang berada di bawah pengamatan surveilans WHO

Kelas ini dibagi menjadi tipe seperti di bawah ini :

1. Penyakit-penyakit yang wajib dilaporkan sesuai dengan International Health Regulations (IHR) (1969), edisi ke-3 beranotasi tahun 1983, WHO, GENEVA; yaitu penyakit-penyakit Karantina Internasional seperti Pes, Cholera, demam kuning. Pearuran tersebut diatas saat ini sedang direvisi dan diharapkan sudah diserahkan kepada World Health Assembly (WHA) pada tahun 2002. Perubahan yang diharapkan adalah penggantian daftar penyakit yang banyaknya 3 jenis penyakit dalam IHR dengan kewajiban melaporkan penyakit apa saja yang memiliki “Urgent Pulic Health Importance” (pemyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting).

Kriteria untuk membantu negara anggota menentukan penyakit apa saja yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting ini sedang dikembangkan dan diuji.

1A. Penyakit-penyakit yang berada dibawah pengamatan surveilans WHO, yang ditetapkan pada sidang WHA ke-22, yaitu penyakit Demam Tifus Leuseborne, demam bolak-balik, polio mylitis dengan kelompokan malaria dan influenza.

Kewajiban untuk melaporkan kasus-kasus penyakit menular kepada pejabat kesehatan dapat dilakukan melalui telpon, fax, e-mail atau cara cepat lainnya, pada saat terjadinya KLB. Laporan kolektif kasus-kasus yang muncul belakangan dapat dilakukan secara harian atau mingguan, sebagai contoh misalnya dalam KLB Cholera. Pejabat kesehatan setempat akan meneruskan dengan kasus index yang sudah dilaporkan yaitu kasus yang pertama kali ditemukan kepada pejabat kesehatan yang lebih tinggi dengan cara yang paling cepat. Dalam keadaan biasa laporan penyakit menular dikirm mingguan sedangkan dalam keadaan luar biasa dilaporkan segera melalui telpon, fax atau e-mail.

KELAS 2 : Laporan penyakit diperlukan secara teratur dimanapun penyakit tersebut terjadi

Kelas ini dibagi menjadi 2 sub kelas berdasarkan urgensi dari pada upaya untuk melakukan investigasi dari kontak dan urgensi dari pada upaya untuk mencari sumber penularan atau urgensi melakukan upaya penanggulangan.

2A. Kasus dilaporkan kepada pejabat kesehatan setempat melalui telpon, fax, e-mail atau dengan cara yang paling cepat misalnya. Laporan rutin biasanya disampaikan kepada pejabat kesehatan yang lebih tinggi secara mingguan dengan surat, kecuali kalau kasus index yang terjadi telah dilaporkan melalui telpon, fax atau e-mail seperti kejadian demam tifoid, difteria.

Sebagai tambahan, penyakit menular tertentu yang disebabkan oleh age’n penyakit yang dapat digunakan untuk bioterorisme seperti (authrap, pes, tularemia, botulisme, cacar dan sebaginya) harus dilaporkan segera melalui telpon jika salah satu penyakit tersebut ditemukan. 2B. Kasus dilaporkan dengan cara yang paling praktis kepada pejabat kesehatan yang lebih tinggi sebagai laporan kolektif setiap minggu melalui e-mail. Sebagai contoh adalah penyakit Brucellosin dan Kusta.

KELAS 3 : dilaporakan secara selektif di daerah yang dikenal sebagai daerah eudemis

Dikebanyakan negara dan negara bagian penyakit yang masuk kategori kelas ini tidak dilaporkan. Laporan mungkin dianjurkan di derah atau negara tertentu karena alasan frekuensi dan tingkat beratnya kejadian penyakit.

Kelas ini dibagi menjadi 3 sub kelas, yaitu sub kelas 3A dan 3B bermanfaat pada daerah dengan kondisi tingkat eudemisitas yang sudah mapan untuk mengarahkan upaya pemberantasan tepat waktu serta untuk melakukan evaluasi efektivitas upaya pemberantasan.

Sedangkan sub kelas 3C dimaksudkan untuk upaya pemberantasan atau untuk mendapatkan data epidemiologis yang dibutuhkan.

3A. Kasus dilaporkan melalui telpon, fax, e-mail atau cara-cara lainnya yang cepat dari suatu wilayah dimana penyakit yang dilaporkan tersebut mempunyai Rambing sama pentingnya dengan kelas 2A. Penyakit ini di beberapa negara bukan jenis penyakit yang harus dilaporkan. Sebagai contoh Scrub Typhus, Demam Berdarah yang disebabkan oleh Arenavirus.

