Perintah Amanah dan Janji Bagi Pelakunya

B. Perintah Amanah dan Janji Bagi Pelakunya

Selain menanamkan nilai-nilai keimanan sebagai dasar bagi seseorang untuk bersikap amanah, al-Qur'an juga secara tegas memerintahkan orang-orang yang beriman untuk memiliki sifat amanah dan memberikan janji surga bagi orang yang melakukannya. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu dari kedua hal ini.

1. Perintah Amanah

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa amanah merupakan sifat yang sangat urgen dalam kehidupan seorang muslim, di mana amanah merupakan sifat orang yang beriman dan sifat menonjol para rasul. Oleh karena itu al-Qur'an memerintahkan umat Islam untuk memiliki sifat amanah baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Yang dimaksud dengan secara langsung adalah yang disebutkan dalam surat an-Nisa' ayat 8 yang berbunyi :

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Nisa'/4 : 58)

Dalam menafsirkan ayat di atas Sayyid Quthb menjelaskan : “Ini adalah kewajiban-kewajiban jamaah muslim, dan inilah akhlaknya, yaitu menunaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan menetapkan hukum di antara manusia

secara adil, sesuai dengan sistem dan ajaran Allah”. 246 Az-Zuhaylî menafsirkan : “…jadi ayat di atas merupakan perintah umum

untuk menunaikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya bagi setiap muslim dalam setiap amanah yang menjadi tanggungan atau di bawah kekuasaannya.

Perintah ini mencakup semua amanah yang diberikan kepada manusia, baik yang berkaitan dengan dirinya, hak orang lain, maupun hak Tuhannya”. 247

Sedangkan M.Quraish Shihab menafsirkan : “ Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung, Yang Wajib wujud-Nya serta menyandang segala sifat terpuji lagi suci dari segala sifat tercela, menyuruh kamu menunaikan amanat-amanat secara sempurna dan tepat waktu kepada pemiliknya, yakni yang berhak menerimanya, baik amanat Allah kepada kamu, maupun amanat manusia, betapapun banyaknya yang diserahkannya kepada kamu…” 248

Ketiga penafsiran di atas pada dasarnya sama, yaitu bahwa menunaikan amanah merupakan kewajiban, perintah, atau suruhan Allah yang harus dilaksanakan oleh setiap orang muslim. Perintah pada dasarnya menunjukkan wajib, dalam arti orang yang melakukannya berhak mendapatkan pahala, dan orang yang

246 Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân , jld. 2, h. 688.

247 az-Zuhaylî, at-Tafsîr al-Munîr , jld. 3, juz 5, h. 122-123.

248 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh , vol. 2, h. 457.

meninggalkannya berhak mendapatkan siksa. Penunjukan wajib dari perintah menunaikan amanah dalam ayat ini diperkuat oleh ayat yang menyebutkan janji bagi orang yang melakukannya dan ayat yang menyebutkan ancaman bagi yang tidak melakukannya sebagaimana akan dijelaskan nanti.

Sedangkan perintah memiliki sifat amanah secara tidak langsung adalah al- Qur'an menyebutkan bahwa menjaga amanah merupakan salah satu sifat orang-orang

yang beriman sebagaimana telah dijelaskan pada bab dua dalam pembahasan korelasi amanah dengan iman. Ini berarti orang yang tidak memiliki sifat amanah adalah

bukan orang yang beriman atau orang yang lemah imannya. Jelas ini merupakan dorongan bagi orang yang merasa beriman untuk memiliki sifat amanah tersebut.

2. Janji Surga

Di samping Allah secara tegas memerintahkan kepada kaum muslimin untuk memiliki sifat amanah, Allah juga menjanjikan orang-orang yang memiliki sifat amanah tersebut untuk mendapatkan surga sebagai balasan bagi orang yang komitmen dalam melaksanakan perintah dan ajaran Allah. Janji Allah ini antara lain disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Mukminun : 10-11 yang berbunyi :

˙ ˚˚¨ t br $˛# » z y $ k p ø ˇ N d Ł ¤ } r y ˇł 9 # $ bq t O Ł t œ ˇ%'! $ # ˙ ˚¨ t bq O Ł ˝ ” q u ł 9 $ # N ª d Ł y 7 ˝ · fl » s 9 ’ r Ø &

Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (ya`ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Mukminun/23 :1-11)

Dua ayat di atas disebutkan setelah Allah menyebutkan sifat orang-orang yang beriman, yang di antaranya menunaikan amanah. Sayyid Quthub dalam menafsirkan kedua ayat di atas mengatakan :

