Model Pembangunan III Pembangunan Kualitas Sumber Daya Manusia

2.3.2.4 Model Pembangunan IV Peningkatan Daya Saing

Model pembangunan ini berkembang akhir abad kedua puluh. Menurut Supriatna 1997:18 pembangunan berupaya untuk meningkatkan daya saing. Lokus model ini adalah nation state dalam keseluruhan unsur dan isinya, serta upaya peningkatan daya saing, pengembangan kemitraan dalam independensi global yang dinamis dan didasari nilai-nilai budaya universal. Timbul kesadaran pemerintah akan perlunya melakukan pergeseran kebijakan dan reorientasi arah pembangunan. Mekanisme pembangunan yang terlalu sentralistis, birokratis, supply oriented, proses tertutup sudah tidak dapat dipertahankan lagi karena globalisasi tersebut, sehingga paradigma harus diubah melalui transformasi segala aspek kehidupan Deni dan Djumantri, 2002:24.

2.4 Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan

Kebijakan pengentasan kemiskinan selama ini didesain secara sentralistik oleh pemerintah pusat yang diwakili oleh Bappenas. Bappenas merancang program penanggulangan kemiskinan dengan menggunakan dukungan alokasi dan distribusi anggaran dari APBN Sahdan, 2005. Pada masa otonomi daerah, pemerintah daerah mengalami kebingungan menyusun program penanggulangan kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan yang mereka kenal hampir semuanya berasal dari pusat dan disertai dengan kriteria dari pusat pula Indroyono, 2002. Keberhasilan program pengentasan kemiskinan terletak pada identifikasi akurat kelompok dan wilayah yang ditargetkan Remi dan Tjiptoherijanto, 2002:2. Kritik terhadap program pengentasan kemiskinan menurut Mubyarto 2002 antara lain mengenai penetapan sasaran yaitu dalam penentuan penduduk yang benar-benar miskin dan membutuhkan bantuan. Menurut HS Dillon 2001 paradigma penanggulangan kemiskinan pada era otonomi daerah saat ini adalah bahwa kebijakan atau program anti kemiskinan dapat berhasil apabila kaum miskin menjadi aktor utama dalam perang melawan kemiskinan Mubyarto, 2002. Pendekatan dalam program pengentasan kemiskinan hendaknya berdasarkan profil kemiskinan dan people driven dimana rakyat akan menjadi aktor penting dalam setiap formulasi kebijakan dan pengambilan keputusan politis Wiranto, 2003. Kritik terhadap program pengentasan kemiskinan juga disampaikan oleh Gunawan 2005. Mekanisme penyaluran program tidak jelas dan jumlah dana kurang memadai. Pemerintah pusat sulit menggeneralisasi suatu kebijakan dengan jaminan efektif di semua wilayah. Banyak masyarakat yang belum bisa memilah- milah mana bantuan yang berasal dari suatu program dengan yang berasal dari program lainnya. Upaya penanggulangan kemiskinan yang lalu perlu dikoreksi secara mendasar diantaranya: 1 kebijakan yang terpusat dan seragam; 2 memposisikan masyarakat sebagai obyek dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan; 3 asumsi permasalahan dan penanggulangan kemiskinan yang sering dipandang sama one-fit-for-all; 4 kurang memperhatikan keragaman budaya; 5 kelompok sasaran antara program yang satu dan program lainnya seringkali tumpang tindih; 6 kebijakan yang bersifat sektoral dan daerah kurang diberdayakan dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan Kementrian Kokesra, 2004:III-2.

2.5 Sintesis Kajian Pustaka

Kemiskinan pada dasarnya berkaitan dengan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Penyebab timbulnya kemiskinan berasal dari dalam dan dari luar penduduk miskin. Penyebab dari dalam diantaranya rendahnya kualitas sumber daya manusia dan sikap individu tersebut. Sedangkan penyebab dari luar adalah keterbatasan sumber daya alam, tatanan sosial dan kelembagaan dalam masyarakat, kebijakan pembangunan, kesempatan kerja yang terbatas dan persaingan yang menyebabkan terpinggirnya penduduk miskin. Jenis kemiskinan dapat dibedakan berdasarkan pola waktunya siklus, pola dan diluar perkiraan. Kemiskinan juga dapat dibedakan melalui perbandingan dengan suatu ukuran tertentu atau dengan anggotakelompok masyarakat lainnya. Ukuran kemiskinan absolut dengan menggunakan garis kemiskinan atau kondisi- kondisi tertentu yang mencerminkan situasi kemiskinan. Sedangkan ukuran kemiskinan relatif dengan membandingkan dengan jumlah keseluruhan kelompok dan dapat digambarkan melalui Kurva Lorentz dan menggunakan Gini Ratio untuk mengetahui besarnya kesenjangan.. Strategi pengentasan kemiskinan yang dikemukakan antara lain dikemukakan oleh Bank Dunia, bahwa setiap dekade strategi pengentasan kemiskinan mengalami perkembangan mulai dari penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, pengembangan kesehatan dan pendidikan, perlindungan sampai dengan pemberdayaan kaum miskin. Kemiskinan di Indonesia yang masih muncul sebelum terjadinya krisis ekonomi, meningkat tajam akibat berlangsungnya krisis tersebut. Strategi dan program yang telah ditempuh pemerintah untuk mengatasi kemiskinan tersebut,