3B. Kasus dilaporkan dengan cara yang paling praktis kepada pejabat kesehatan yang lebih tinggi dalam bentuk laporan kolektif melalui surat setiap minggu dan setiap bulan; dibanyak negara penyakit ini bukan termasuk yang wajib dilaporkan contohnya : bartonellosis dn coecidioidomycosis.

3C. Laporan kolektif melalui surat ke pejabat kesehatan setempat yang kemudian diteruskan kepada pejabat yang lebih tinggi melalui surat setiap minggu, setiap bulan, setiap kuartal atau terkadang setiap tahun, sebagai contoh adalah schistomiasis dan fasciolopsiasi.

KELAS 4 : Diwajibkan untuk melaporkan jika terjadi KLB/wabah – Laporan kasus tidak diperlukan.

Jika terjadi KLB/ wabah maka diwajibkan segera melaporkan kepada instansi yang berwenang (Dinas Kesehatan setempat) melalui fax, e-mail atau cara cepat lainnya dan kemudian diteruskan ke instansi yang lebih tinggi dengan cara-cara yang lebih cepat.

Data yang perlu dilaporkan menyangkut jumlah penderita, waktu kejadian, jumlah penduduk yang terkena dan cara-cara penularannya. Sebagai contoh adalah keracunan makanan yang disebabkan oleh adeno virus, penyakit lain yang dengangejala yang tidak jelas.

KELAS 5 : Laporan Resmi umumnya tidak diperlukan

Penyakit yang masuk kategori kelas ini ada dua jenis : penyakit yang sporadic dan jarang terjadi biasanya ditularkan tidak langsung dari orang ke orang (chromo blasto mycosis); atau penyakit yang secara epidemiologis tidak memerlukan tindakan khusus (contohnya common cold).

Penyakit-penyakit ini biasanya dilaporkan tetapi informasi yang dikumpulkan tidak mempunyai nilai yang praktis dan kepada si pelapor tidak diberikan feedback. Hal ini bisa menimbulkan penurunan kinerja pelaporan sehingga bisa berpengaruh kepada pelaporan penyakit-penyakit yang lebih penting.

Hasil lebih baik bisa kita peroleh jika laporan penyakit dibatasi pada penyakit-penyakit yang memang benar-benar memerlukan tindakan penanggulangan, atau penyakit-penyakit yang prosedur penanggulangannya sedang dievaluasi atau penyakit-penyakit yang memerlukan informasi epidemiologis untuk tujuan tertentu.

Definisi – Definisi

( Arti terminology yang digunakan dalam teks)

1. “Carrier” – Orang atau binatang yang mengandung bibit penyekit tertentu tanpa menunjukkan gejala klinis yangjelas dan berpotensi sebagai sumber penularan penyakit. Status sebagai “carrier” bisa bertahan dalam individu dalam waktu yang lama dalam perjalanan penyakit tanpa menunjukkan gejala klinis yang jelas, (dikenal sebagai carrier sehat atau “asymptomatic carrier”). Bisa juga status “carrier” ini terjadi pada waktu masa inkubasi, pada masa “convalescence” atau sesudah masa “convalescence” dimana disini gejala klinis penyakitnya jelas (dikenal sebagai “carrier” inkubasi atau “concalescence carrier”). Dari berbagai jenis “carrier” diatas, status “carrier” bisa pendek bisa sangat panjang (disebuat sebagai “carrier” sementara atau “transient carrier” atau “carrier” kronis).

2. “Case Fataly Rate” - (Angka Kematian Kasus) : Biasanya dinyatakan dalam presentase orang yang didiagnosa dengan penyakit tertentu kemudian meninggal karena penyakit tersebut dalam kururn waktu tertentu.

3. “Chemoprophylaxis” – Pemberian bahan kimia termasuk antibiotik yang ditujukan untuk mencegah berkembangnya infeksi atau berkembangnya infeksi menjadi penyakit yang manifes. “Chemoprophylaxis” juga dimaksudkan untuk mencegah penularan penyakit kepada orang lain. Sedangkan “Chemotherapy” dimaksudkan pemberian bahan kimia dengan tujuan untuk mengobati suatu penyakit yang secara klinis sudah manifes dan untuk mencegaj perkembangan penyakit lebih lanjut.

