ECHINOCOCCOSIS Disebabkan Echinococcus granulosus ICD-9 122.4; ICD-10 B67.0-B67A.

I. ECHINOCOCCOSIS Disebabkan Echinococcus granulosus ICD-9 122.4; ICD-10 B67.0-B67A.

(Cystic atau Unilocular Echinococcosis, Penyakit Cystic hydatid)

1. Identifikasi

Cacing pita Echinococcus granulosus merupakan spesies Echinococcus yang paling sering ditemukan dan menyebabkan penyakit kista hidatidosa yang ditularkan pada stadium larva dari cacing pita ini. Kista hidatidosa membesar sangat lambat, membutuhkan beberapa tahun untuk berkembang. Umumnya kista berkembang sampai dengan diameter 1-7 cm tapi bisa mencapai 10 cm. Infeksi dapat terjadi tanpa menunjukkan gejala klinis sama sekali sampai kista tersebut membesar mencapai ukuran tertentu dan memberikan efek langsung karena tekanan massa kista tersebut; tanda-tanda dan gejala-gejala klinis bervariasi tergantung dari lokasi, besar dan jumlah kista tersebut.

Pecahnya kista dapat menyebabkan reaksi seperti anafilaksis (alergi berat) dan mengeluarkan proglotid protoskoleks sebagai sumber infeksi echinococcis berikutnya. Bentuk spesifik kista adalah feris, berdinding tebal, unilokulair dan lebih sering ditemukan didalam hati dan paru-paru, walaupun dapat ditemukan juga pada organ lainnya. Diagnosa klinis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang ditimbulkan oleh massa tumor yang tumbuh dengan lambat, adanya riwayat pernah tinggal di daerah endemis, ada riwayat berhubungan dengan atau kontak dengan anjing. Diagnosa banding adalah tumor ganas, abses amuba, kista congenital dan TBC. Diagnosa terhadap kista hydatidosa dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan rontgent, CT scan, Ultrasonografi bersama-sama dengan pemeriksaan laboratorium secara serologis. Diagnosa definitif terhadap hasil serologis negatif adalah dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap spesimen dari hasil biopsi tindakan operatif atau aspirasi kista, risiko yang mungkin timbul pada tindakan aspirasi adalah reaksi anafilaktik, hal ini dapat dihindari jika tindakan aspirasi dipandu dengan USG dan pemberian obat cacing sebelumnya. Identifikasi terhadap spesies didasarkan pada penemuan penebalan dinding kista dan proglotidnya berdasarkan struktur dan ukuran kait proglotid.

2. Penyebab Penyakit

Disebabkan oleh Echinococcosis granulosus, cacing pita pada anjing yang bentuknya kecil.

3. Distribusi Penyakit

Penyebaran penyakit ini tergantung dari dekatnya hubungan manusia dengan anjing yang terinfeksi. Penyakit ini tersebar di seluruh benua kecuali Antartika, sering terjadi terutama di negara-negara yang banyak pada rumput tempat menggembalakan ternak dimana anjing diberi makan jeroan yang mengandung kista. Di Amerika Serikat cacing pita ditemukan di negara bagian yang beternak domba seperti: Utah, Arizona, New Meksiko dan California dan hidup berkembang di dalam siklus kehidupan hutan dan melibatkan berbagai jenis binatang liar termasuk hewan pemamah biak liar lainnya seperti moose, kerbau di Alaska. Penyebaran penyakit ini dapat dieliminasi secara tuntas di Islandia (Iceland) dan prevalensinya dapat diturunkan secara bermakna di Australia, Selandia Baru dan Siprus.

4. Reservoir

Anjing domestik dan anjing liar lainnya merupakan hospes terhadap E. ganulosus; ditemukan ribuan cacing pita pada usus mereka tanpa gejala infeksi. Keluarga kucing dan banyak hewan pemakan daging lainnya tidak dapat berperan sebagai hospes terhadap parasit ini. Berbagai jenis herbivora dapat berperan sebagai hospes perantara terutama domba, sapi, kambing, babi dan hewan lainnya.

5. Cara Penularan

Infeksi pada manusia sering mulai terjadi pada anak-anak melalui rute oro-fecal yaitu melalui tangan yang mengandung telur cacing karena kontak dengan anjing yang terinfeksi atau secara tidak langsung melalui makanan, air, tanah atau alat yang tercemar. Pada beberapa kejadian ditemukan lalat ikut mengeluarkan telur cacing dari kotoran hewan yang terinfeksi.

