PNEUMOCOCCAL PNEUMONIA ICD-9 481; ICD-10 J13

I. PNEUMOCOCCAL PNEUMONIA ICD-9 481; ICD-10 J13

1. Identifikasi

Merupakan infeksi bakteri akut ditandai dengan serangan mendadak dengan demam menggigil, nyeri pleural, dyspnea, tachypnea, batuk produktif dengan dahak kemerahan serta lekositosis. Serangan ini biasanya tidak begitu mendadak, khususnya pada orang tua dan hasil foto toraks mungkin memberi gambaran awal adanya pneumonia. Pada bayi dan anak kecil, demam, muntah dan kejang dapat merupakan gejala awal penyakit. Konsolidasi yang terjadi mungkin berupa bronchopneumonia, khususnya pada anak dan orang tua, bukan pneumonia segmental atau lober. Pneumoni pneumokokus sebagai Merupakan infeksi bakteri akut ditandai dengan serangan mendadak dengan demam menggigil, nyeri pleural, dyspnea, tachypnea, batuk produktif dengan dahak kemerahan serta lekositosis. Serangan ini biasanya tidak begitu mendadak, khususnya pada orang tua dan hasil foto toraks mungkin memberi gambaran awal adanya pneumonia. Pada bayi dan anak kecil, demam, muntah dan kejang dapat merupakan gejala awal penyakit. Konsolidasi yang terjadi mungkin berupa bronchopneumonia, khususnya pada anak dan orang tua, bukan pneumonia segmental atau lober. Pneumoni pneumokokus sebagai

2. Penyebab penyakit: Streptococcus pneumoniae (pneumococcus). Dari 83 tipe kapsula yang diketahui, 23 diperkirakan menyebabkan 90% infesi yang terjadi di AS.

3. Distribusi penyakit

Merupakan penyakit yang endemisitasnya berkelanjutan,khususnya menyerang bayi dan usia lanjut serta orang-orang yang menderita penyakit tertentu; lebih sering menyerang kelompok dengan tingkat sosial ekonomi rendah di negara berkembang. Penyakit ini muncul pada semua iklim dan musim, tapi insidensi paling tinggi pada musim dingin dan musim semi. Biasanya sporadis di AS, bisa terjadi KLB pada penduduk yang padat dan pada urbanisasi yang cepat. KLB yang berulang pernah terjadi pada kelompok pekerja tambang di Afrika Selatan; insidensi yang tinggi ditemukan pada daerah geografis tertentu (misalnya Papua Nugini) dan di banyak negara berkembang; menyerang anak-anak dan merupakan penyebab kematian terbesar pada anak. Peningkatan insidensi biasanya mengikuti KLB influenza. Tingkat resistensi yang tinggi terhadap penisilin dan kadang- kadang terhadap generasi ketiga cephalosporin semakin meningkat di seluruh dunia.

4. Reservoir: Manusia. Pneumococci umum ditemukan pada saluran pernafasan bagian atas dari orang yang sehat di seluruh dunia.

5. Cara penularan

Melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut atau kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi discharge saluran pernafasan. Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang, namun penularan melalui kontak sesaat jarang terjadi.

6. Masa inkubasi: Tidak diketahui dengan pasti, mungkin hanya 1-3 hari.

7. Masa penularan

Diperkirakan penularan berlangsung sampai dengan saat dimana liur dan ingus dari hidung tidak lagi mengandung pneumococci yang virulen dalam jumlah yang bermakna. Apabila bakteri masih sensitif terhadap penisilin maka pemberian penisilin akan membunuh bakteri dalam waktu 24-48 jam sehinga penderita tidak menjadi infeksius lagi.

8. Kerentanan dan kekebalan

Orang akan semakin rentan terhadap infeksi pneumokokus apabila integritas struktur anatomi dan fisiologi dari saluran pernafasan bagian bawah terganggu. Gangguan ini bisa disebabkan oleh influenza, edema paru oleh berbagai sebab, aspirasi pada pecandu alkohol atau sebab lain, penyakit paru kronis, atau karena terpajan bahan kimia yang iritatif dari udara. Orang tua dan orang-orang dengan penyakit-penyakit seperti yang disebutkan berikut berisiko tinggi terserang infeksi: asplenia, penyakit sickle cell, penyakit kardiovaskuler kronis, diabetes mellitus, sirosis hati, penyakit Hodgkins,limfoma, multiple myeloma, gagal ginjal kronis, sindroma nefrotik, infeksi HIV dan transplantasi organ. Kekebalan spesifik terhadap serotipe kapsul bakteri dapat terbentuk setelah mengalami infeksi dan kekebalan ini daat bertahan sampai bertahun-tahun. Di negara berkembang penyebab penting sebagai kofaktor timbulnya pneumonia pada bai dan anak-anak adalah malnutrisi dan berat badan lahir rendah.