4. Pembersihan – Menghilangkan bahan organic atau bahan infeksius dri suatu permukaan dengan cara mencuci dan menggosok menggunakan deterjen atau pembersih vacuum dimana agen infeksi ini kemungkinan tempat yang cocok untuk hidup dan berkembang biak pada permukaan tersebut.

5. Penyakit Menular – Penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau oleh produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau toxin yang diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari orang yang terinfeksi, dari binatang atau dari reservoir kepada orang yang rentan; baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau binatang pejamu, melalui vector atau melalui lingkungan.

6. Masa Penularan – Adalah waktu pada saat dimana bibit penyakit mulai ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung dari orang yang sakit ke orang lain, dari binatang yang sakit ke manusia atau dari orang yang sakit ke binatang termasuk ke arthropoda. Untuk penyakit tertentu seperti Diptheria dan Infeksi Streptococcus dimana selaput lendir terkena sejak awal masuknya bibit penyakit, maka masa penularannya dihitung mulai dari saat kontak pertama dengan sumber infeksi sampai dengan saat bibit penyakit tidak lagi ditularkan dari selaput lendir yang terinfeksi, yaitu waktu sebelum munculnya gejala prodromal sampai berhentinya status sebagai carrier, jika yang bersagkutan berkembang menjadi carrier. Ada penyakit-penyakit tertentu justru lebih menular pada masa inkubasi dibandingkan dengan pada waktu yang bersangkutan memang benar-benar jatuh sakit (contohnya adalah Hepatitis A, campak). Pada penyakit-penyakit sepeti TBC, kusta, sifilis, gonorrhea dan jenis salmonella tertentu masa penularannya berlangsung lama dan terkadang intermiten pada saat lesi kronis secara terus menerus mengeluarkan cairan yang infeksius dari permukaan atau lubang-lubang tubuh. Untuk penyakit yang ditularkan oleh arthropoda seperti malaria, demam kuning, masa penularannya atau masa infektivitasnya adalah pada saat bibit penyakit ada dalam jumlah cukup dalam tubuh manusia baik itu dalam darah maupun jaringan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi sehingga memungkinkan vector terinfeksi dan menularkannya kepada orang lain. Masa penularan untuk vector arthropoda yaitu pada saat bibit penyakit dapat disemikan dalam jaringan tubuh arthropoda dalam bentuk tertentu dalam jaringan tertentu (stadium infektif) sehingga dapat ditularkan.

7. Kontak – Orang atau binatang sedemikian rupa mempunyai hubungan dengan orang atau binatang yang sakit atau dengan lingkungan yang tercemar yang menyebabkan mereka kemungkinan besar terkena infeksi

8. Kontaminasi – Ditemukannya bibit penyakit dipermukaan tubuh, pakaian, tempat tidur, mainan anak-anak, instrumen, duk atau pada benda-benad lainnya termasuk air dan makanan. Polusi berbeda dengan kontaminasi, dimana polusi diartikan adanya bahan pencemar dalam jumlah yang berlebihan di dalam lingkungan dan tidak harus berupa agen insfeksius. Kontaminasi permukaan tubuh manusia tidak berati orang tersebut berperan sebagai “carrier”.

9. Disinfektan – Upaya untuk membunuh bibit penyakit di luar tubuh manusia dengan menggunakan bahan kimia atau bahan fisis. Disinfektan pada tingkat yang tinggi akan membunuh semua mikro organisme kecuali spora. Diperlukan upaya lebih jauh untuk membunuh spora dari bakteri. Untuk membunuh spora diperlukan kontak yang lebih lama dengan disinfektan dalam konsentrasi tertentu setelah dilakukan pencucian dengan deterjen secara benar. Konsentrasi bahan kimia yang diperlukan antara lian Glutaraldehyde 2%, H2O2 6% yang sudah distabilkan, Asam paracetat 1%, paling sedikitnya diberikan minimal 20 menit. Disinfektan pada tingkat menengah tidak membunuh spora. Spora akan mati

jika dilakukan pasteurisasi selama 30 menit 75 o C (167

F) atau dengan menggunakan disinfektan yang sudah direkomendasikan oleh EPA.

Disinfektasi Segera, adalah disinfektasi yang dilakukan segera setelah lingkungan tercemar oleh cairan tubuh dari orang yang sakit atau suatu barang yang tercemar oleh bahan infeksius. Sebelum dilakukan disinfektasi terhadap barang atau lingkungan maka upayakan agar sesedikit mungkin kontak dengan cairan tubuh atau barang- barang yang terkontaminasi tersebut.

