Indikator dan Ukuran Kemiskinan Absolut

Sedangkan menurut BPS 2003:580 garis kemiskinan adalah besarnya nilai pengeluaran dalam rupiah untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan non makanan. Nilai garis kemiskinan yang digunakan mengacu pada kebutuhan minimum 2100 kilo kalori per kapita per hari ditambah dengan kebutuhan minimum non makanan yang merupakan kebutuhan dasar untuk papan, sandang, sekolah, transportasi serta kebutuhan rumah tangga dan individu yang mendasar lainnya. Garis kemiskinan di Indonesia nilainya selalu berubah tiap tahunnya seperti terlihat dalam TABEL II.2. TABEL II.2 GARIS KEMISKINAN DI INDONESIA No. Tahun Pengeluaran per kapita per bulan Kota Desa 1 1996 42.032 31.366 2 1998 96.959 72.780 3 1999 92.409 74.272 4 2000 91.632 73.649 5 2001 100.011 80.382 6 2002 130.499 96.512 7 2003 138.803 105.888 Sumber: BPS, 2003 Indikator kemiskinan dapat juga ditunjukkan pada suatu wilayah desa. Menurut Supriatna 2000:70 indikator kemiskinan tingkat desa adalah pendapatan perkapita wilayah yang rendah, persentase rawan gizi yang tinggi, umur harapan hidup yang rendah, rata-rata tingkat pendidikan rendah. Ukuran kemiskinan berdasar wilayah menurut Departemen Dalam Negeri mengukur kemiskinan pada tingkat kecamatan. Kecamatan miskin sekali apabila pendapatan per kapita penduduk di bawah 75 dari kebutuhan hidup minimum; Kecamatan miskin apabila pendapatan per kapita penduduk 25 di bawah, tepat dan 25 di atas kebutuhan hidup minimum; Kecamatan hampir miskin apabila pendapatan per kapita penduduk di atas 25 kebutuhan hidup minimum sampai mencapai kebutuhan hidup sekunder 200. Kecamatan tidak miskin apabila pendapatan per kapita penduduk melebihi kebutuhan hidup sekundernya Rusli dkk, 1995:8.

2.1.4.2 Ukuran dan Indikator Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif menunjukkan ketidakmerataan pendapatan antara seseorang dengan orang lain dalam suatu kelompok atau satu kelompok dengan kelompok masyarakat yang lain. Bank Dunia menggunakan ukuran ketidakmerataan sebagai berikut: Tingkat ketidakmerataan tinggi bila 40 penduduk terbawah menerima kurang dari 12 jumlah pendapatan. Tingkat ketidak merataan sedang bila menerima antara 12 - 17. Tingkat ketidakmerataan rendah bila menerima lebih dari 17 Rusli dkk., 1995:15. Pengukuran yang lain dengan menggunakan Kurva Lorenz Gambat 2.1. Kurva ini merupakan diagram yang memperlihatkan hubungan antara persentase penduduk dengan porsi pendapatan yang mereka terima. Dalam kondisi ideal setiap persentase pendapatan dinikmati oleh penduduk dengan persentase yang sama. Hasil Kurva Lorenz kemudian dijumlahkan dengan memberi densitas relatif ketidakmerataan distribusi pendapatan yang disebut Gini Ratio. Pembagian kelas dapat menjadi tiga kelas miskin, menengah dan kaya atau lima kelas termiskin, kedua, ketiga, keempat dan terkaya. Angka Gini Ratio 0 nol menunjukkan merata mutlak, sedangkan angka 1 satu menunjukkan tidak merata mutlak Remi dan Herijanto, 2002:41; Rusli dkk, 1995:12; dan Widodo, 1990:118.

2.2 Strategi dan Program Pengentasan Kemiskinan

Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan bahwa strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Sedangkan program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahlembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta untuk memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Usaha penanggulangan kemiskinan sudah dilakukan sejak lama walaupun intensitasnya beragam sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya Kementrian Kokesra, 2004:III.1. Upaya mengurangi penduduk miskin melalui pembangunan dirancang untuk memecahkan tiga masalah utama yaitu Penduduk P en da p atan Sumber: Remi dan Herijanto, 2002:41; Rusli dkk, 1995:12; dan Widodo, 1990:118 GAMBAR 2.1 KURVA LORENTZ 100 100 distribusi pendapatan ideal distribusi Pendapatan yang terjadi kesenjangan pendapatan pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan Soegijoko, 1997:148. Strategi pengentasan kemiskinan dari Bank Dunia mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1950-an dan 1960-an menekankan pada pembangunan fisik dan prasarana sebagai alat utama pembangunan. Pada tahun 1970-an menekankan pada kesehatan dan pendidikan. Pada tahun 1980-an berupaya meningkatkan pendapatan rakyat miskin. Tahun 1990-an strateginya berupa redistribusi pendapatan dan pemenuhan kebutuhan dasar 2001: 6. Sedangkan agenda kemiskinan terbaru Bank Dunia adalah: 1 Membuka kesempatan ekonomi kepada golongan miskin dengan melalui program padat karya dan meningkatkan produktivitas usaha kecil dan petani kecil; 2 Investasi sumber daya manusia terutama perbaikan pendidikan dan pelayanan kesehatan; 3 Pemberian jaring pengaman untuk melindungi mata pencaharian. Mikkelsen, 2003:1997. Strategi pengentasan kemiskinan juga dikemukakan oleh United Nations Economic and Social Comission for Asia Pacific Unescap 2000, bahwa strategi penanggulangan kemiskinan terdiri dari penanggulangan kemiskinan uang; kemiskinan akses ekonomi, sosial dan budaya; dan penanggulangan kemiskinan terhadap akses kekuasaan dan informasi. Strategi memerangi kemiskinan menurut Gunnar Adler Karlsson dalam Ala 1981:31 meliputi 1 strategi dalam jangka pendek yaitu memindahkan sumberdaya-sumberdaya kepada kaum miskin dalam jumlah yang memadai. 2 Strategi jangka panjang dengan menumbuhkan swadaya setempat. Perbaikan keadaan kemiskinan dalam jangka pendek diantaranya menciptakan kesempatan