9. Cara-cara pemberantasan

A. Cara-cara pencegahan

1) Hindari kepadatan hunian bila mungkin, khususnya pada institusi, barak-barak dan kapal.

2) Berikan vaksin polivalen kepada orang dengan risiko tinggi. Vaksin ini berisi polisakarida dari 23 tipe pneumokokus penyebab 90% dari semua infeksi pneumokokus di AS. Vaksin ini tidak efektif apabila diberikan pada anak umur kurang dari 2 tahun. Mereka yang berisiko tinggi terhadap infeksi fatal adalah orang yang berumur 65 tahun keatas, mereka dengan asplenia anatomis maupun fungsional, penyakit sickel cel, infeksi HIV dan berbagai penyakit sistemik yang kronis, termasuk penyakit jantung dan paru, sirosis hati, gangguan fungsi ginjal dan diabetes mellitus. Oleh karena risiko infeksi dan CFR meningkat sejalan dengan meningkatnya umur, maka manfaat imunisasipun juga meningkat. Bagi sebagian besar orang vaksin 23 valent pneumcoccal hanya diperlukan sekali, namun imunisasi ulang pada umumnya aman dan vaksinasi sebaiknya diberikan kepada orang yang status imunisasinya tidak jelas. Reimunisasi direkomendasikan untuk diberikan kepada anak usia dua tahun yang berisiko tinggi untuk mendapatkan infeksi pneumokokus yang serius (misalnya penderita asplenik) dan diberikan kepada mereka yang mempunyai kecenderungan penurunan titer antibodi secara cepat dengan catatan sudah lima tahun atau lebih sejakpemberian dosis terakhir. Reimunisasi 3 tahun kemudian sejak dosis terakhir juga harus dipertimbangkan pada anak dengan asplenia anatomik atau fungsional (misanya penyakit sickel cell atau splenektomi). Dan reimunisasi juga perlu diberikan kepada mereka dengan kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan antibodi yang cepat setelah pemberian imunisasi inisial (misalnya sindroma nefrotik, gagal ginjal, transplantasi ginjal), mereka harus berumur 10 tahun atau lebih pada saat reimunisasi. Sebagai tambahan orang yang berusia 65 tahun keatas harus diberikan imunisasi ulangan apabila mereka imunisasi terakhir sudah lebih dari 5 tahun yang lalu, dengan catatan usia pada saat menerima imunisasi tersebut kurang dari 65 tahun. Sebagian besar tipe antigen pneumococcal pada vaksin 23- valent, imunogenitasnya rendah jika diberikan pada anak berumur kurang dari 2 tahun. Karena perbedaan daam prevalensi serotipe, maka vaksin tersebut 2) Berikan vaksin polivalen kepada orang dengan risiko tinggi. Vaksin ini berisi polisakarida dari 23 tipe pneumokokus penyebab 90% dari semua infeksi pneumokokus di AS. Vaksin ini tidak efektif apabila diberikan pada anak umur kurang dari 2 tahun. Mereka yang berisiko tinggi terhadap infeksi fatal adalah orang yang berumur 65 tahun keatas, mereka dengan asplenia anatomis maupun fungsional, penyakit sickel cel, infeksi HIV dan berbagai penyakit sistemik yang kronis, termasuk penyakit jantung dan paru, sirosis hati, gangguan fungsi ginjal dan diabetes mellitus. Oleh karena risiko infeksi dan CFR meningkat sejalan dengan meningkatnya umur, maka manfaat imunisasipun juga meningkat. Bagi sebagian besar orang vaksin 23 valent pneumcoccal hanya diperlukan sekali, namun imunisasi ulang pada umumnya aman dan vaksinasi sebaiknya diberikan kepada orang yang status imunisasinya tidak jelas. Reimunisasi direkomendasikan untuk diberikan kepada anak usia dua tahun yang berisiko tinggi untuk mendapatkan infeksi pneumokokus yang serius (misalnya penderita asplenik) dan diberikan kepada mereka yang mempunyai kecenderungan penurunan titer antibodi secara cepat dengan catatan sudah lima tahun atau lebih sejakpemberian dosis terakhir. Reimunisasi 3 tahun kemudian sejak dosis terakhir juga harus dipertimbangkan pada anak dengan asplenia anatomik atau fungsional (misanya penyakit sickel cell atau splenektomi). Dan reimunisasi juga perlu diberikan kepada mereka dengan kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan antibodi yang cepat setelah pemberian imunisasi inisial (misalnya sindroma nefrotik, gagal ginjal, transplantasi ginjal), mereka harus berumur 10 tahun atau lebih pada saat reimunisasi. Sebagai tambahan orang yang berusia 65 tahun keatas harus diberikan imunisasi ulangan apabila mereka imunisasi terakhir sudah lebih dari 5 tahun yang lalu, dengan catatan usia pada saat menerima imunisasi tersebut kurang dari 65 tahun. Sebagian besar tipe antigen pneumococcal pada vaksin 23- valent, imunogenitasnya rendah jika diberikan pada anak berumur kurang dari 2 tahun. Karena perbedaan daam prevalensi serotipe, maka vaksin tersebut