Disinfektasi Terminal, adalah upaya disinfektasi yang dilakukkan setelah penderita meninggal, atau setelah penderita dikirm ke Rumah Sakit, atau setelah penderita Disinfektasi Terminal, adalah upaya disinfektasi yang dilakukkan setelah penderita meninggal, atau setelah penderita dikirm ke Rumah Sakit, atau setelah penderita

Sterilisasi, adalah penghancuran semua bentuk dari bibit penyakit baik dengan cara memanaskan, penyinaran, menggunakan gas (ethylene oksida, formaldehyde) atau denganpemberian bahan kimia.

10. Disnfestasi – Tindakan yang dilakukan baik fisis maupun kimiawi dengan maksud untuk menghancurkan atau menghilangkan binatang-binatang kecil yang tidak diinginkan khususnya arthropoda atau rodensia yang hadir di lingkungan manusia, binatang peliharaan, dipakaian (lihat Insektisida dan Rodentisida). Disinfestasi termasuk menghilangkan kutu yaitu Pediculus humanus, pada manusia. Synonim dari disinfestsai adalah disinseksi, disinsektisasi jika yang dihilangkan hanya insekta.

11. Endemis – Suatu keadaan dimana suatu penyakit atau agen infeksi tertentu secara terus menerus ditemukan disuatu wilayah tertentu, bisa juga dikatakan sebagai suatu penyakit yang umum ditemukan disuatu wilayah. Sedangkan Hyperendemis adalah keadaan diman penyakit tertentu selalu ditemukan di suatu wilayah dengan insiden yang tinggi. Dan Holoendemis adalah keadaan dimana suatu penyakit selalau ditemukan di suatu wilayah dengan prevalensi yang tinggi, awalnya menyerang penduduk usia muda dan menimpa sebagian besar penduduk contohnya malaria di daerah tertentu (lihat zoonosis).

12. Epidemi (Wabah) - Timbulnya suatu penyakit yang menimpa sekelompok masyarakat atau suatu wilayah dengan angka kejadian yang melebihi angka normal dari kejadian penyakit tersebut.

Beberapa jumlah penderita untuk bisa dikatakan telah terjadi Epidemi sangat tergantung dari jenis penyakit, jumlah dan tipe penduduk yang tertimpa, pengalaman masa lalau, jarangnya terpajan dengan penyakit tersebut, waktu dan tempat kejadian. Dengan demikian epidemisitas sangat relatif tergantung kepada bagaumana kejadian biasanya dari penyakit tersebut di suatu wilayah yang sama, pada penduduk tertentu pada musim yang sama. Sebagai contoh satu kasus penyakit tertentu yang lama tidak muncul kemudian tiba- tiba muncul atau suatu kasus penyakit yang sebelumnya belum pernah dikenal, muncul maka segera harus dilakukan penyelidikan epidemiologis dan juika kemudian penyakit tersebut menjadi dua kasus dalam waktu yang cepat di tempat tersebut maka ini sebagai bukti telah terjadi penularan dan dianggap telah terjadi epidemi (lihat laporan suatu penyakit dan zoonosis).

13. Penyinaran Makanan - Teknologi tertentu yang dapat memberikan dosis spesifik dari radiasi pengion dari suatu sumber radio isotope (Cobalt 60) atau dari mesin yang dapat menghasilkan sinar electron atau sinar X. Dosis yang diperlukan untuk penyinaran makanan dan alat-alat : rendah yaitu sekitar 1 kilo Grays (kGy) atau kurang, digunakan untuk sisinfeksi insekta dari buah-buahan, bumbu atau biji-bijian; disinfeksi parasit dari ikan dan daging; medium 1 – 10 kGy (biasanya 1-4 kGy), dipakai untuk pasteurisasi dan untuk menghancurkan bakteri dan jamur, dan tinggi 10 – 15 kGy, digunakan untuk sterilisasi makanan, peralatan medis dn alat kesehatan (cairan iv, implan, semprit, jarum suntik, benang, klip, jas operasi, duk).

14. Fumigasi – Proses yang ditujukan untik membunuh binatang tertentu seperti arthropoda dan rodensia dengan menggunakan gas kimia (lihat insektisida dan rodentisida).