Karakteristik di atas membatasi keperibadian orang-orang beriman yang telah ditetapkan keberuntungan bagi mereka. Karakteristik-karakteristik itu memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam menentukan jama’ah mukmin dan jenis kehidupan yang meraka lalui. Yaitu kehidupan yang utama yang pantas bagi seorang manusia yang dimuliakan Allah dan yang dikehendaki-Nya dengan bertahap menempuh tangga kesempurnaan. Dia tidak menginginkan manusia menjalani kehidupan hewan, yang bersenang-senang dan makan

sebagaimana binatang ternak. Ketika kehidupan di dunia ini tidak dapat mewujudkan kesempurnaan yang telah ditentukan bagi manusia, maka Allah

menghendaki bahwa orang-orang mukmin yang menempuh jalan di atas akan sampai kepada tujuan yang ditentukan bagi mereka, yaitu surga Firdaus, tempat yang kekal tanpa kebinasaan, tempat yang aman tanpa adanya rasa takut, tempat yang kokoh tanpa perubahan. 249

Az-Zuhaylî menafsirkan : “Mereka yang memiliki sifat-sifat yang terpuji di atas berhak mendapatkan surga Firdaus, mereka tinggal di dalam surga itu selama- lamanya.” 250

Sedangkan M. Quraish Shihab dalam menafsirkan kedua ayat di atas mengatakan : Setelah menyebut tujuh macam orang-orang mukmin dengan sifat yang

bermacam-macam dan yang penyandangnya masing-masing akan mendapat keberuntungan, ayat-ayat di atas menunjuk orang-orang mukmin itu dengan menyatakan : Mereka itulah yang menyandang sifat-sifat yang sangat tinggi dan luhur sebagaimana tersebut di atas, merupakan pewaris-pewaris yakni orang- orang yang pasti atas janji dan anugerah Allah, yang akan mewarisi dan memperoleh surga Firdaus, yang merupakan puncak surga lagi yang teristimewa. Mereka secara khusus akan berada di dalamnya, bukan di tempat

249 Sayyid Quthub, Fî Zhilâl al-Qur’ân , jld. 4, h. 2457.

250 az- Zuhaylî, at-Tafsîr al-Munîr , jld. 9, juz 18, h. 14.

lain, dan di sana mereka adalah orang-orang kekal dalam kenikmatan dan kebahagiaan 251 .

Dari uraian ketiga mufassir di atas jelas bahwa orang-orang mukmin yang memiliki sifat amanah dan sifat-sifat lainnya dijanjikan Allah mendapatkan surga Firdaus yang merupakan puncak surga, mereka tinggal di dalamnya dalam keadaan kekal selama-lamanya.

Janji Allah terhadap orang-orang yang menunaikan amanah disebutkan juga dalam surat al-Ma’ârij ayat 35 yang berbunyi :

˙ ˛¨ bq t B ª t 3B ı ; M » Z ¤ _ y ß ˛ y 7 · ˝ » fl 9 s r ’ Ø &

Mereka itu (kekal) di syurga lagi dimuliakan.(QS. Al-Ma’ârij/70 : 35) Senada dengan surat al-Mukminun ayat 10-11, ayat ini pun didahului dengan

menyebutkan beberapa sifat orang-orang yang beriman yang di antaranya menunaikan amanah.

Dalam menafsirkan ayat di atas, Sayyid Quthub mengungkapkan bahwa teks ayat tersebut memadukan antara kenikmatan fisik dan kenikmatan rohani, mereka yang mempunyai sifat-sifat yang disebutkan sebelumnya berada dalam surga dengan mendapatkan kemuliaan sebagai balasan bagi orang-orang yang beriman yang memiliki sifat-sifat mulia. 252

251 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh , vol. 9, h. 162.

252 Sayyid Quthub, Fî Zhilâl al-Qur’ân , jld. 6, h 3702.

Penafsiran Sayyid Quthub di atas tidak jauh berbeda dengan penafsiran az-Zuhaylî, beliau mengemukakan bahwa orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang disebutkan sebelumnya tinggal di dalam surga yang kekal, dimuliakan dengan

berbagai macam kemuliaan, kelezatan dan kegembiraan. 253 Senada dengan Sayyid Quthub dan az-Zuhaylî, dalam menafsirkan ayat di

atas M.Quraish Shihab mengemukakan bahwa mereka yang memiliki sifat-sifat di atas mendapatkan kedudukan tinggi, akan hidup kekal di surga yang dimuliakan

Allah, para malaikat dan hamba-hamba Allah yang taat. 254

Dengan uraian ketiga mufassir di atas tentang surat al-Ma’arij ayat 35 semakin jelas bahwa orang-orang yang dapat menunaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dijanjikan Allah akan mendapatkan surga yang mulia, mereka kekal di dalamnya dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan. Ini akan memberikan dorongan kepada mereka untuk tetap konsisten dalam menunaikan amanah.