Strategi dan Program Pengentasan Kemiskinan

kerja, meningkatkan pendapatan, dan memperbaiki distribusinya. Perbaikan dalam jangka panjang dengan memperbaiki dan memenuhi harkat hidup secara individual dan sosial yang bermartabat Nugroho dan Dahuri, 2004:165. Upaya pengentasan kemiskinan perlu tertuang dalam tiga arah kebijaksanaan. Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan. Kebijaksanaan langsung ditujukan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Kebijaksanaan khusus untuk menyiapkan masyarakat miskin itu sendiri dan aparat yang bertanggungjawab langsung atas kelancaran program Soegijoko, 1997:148. Sedangkan upaya penanggulangan kemiskinan menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas ditempuh melalui dua strategi utama. Pertama, melindungi keluarga dan kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan sementara. Kedua, membantu masyarakat yang mengalami kemiskinan kronis dengan memberdayakan dan mencegah terjadinya kemiskinan baru. Strategi tersebut selanjutnya dituangkan dalam tiga program yang langsung diarahkan pada penduduk miskin yaitu: 1 Penyediaan Kebutuhan Pokok; 2 Pengembangan Sistem Jaminan Sosial; dan 3 Pengembangan Budaya Usaha Masyarakat Miskin. Kebijakan tersebut menurut Remi dan Herijanto 2002:29 didasari kebutuhan untuk menutupi penurunan daya beli penduduk akibat krisis ekonomi. Kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia yang terbaru tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang menyatakan bahwa kebijakan penanggulangan kemiskinan meliputi: kebijakan pemenuhan hak-hak dasar dan kebijakan pembangunan wilayah untuk mendukung pemenuhan hak dasar. Sepanjang kebijakan pemerintah belum dapat mengatasi kemiskinan, masyarakat miskin mempunyai strategi sendiri untuk mengatasi kemiskinannya dengan cara: berhutang pada berbagai sumber pinjaman informal, bekerja serabutan, istri dan anak turut bekerja, memanfaatkan sumber daya alam di sekelilingnya, bekerja di luar daerah, dan berhemat melalui mengurangi atau mengganti jenis makanan dan mengatur keuangan Tim Studi KKP, 2004. 2.3 Perencanaan Pembangunan 2.3.1 Tradisi Perencanaan Perjalanan historis dunia perencanaan setidak-tidaknya menurut John Friedmann terbagi ke dalam empat tipe, yaitu: 1 perencanaan sebagai reformasi sosial; 2 perencanaan sebagai analisis kebijakan; 3 perencanaan sebagai pembelajaran sosial; dan 4 perencanaan sebagai mobilisasi sosial 1987:185; 1996:16-27; dalam Winarso et.al 2002:50-52; dan Wahyono, 2004.

2.3.2.1 Reformasi Sosial Social Reform

Reformasi sosial menempatkan perencanaan sebagai bagian aparatur negara. Negara memiliki peran besar dalam menentukan arah pembangunan kemasyarakatan. Negara menyusun dan merencanakan berbagai arahan dan pedoman pembangunan untuk diikuti dan dilaksanakan oleh masyarakat. Aliran ini berupaya menemukan cara dan jalan untuk melembagakan perencanaan praktis dan melaksanakannya secara efektif melalui peran negara yang lebih besar. Proses pengambilan keputusan dengan pendekatan dari atas ke bawah top-down. Peran perencana di dalam pembangunan masyarakat melalui peran negara. Perencana memanfaatkan kekuatan dan kekuasaan negara untuk ikut mengarahkan dan merencanakan pembangunan masyarakat. Perencana memandu masyarakat dari atas, karena masyarakat tidak cukup tahun untuk terlibat dalam perencanaan.

2.3.2.2 Analisis Kebijakan Policy Analysis

Analisis Kebijakan meyakini bahwa solusi yang tepat akan muncul dari analisis data yang ilmiah. Tradisi ini menekankan pada penyajian pilihan kebijakan dan menjelaskan konsekuensi dari setiap pilihan. Masyarakat masih diposisikan sebagai obyek dari kebijakan yang dibuat. Para penentu kebijakan pemerintah dan pihak terkait lainnya menyusun dan merencanakan berbagai arahan dan pedoman pembangunan yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat. Proses perencanaan yang digunakan bersifat rasional yang terdiri dari identifikasi berbagai alternatif yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran, prediksi terhadap berbagai konsekuensi masing-masing alternatif, dan evaluasi masing-masing konsekuensi dikaitkan dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Implementasi kebijakan melalui berbagai institusi yang ada.

2.3.2.3 Pembelajaran Sosial Social Learning

Pembelajaran Sosial menekankan bahwa pengetahuan perencanaan diperoleh lewat pengalaman dan disempurnakan lewat praktik learning by doing. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dijalankan bersama-sama dengan masyarakat. Orang atau sekelompok orang membimbing dan membantu berjalannya proses tersebut. Tradisi ini merupakan kritik terhadap kegagalan perencanaan yang ditetapkan pemerintah dan menyadarkan masyarakat bahwa paradigma pembelajaran mungkin sesuai dan seharusnya diambil sebagai perencanaan. Peran perencana bertindak sebagai fasilitator melalui pemberdayaan masyarakat dengan memberikan arahan teknik dan metode yang dibutuhkan oleh masyarakat sendiri. Pengalaman sebagai bagian dari proses pembelajaran kepada masyarakat digunakan dalam tradisi perencanaan pembangunan ini.

2.3.2.4 Mobilisasi Sosial Social Mobilization

Mobilisasi sosial memandang perencanaan sangat ditentukan oleh logika- logika perencanaan radikal agar terjadi transformasi pada komunitas. Konsep utama tradisi ini adalah mendekati utopian yaitu bahwa perencanaan pembangunan harus dilaksanakan oleh masyarakat. Masyarakat digerakkan dengan berbagai konsep -biasanya berupa ideologi- yang sudah tertanam di dalam jiwa dan kebudayaan mereka. Tradisi ini memandang perencanaan sebagai pandual sosial yang sangat berbeda dengan perencanaan sebagai perubahan struktur dan sebagai transformasi sosial. Peran perencana membantu masyarakat menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, mendorong penguatan kapasitas masyarakat, dan mendorong terjadinya transformasi pada masyarakat. Secara garis besar perencanaan dapat dibagi dalam beberapa jenis yang diantaranya dapat dikelompokkan berdasarkan proses atau hirarki penyusunannya.