15. Penyuluhan Kesehatan - Adalah suatu proses yang ditujukan kepada individu atau kelompok penduduk agar mereka bisa berperilaku sehat dalam menjaga dan memelihara kesehatan mereka. Penyuluhan kesehatan dimulai dari masyarakat dalam keadaan seperti apa adanya yaitu pandangan mereka selama ini terhadap masalah kesehatan.

Dengan memebrikan penyuluhan kesehatan kepada mereka dimaksudkan untuk mengembangkan sikap dan tanggung jawab sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dalam masalah kesehatan. Khusus kaitannya dengan pemberantasan penyakit menular maka penyuluhan kesehatan ditujukan kepada upaya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit menular, penilaian terhadap perilaku masyarakat yang ada kaitannya dengan penyebaran serta peningkatan frekuensi penyakit menular, pengenalan cara-cara pengobatan (Synonim : pendidikan penderita, pendidikan untuk kesehatan, pendidikan kepada masyarakat, pendidikan kesehatan masyarakat).

16. Kekebalan Kelompok (Herd inmunixty) – Adalah kekebalan dari sekelompk orang atau masyarakat. Kemampuan dari sekelompok orang untuk menanngkal invasi atau penyebaran suatu penyakit infeksi jika mereka yang kebal mencapai proporsi yang cukup tinggi di masyarakat.

17. Pejamu/Tuan Rumah/Inang – Disebut juga “Host”, hospes ialah orang atau binatang termasuk burung dan arthropoda yang mengandung bibit penyakit tertentu yang didapatkan secara alamiah (bukan sebagai hasil eksperimen). Protozoa dab cacing tertentu mempunyai beberapa oejamu dari spesies binatang yang berbeda dalam stadium perkembangan mereka. Pejamu dimana parasit mencapai maturitas atau melewatkan stadium seksual mereka disebut sebagai pejamu perimer atau pejamu difinitif, sedangkan pejamu dimana parasit melewatkan stadium larva atau stadium asexual disebuet sebagai pejamu sekunder atau pejamu intermediair. Pejamu perantara (transport host) adalah “carrier” dimana organisme bertahan hidup tetapi tidak mengalamui perkembangan.

18. Individu Yang Kebal – Orang atau binatang yang memiliki antibody spesifik dan atau memiliki antibody seluler akibat infeksi atau pemberian imunisasi yang dialami sebelumnya. Atau suatu kondisi sebagai akibat pengalaman spesifik sebelumnya sebagai suatu respons sedemikian rupa yang mencegah berkembangnya penyakit terhadap reinfeksi dari bibit penyakit tertentu.

Tingkat imunitas seseorang sangat relatif; tingkat perlindungan tertentu mungkin cukup kuat terhadap infeksi yang biasanya tetapi tidak mencukupi untuk infeksi yang berat atau infeksi yang melewati “Port d’entre” yang tidak biasanya; Daya lindung juga berkurang pada pemberian pengobatan “immumosuppressive” atau karena menderita penyakit lain dan proses ketuaan (lihat Resistensi).

19. Imunitas – Kekebalan yang dikaitkan dengan adanya antibody atau sel yang mempunyai tanggap kebal terhadap mikro organisme dari penyakit infeksi tertentu atau terhadap toksinnya. Kekeblan yang efektif meliputi kekebalan seluler berkaitan dengan sentisisai T-Lymphocite dan atau imunitas humoral yang didasarkan kepada reaksi B-Lymphocite. Kekebalan Pasif di dapat baik secara alamiah maupun didapat dari ibu melalui ari ari, atau didapat secara buatan dengan memberikan suntikan zat kebal (dari serum binatang yang sudah dikebalkan, serum hiperium dari orang yang baru sembuh dari penyakit tertentu atau “human immune serum globulin”; kekebalan yang diberikan relatif pendek (beberapa hari atau beberapa). Imunitas humorial aktif, hilang setelah beberapa tahun yang didapat baik secara alamiah karena infeksi dengan atau tanpa gejala klinis atau diperoleh secara buatan dengan menyuntikkan agen infeksi yang sudah dibunuh atau dilemahkan atau dalam bentuk vaksinnya ke dalam tubuh manusia.

