DIARE YANG DISEBABKAN STRAIN ENTEROTOKSIGENIK (ETEC) ICD-9 008.0; ICD-10 A04.1

II. DIARE YANG DISEBABKAN STRAIN ENTEROTOKSIGENIK (ETEC) ICD-9 008.0; ICD-10 A04.1

1. Identifikasi

Penyebab utama “travelers diarrhea” orang-orang dari negara maju yang berkunjung ke negara berkembang. Penyakit ini juga sebagai penyebab utama dehidrasi pada bayi dan anak di negara berkembang. Strain enterotoksigenik dapat mirip dengan Vibrio cholerae dalam hal menyebabkan diare akut yang berat (profuse watery diarrhea) tanpa darah atau lendir (mucus). Gejala lain berupa kejang perut, muntah, asidosis, lemah dan dehidrasi dapat terjadi, demam ringan dapat/tidak terjadi; gejala biasanya berakhir lebih dari 5 hari. ETEC dapat diidentifikasi dengan membuktikan adanya produksi enterotoksin dengan teknik

immunoassays, bioasay atau dengan teknik pemeriksaan probe DNA yang mengidentifikasikan gen LT dan ST (untuk toksin tidak tahan panas dan toksin tahan panas) dalam blot koloni.

2. Penyebab Penyakit

ETEC yang membuat enterotoksin tidak tahan panas (a heat labile enterotoxin = LT) atau toksin tahan panas ( a heat stable toxin = ST) atau memproduksi kedua toksin tersebut (LT/ST). Penyebab lain adalah kelompok serogroup O yaitu: O6, O8, O15, O20, O25, O27, O63, O78, O80, O114, O115, O128ac, O148, O153, O159 dan O167.

3. Distribusi Penyakit

Penyakit yang muncul terutama di negara yang sedang berkembang. Dalam 3 tahun pertama dari kehidupan, hampir semua anak-anak di negara-negara berkembang mengalami berbagai macam infeksi ETEC yang menimbulkan kekebalan; oleh karena itu penyakit ini jarang menyerang anak yang lebih tua dan orang dewasa. Infeksi terjadi diantara para pelancong yang berasal dari negara-negara maju yang berkunjung ke negara- negara berkembang. Beberapa KLB ETEC baru-baru ini terjadi di Amerika Serikat.

4. Reservoir

Manusia. Infeksi ETEC terutama oleh spesies khusus; manusia merupakan reservoir strain penyebab diare pada manusia .

5. Cara Penularan

Melalui makanan yang tercemar dan jarang, air minum yang tercemar. Khususnya penularan melalui makanan tambahan yang tercemar merupakan cara penularan yang Melalui makanan yang tercemar dan jarang, air minum yang tercemar. Khususnya penularan melalui makanan tambahan yang tercemar merupakan cara penularan yang

6. Masa Inkubasi

Masa inkubasi terpendek adalah 10 – 12 jam yang diamati dari berbagai KLB dan dari studi yang dilakukan dikalangan sukarelawan dengan strain LT dan ST tertentu. Sedangkan masa inkubasi dari ETEC yang memproduksi sekaligus toksin ST dan LT adalah 24-72 jam.

7. Masa Penularan

Selama ada ETEC patogen bisa berlangsung lama.

8. Kerentanan dan Kekebalan

Dari hasil berbagai studi epidemiologis dan berbagai studi yang dilakukan pada sukarelawan secara jelas menunjukkan imunitas serotipik spesifik terbentuk setelah infeksi ETEC. Infeksi ganda dengan serotipe yang berbeda dibutuhkan untuk menimbulkan imunitas yang broad-spectrum terhadap ETEC.

9. Cara-cara Pemberantasan

A. Cara Pencegahan:

1) Untuk tindakan pencegahan penularan fecal oral; lihat bab Demam Tifoid 9A.

2) Bagi pelancong dewasa yang bepergian dalam waktu singkat ke daerah risiko tinggi dimana tidak mungkin mendapat makanan dan minuman yang bersih dan sehat, dapat dipertimbangkan pemberian antibiotikka profilaksis; norfloxacin 400 mg sehari memberikan hasil yang efektif. Bagaimanapun, pendekatan yang paling baik adalah dengan terapi dini, dimulai pada saat terjadi diare yaitu sesudah diare hari kedua dan ketiga (Lihat bagian 9B7, di bawah).

B. Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitar

1) Laporkan kejadian diare ke pejabat kesehatan setempat: Laporan jika terjadi wabah wajib dibuat; kasus individual tidak dilaporkan, Kelas 4 (lihat pelaporan tentang penyakit menular).

2) Isolasi: kewaspadaan enterik dilakukan jika ada kasus-kasus yang jelas dan yang dicurigai.

3) Desinfeksi serentak: Dilakukan terhadap tinja dan benda-benda yang tercemar. Di masyarakat dengan sistem pembuangan kotoran yang modern dan memadai, tinja dapat dibuang langsung kedalam saluran tanpa didesinfeksi awal. Lakukan pembersihan terminal yang seksama.

4) Karantina: Tidak ada.

5) Imunisasi terhadap kontak: Tidak ada.

6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Tidak perlu.

7) Pengobatan khusus: Pemberian cairan elektrolit untuk mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan tindakan yang terpenting (lihat Kolera, bagian 9B7). Kebanyakan kasus tidak membutuhkan terapi apapun. Bagi traveler’s diarrhea dewasa yang berat, lakukan pengobatan dini dengan Ioperamide (Imodium®) (tidak untuk anak-anak) dan antibiotik seperti Fluoroquinolone (Ciprofloksasin PO

500 mg dua kali sehari) atau norfloksasin (PO 400 mg sehari) selama 5 hari. Fluoroquinolon digunakan sebagai terapi awal karena kebanyakan strain ETEC di dunia sudah resisten terhadap berbagai antimikroba lainnya. Namun demikian, jika strain lokal diketahui masih ada yang sensitif. Pemberian TMP-SMX (PO) (160 mg – 180 mg) dua kali sehari atau doksisiklin (PO 100 mg) sekali sehari, selama 5 hari ternyata masih bermanfaat. Pemberian makanan diteruskan sesuai dengan selera pasien.

C. Penanggulangan Wabah: Investigasi epidemiologis perlu dilakukan untuk mengetahui cara-cara terjadinya penularan.

D. Implikasi terjadinya bencana: Tidak ada.

E. Penanganan Internasional: Manfaatkan Pusat Kerjasama WHO.