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya

1) Laporan ke institusi kesehatan setempat: Wajib dilaporkan kalau ada wabah (KLB); kasus individual tidak dilaorkan, Kelas 4 (lihat tentang Laporan penyakit menular). Beberapa negara bagian mewajibkan melaporkan isolat yang resistens terhadap penisilin.

2) Isolasi: Di rumah sakit islasi pernafasan dilakukan pada penerita infeksi yang resistens terhadap antibiotika karena penderita ini mungkin dapat menularkan ke penderita lain yang mempunyai risiko tinggi.

3) Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap discharge dari hidung dan tenggorokan. Pembersihan menyeluruh.

4) Karantina: Tidak diperlukan.

5) Imunisasi: Tidak diperlukan.

6) Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi: Tidak praktis.

7) Pengobatan spesifik: Apabila fasilitas diagnosa terbatas dan penundaan pengobatan bisa berakibat fatal, maka pengobatan dengan antibiotika terhadap bayi dan anak kecil harus segera dimulai dngan diagnosa presumptive berdasarkan gejala klinis, khususnya kalau terjadi trachypnea dan chest indrawing. Bayi umur

2 bulan atau kurang harus segera dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan tanpa boleh ditunda. Penicilline G parenteral adalah obat piliha, gunakan erythromycin untuk yang hypersensitive terhadap penicilline. Oleh karena pneumococci yang resisten terhadap penicilline dan antimikrobial yanglain semakin banyak ditemukan, maka tes sensitivitas terhadap strain dari siolat yang diambil dari tempat yang dalam kadaan nomral steril, seperti cairan serebrospinal darah harus dilakukan. Di AS dimana resistensi terhadap beta-lactam umum ditemukan, maka vancomycin harus dimasukkan dalam regimen awal pengobatan meningitis yang diduga disebabkan oleh pneumococci sampai hasil tes sensitivitas diketahui. Untuk pengobatan pneumonia dan infeksi pneumokokal yang lain, dengan antibiotika beta-lactam secara parenteral kemungkinan masih efektif pada sebagian besar kasus. Vancomycin jarang digunakan pada penderita infeksi pneumokokus di luar sistem saraf pusat. Untuk negara berkembang, WHO menganjurkan penggunaan salah satu dari obat-obat erikut apakah TMP-SMX, ampicillin atau amoxicillin untuk pengobatan di rumah bagi penderita pneumonia yang tidak berat (batuk dan tachypnea, tanpa chest indrawing) bagi anak berusia dibawah lima tahun.

C. Penanggulangan Wabah

Jika KLB terjadi di rumah sakit atau terjadi pada masyarakat yang berkelompok, maka imunisasi dengan vaksin 23-valent harus diberikan kecuali kalau sudah diketahui bahwa penyebab penyakit tidak termasuk didalam strain vaksin.

D. Implikasi Bencana: Tempat-tempat penampungan pengungsi mempunyai risiko tinggi terjadi KLB, terutama dapat terjadi pada anak-anak dan orang tua.

E. Tindakan internasional: Tidak ada.