20. Infeksi yang tidak kelihatan (Inapparent Infection) – Adalah terjadinya infeksi pada pejamu tanpa disertai dengan gejala klinis yang jelas. Infeksi ini hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium seperti melalui pemeriksaan darah, skin test (Synonim; asymptomatik, subklinis, “occult infection”)

21. Angka Insidensi (Incidence Rate) – Jumlah kasus baru penyakit tertentu yang dilaporkan pada periode waktu tertentu, tempat tertentu dibagi dengan jumlah penduduk dimana penyakit tersebut berjanngkit. Biasanya dinyatakan dalam jumlah kasus per 1000 dtau per 100.000 penduduk per tahun. Angka ini bisa diberlakukan bagi umur tertentu, jenis kelamin tertentu atau karakteristik spesifik dari penduduk. (lihat Angka morbiditas, Angka Prevalensi). “Attack rate” atau “Case Rate” adalah proporsi yang menggambarkan insidensi kumulatif dari kelompok tertentu, yang diamati dalam waktu yang terbatas dalam situasi tertentu misalnya pada waktu terjadi kejadian luar biasa atau wabah. Dinyatakan dalam prosentase (jumlah kasus per 100 penduduk). Sedangkan “Attack rate” Sekunder adalah jumlah penderita baru yang terjadi dalam keluarga atau institusi dalam periode masa inkubasi tertentu setelah terjadi kontak dengan kasus primer, dihubungkan dengan total keseluruhan kontak; deniominatornya/penyebutnya bisa terbatas hanya kepada kontak yang rentan saja jika hal ini diketahui dengan jelas. Angka Infeksi adalah proporsi yang menggambarkan insidensi dari semua infeksi yang terjadi baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.

22. Masa Inkubasi – Yaitu interval waktu antara kontak awal dengan bibit penyakit dan awal munculnya gejala penyakit yang dikaitkan dengan infeksi tersebut. Didalam tubuh vector adalah waktu antara msauknya mikro organisme ke dalam tubuh vector dan waktu dimana vector tersebut mampu menyebarkan penyakit (Masa Inkubasi

Ekstrinsik).

Waktu antara orang terpajan dengan parasit sampai ditemukannya parasit tersebut dalam darah atau feces dinamakan masa percobaan.

23. Orang yang terinfeksi – Seseorang atau binatang yang mengandung bibit penyakit baik dia menunjukkan gejala klinis maupun tidak (lihat pasien atau orang sakit), atau infeksi yang tidak kelihatan (lihat Carrier). Orang atau binatang yang infeksius adalah dari mana bibit penyakit secara alamiah bisa didapat.

24. Infeksi – masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit ke dalam tubuh manusia atau binatang. Infeksi tidak sama dengan penyakit infeksius; akibatnya mungkin tidak kelihatan (lihat infeksi yang tidak kelihatan) mungkin juga manifes (lihat penyakit infeksi). Ditemukannya bibit penyakit di permukaan tubuh, dipermukaan alat-alat, pada alat-alat yang tercemar tanah disebut sebagai kontaminasi (lihat infestrasi dan kontaminasi) bukan infeksi.

25. Agen Infeksius – Adalah organisme (virus, rickettsia, bacteria, fungus, protozoa, cacing) yang bisa menimbulkan infeksi atau penyakit infeksi. Infektivitas menunjukkan kemampuan dari agen infeksius untuk masuk, hidup dan berkembang biak di dalam tubuh pejamu; Tingkat infeksius adalah tingkat kemudahan dari bibit penyakit tertentu ditularkan dari satu pejamu ke pajamu lain

26. Penyakit Infeksius – Penyakit pada manusia atau binatang yang manifes secara klinis sebagai akibat dari infeksi (lihat infeksi)

27. Infestasi – Berlaku untuk orang atau binatang yaitu hinggap dan berkembang biakanya arthropoda di permukaan tubuh manusia atau di pakaian. Sedangkan tempat atau peralatan yang terinfestasi adalah apabila alat atau tenpat tersebut memberikan tempat berteduh bagi arthropoda atau rodensia.

28. Insektisida - Bahan kimia yang dipakai untuk memusnahkan insekta, pemakaiannya bisa dalam bentuk tepung, cairan, cairan yang dibuat menjadi pertikel, aerosol, disemprotkan baik yang menggunakan residu maupun tidak. Sedangkan Larvasida istilah yang digunakan bagi bahan kimia yang dipakai untuk bahan kimia yang digunakan untuk membunuh bentuk dewasa dari arthropoda. Istilah Insektisida kerap dipakai untuk membunuh kutu dan agas. Istilah-istilah lain seperti lousisida, mitisida juga kadang-kadang dipakai.