Jenis Kemiskinan Sistematika Penulisan

sekali anggota keluarga memperoleh minimal satu stel pakaian baru; lantai rumah kurang dari 8 m 2 untuk tiap penghuni. Indikator kemiskinan yang lain dikemukakan oleh Bappenas 2004 dalam Sahdan 2005 berupa: 1 kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak; 2 terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif; 3 kurangnya kemampuan membaca dan menulis; 4 kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup; 5 kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi; 6 ketidakberdayaan atau daya tawar yang rendah; dan 7 akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas. Mubyarto 2002 berpendapat bahwa penduduk miskin bukanlah orang yang tidak mempunyai apa-apa, tetapi memiliki serba sedikit modal sosial untuk mengembangkan diri. Masyarakat perdesaan mengenali penduduk miskin dari kemampuan memenuhi kebutuhan pangan dan kepemilikan tanah atau ternak. Sedangkan masyarakat perkotaan lebih melihat jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, kondisi kesehatan dan kondisi kehidupan sehari-hari Tim Studi KKP, 2004. Sayogyo dalam Ridlo 2001:9 menentukan tingkat kemiskinan menggunakan garis kemiskinan yang diukur dengan ekuivalen nilai tukar beras kgorangtahun seperti terlihat dalam TABEL II.1. TABEL II.1 UKURAN GARIS KEMISKINAN SAYOGYO orangtahun Tingkat Kemiskinan Wilayah Perdesaan Perkotaan Miskin Dibawah 320 kg Dibawah 480 kg Miskin Sekali Dibawah 240 kg Dibawah 380 kg Paling Miskin Dibawah 180 kg Dibawah 270 kg Sumber: Sayogyo dalam Ridlo 2001:9 Sedangkan menurut BPS 2003:580 garis kemiskinan adalah besarnya nilai pengeluaran dalam rupiah untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan non makanan. Nilai garis kemiskinan yang digunakan mengacu pada kebutuhan minimum 2100 kilo kalori per kapita per hari ditambah dengan kebutuhan minimum non makanan yang merupakan kebutuhan dasar untuk papan, sandang, sekolah, transportasi serta kebutuhan rumah tangga dan individu yang mendasar lainnya. Garis kemiskinan di Indonesia nilainya selalu berubah tiap tahunnya seperti terlihat dalam TABEL II.2. TABEL II.2 GARIS KEMISKINAN DI INDONESIA No. Tahun Pengeluaran per kapita per bulan Kota Desa 1 1996 42.032 31.366 2 1998 96.959 72.780 3 1999 92.409 74.272 4 2000 91.632 73.649 5 2001 100.011 80.382 6 2002 130.499 96.512 7 2003 138.803 105.888 Sumber: BPS, 2003 Indikator kemiskinan dapat juga ditunjukkan pada suatu wilayah desa. Menurut Supriatna 2000:70 indikator kemiskinan tingkat desa adalah pendapatan perkapita wilayah yang rendah, persentase rawan gizi yang tinggi, umur harapan hidup yang rendah, rata-rata tingkat pendidikan rendah. Ukuran kemiskinan berdasar wilayah menurut Departemen Dalam Negeri mengukur kemiskinan pada tingkat kecamatan. Kecamatan miskin sekali apabila pendapatan per kapita penduduk di bawah 75 dari kebutuhan hidup minimum; Kecamatan miskin apabila pendapatan per kapita penduduk 25 di bawah, tepat