Cacing dewasa berada dalam usus halus anjing yang memproduksi telur yang

mengandung embrio infektif (ocosphere) yang dikeluarkan melalui kotoran yang dapat hidup selama beberapa bulan di padang rumput penggembalaan atau kebun. Bila telur tertelan oleh hospes perantara, termasuk manusia, telur akan menetas mengeluarkan embrio yang bermigrasi melalui mukosa usus dan dibawah oleh aliran darah ke berbagai macam organ yang nantinya akan membentuk kista. Berbagai strain E. garnulosus bervariasi dalam kemampuannya beradaptasi terhadap berbagai jenis hospes (domba, sapi, kuda, onta, babi, moose) begitu juga kemampuan mereka untuk menginfeksi manusia.

Anjing terinfeksi oleh karena memakan jeroan yang mengandung kista hydatidosa. Domba dan hospes perantara lainnya terinfeksi ketika memakan rumput yang terkontaminasi kotoran anjing yang mengandung telur E. granulosus.

7. Masa Penularan

Penularan tidak terjadi secara langsung dari manusia ke manusia atau dari satu hospes perantara ke hospes lainnya. Anjing terinfeksi mulai mengeluarkan telur E. granulosus sekitar 7 minggu setelah infeksi. Kebanyakan anjing yang terinfeksi akan sembuh secara spontan setelah 6 bulan, walaupun kadang-kadang dapat hidup 2-3 tahun. Anjing dapat mengalami infeksi ulang.

8. Kerentanan dan Kekebalan

Anak-anak lebih mudah terpajan karena mereka cenderung lebih dekat dengan anjing yang terinfeksi dan biasanya higene perorangannya juga kurang. Tidak ada bukti bahwa anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa.

9. Cara-cara Pemberantasan

A. Cara-cara Pencegahan

1) Berikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat risiko tinggi untuk menghindari kontaminasi dengan kotoran anjing. Anjurkan untuk cuci tangan sebelum makan.

2) Pemutusan rantai penularan dari hospes perantara kepada hospes definitif dapat dilakukan dengan mencegah anjing memakan jeroan yang tidak dimasak dan melakukan pengawasan terhadap pemotongan ternak dan pengamanan pembuangan jeroan yang terinfeksi.

3) Organ dari bangkai hospes perantara yang terinfeksi hendaknya dibakar atau dikubur dalam-dalam.

4) Secara periodik lakukan pengobatan terhadap anjing-anjing yang berisiko; kurangi jumlah populasi anjing.

5) Petugas lapangan dan petugas laboratorium hendaknya selalu memperhatikan prosedur kewaspadaan agar tidak tertelan telur E. granulosus.

B. Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitar

1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Untuk daerah endemis tertentu, dikebanyakan negara dan negara bagian, penyakit ini tidak wajib dilaporkan, Kelas

3 B (lihat pelaporan tentang penyakit menular).

2) Isolasi: Tidak perlu.

3) Desinfeksi serentak: Tidak dilakukan.

4) Karantina: Tidak perlu.

5) Imunisasi: Tidak ada.

6) Penyelidikan terhadap kontak dan sumber infeksi: Periksalah anggota keluarga dan cari mereka yang dicurigai menderita tumor. Periksalah anjing peliharaan dan lingkungan dalam rumah. Cari kebiasaan sehari-hari yang bisa mengakibatkan infeksi.

7) Pengobatan spesifik: Membuang kista paling sering dilakukan, namun pengobatan

dengan Mebendazole (Vermox ® ) dan Albendazole (Zentel ) telah digunakan dengan hasil yang baik. Pada kebanyakan kasus, cara pengobatan yang paling baik

jika kista primer robek, praziquantel (Biltricide ® ), obati protoscolisida dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kista sekunder.

C. Penanganan Wabah

Didaerah hiperendemis lakukan pengawasan terhadap populasi anjing terlantar dan anjing liar. Obati sisa anjing lainnya dengan Praziquantel (Biltricide ® ). Lakukan

pengawasan ketat terhadap ternak potong.

D. Implikasi bencana: Tidak ada

E. Penangan Internasional

Lakukan pengawasan lalu-lintas anjing daerah enzootic.