MYCOPLASMAL PNEUMONIA ICD-9 483; ICD-10 J15.7

II. MYCOPLASMAL PNEUMONIA ICD-9 483; ICD-10 J15.7

(Primary atypical pneumonia)

1. Identifikasi

Infeksi ini umum menyerang saluran pernafasan bagian bawah dengan gejala febris. Walaupun sangat jarang faringitis dapat berkembang menjadi bronkhitis dan berlanjut menjadi pneumonia. Perjalanan penyakit berlangsung secara graduil berupa sakit kepala, malaise, batuk biasanya paroxysmal, sakit tenggorokan, kadang-kadang sakit didada kemungkinan pleuritis. Pada awalnya sputum sedikit lama-lama bertambah banyak. Foto toraks memberikan gambaran adanya infiltrat pada paru-paru. Infiltrat berbentuk bintik- bintik menyebar kesannya lebih berat dibandingkan dengan gejala klinis. Pada kasus yang berat, pneumonia menyebar dari satu lobus ke lobus lainnya dan dapat juga bilateral. Sepertiga dari kasus menunjukkan adanya lekositosis pada minggu pertama. Lama sakit berlangsung dari beberapa hari sampai satu bulan lebih. Infeksi sekunder oleh bakteri lain dan komplikasi lain dapat terjadi. Komplikasi lain yang bisa terjadi walaupun sangat jarang misalnya infeksi SSP, timbul Stevens-johnson syndrome, biasanya tidak fatal. Infeksi oleh Mycoplasma pneumoniae ini harus dibedakan dengan infeksi yang disebabkan oleh mikroba lain seperti: infeksi oleh bakteri lain, adenovirus, respiratory syncytial virus, parainfluenza, campak, Q-fever, psittacosis, mycosis tertentu dan TBC. Diagnosa didasarkan pada adanya peningkatan titer antibodi antara serum akut dan serum convalescent. Titer meningkat setelah beberapa minggu. ESR (erythrocite sedimentation rate) hampir selalu tinggi. Cold hemagglutinin (CA) dapat muncul pada separuh sampai dua pertiga kasus yang dirawat di rumah sakit, namun ini merupakan temuan yang tidak spesifik. Titer CA menggambarkan tingkat beratnya penyakit. Bakteri penyebab penyakit dapat ditanam pada media khusus.

2. Penyebab penyakit: Mycoplasma pneumoniae, bakteri keluarga Mycoplasmataceae.

3. Distribusi penyakit

Tersebar di seluruh dunia, sporadis, endemis dan kadang-kadang muncul sebagai wabah/KLB terutama menyerang anggota militer atau institusi tertentu. Attact rate bervariasi antara 5 atau lebih dari 50 per 1.000 per tahun pada kelompok militer dan 1 sampai 3 per 1.000 per tahun pada masyarakat sipil. KLB lebih sering terjadi pada akhir musim panas dan musim gugur, penyakit endemis ini tidak mengikuti pola musiman, namun bervariasi dari tahun ketahun dan bervariasi menurut daerah geografis yang berbeda. Menyerang semua jenis kelamin dan ras. Penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur dan sangat ringan pada anak balita, biasanya penyakit dengan gejaa klinis yang jelas adalah pada anak usia sekolah atau dewasa muda.

4. Reservoir: Manusia.

5. Cara penularan

Diperkirakan penularan terjadi melalui percikan ludah yang dihirup oleh orang lain, melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi (termasuk kontak dengan infeksi subklinis) atau dengan benda-benda yang tercemar dengan discharge hidung dan tenggorokan dari penderita akut dan penderita batuk. Sering terjadi pneumonia sekunder diantara kontak, anggota keluarga dan pengunjung pasien.

6. Masa inkubasi: dari 6 sampai 32 hari.

7. Masa penularan: Tidak diketahui, diperkirakan kurang dari 20 hari. Pengobatan yang

diberikan tidak dapat membasmi organisme dari saluran pernafasan dan bakteri ini dapat terus betahan sampai 13 minggu.

8. Kerentanan dan kekebalan

Pneumonia klinis terjadi pada 3%-30% infeksi yang disebabkan oleh M. Pneumoniae, dan sangat tergantung pada usia. Gejala klinis bervariasi mulai dari faringitis ringan tanpa demam sampai dengan penyakit dengan gejala demam sebagai akibat infeksi menyerang saluran pernafasan bagian atas dan bawah. Lamanya kekebalan bertahan tidak diketahui dengan pasti. Kekebalan yang muncul setelah terjadi infeksi dikaitkan dengan terbentuknya antibodi humoral yang bertahan sampai dengan satu tahun.

9. Cara-cara pemberantasan

A. Cara-cara pencegahan: Hindari kegiatan hunian dan kepadatan ruang tidur bila memungkinkan, khususnya pada panti-panti, asrama dan kapal.

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya

1) Laporan kepada institusi kesehatan setempat: Kewajiban melaporkan kalau ada wabah, kasus individual tidak dilaporkan, Kelas 4 (lihat laporan penyakit menular).

2) Isolasi: Tidak ada, sekret saluran nafas kemungkinan infeksius.

3) Disnfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap discharge hidung dan tenggorokan, pembersihan menyeluruh.

4) Karantina: Tidak ada.

5) Imunisasi Kontak: Tidak ada.

6) Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi: Investigasi sangat bermanfaat dalam upaya menemukan penderita secara dini pada anggota kelarga agar dilakukan pengobatan dini.

7) Pengobatan spesifik: Erythromycin atau makrolide lainnya, atau tetracyclin. Erythromycin atau mikrolide lainnya dianjurkan untuk anak umur dibawah 8 tahun untuk mencegah terjadinya pewarnaan tetracyclin pada gigi susu. Tidak ada antibiotika yang dapat mengeliminisasi organisme dari pharynx, selama pengobatan, maka mycoplasma yang resisten teradap erythromycin dapat diketahui.

C. Penanggulangan Wabah: Tidak ada cara-cara penangglangan ang efektif.

D. Implikasi bencana: Tidak ada.

E. Tindakan Internasional : Manfaatkan WHO Collaborating Center.