Hubungan Amanah dengan Sifat Adil

2. Hubungan Amanah dengan Sifat Adil

Dalam hal ini Allah berfirman dalam al-Qur'an surat an-Nisâ' : 58 :

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran

39 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, vol. 9, h. 160.

yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa'/4 : 58)

Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menunaikan amanah kepada pemiliknya dan menegakkan hukum secara adil. Disebutkan dua perintah ini dalam satu ayat secara berurutan menunjukkan adanya hubungan antara amanah dan adil. Dalam hal ini, setelah menjelaskan perintah menunaikan amanah dan perintah menetapkan hukum dengan

adil, Sayyid Quthub secara singkat menjelaskan bahwa menetapkan hukum dengan adil merupakan landasan hukum dalam Islam, sebagaimana amanah dengan segala

pengertiannya merupakan landasan kehidupan dalam masyarakat Islam 40 . Menurut az-Zuhaylî, amanah adalah landasan pertama dalam hukum Islam, keadilan adalah

landasan keduanya, dan taat landasan ketiganya 41 . M. Quraish Shihab melihat hubungan amanah dengan sifat adil dari sisi bahwa amanah harus ditunaikan kepada

pemiliknya, sedangkan berlaku adil ditujukan kepada manusia secara keseluruhan. Dengan demikian kata beliau, baik amanah maupun keadilan harus ditunaikan dan ditegakkan tanpa membedakan agama, keturunan atau ras 42 .

Sedangkan Habannakah al-Maidânî dalam hal ini menjelaskan bahwa ayat di atas mencakup penjelasan tugas pertama bagi rakyat, yaitu menunaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dengan mengangkat orang yang memiliki

40 Sayyid Quthub, Fî Zhilâl al-Qur’ân , jld. 2, h. 689.

41 az-Zuhaylî, at-Tafsîr al-Munîr , jld. 3, juz 5, h. 124.

42 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh , vol. 2, h. 458.

kapabilitas untuk memegang jabatan kepemimpinan umum (seperti presiden). Dan mencakup juga penjelasan tugas pertama dan tugas kedua bagi pemimpin. Tugas pertama adalah menunaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dengan memberikan kepemimpinan kecil kepada orang yang berhak menerimanya yang memiliki kapabilitas dan terpercaya. Sedangkan tugas kedua adalah menetapkan

hukum di antara manusia secara adil 43 . Pada bagian lain beliau menjelaskan bahwa amanah yang harus ditunaikan mencakup semua hak yang yang berkaitan dengan

tanggungan manusia, baik yang berkaitan dengan Allah, atau yang berkaitan dengan makhluk-Nya. Termasuk di dalamnya memberikan kekuasaan kepada orang yang berhak menerimanya, yaitu orang yang memiliki kafa`ah (kapabilitas atau

kemampuan). Hukum dan kekuasaan itu sendiri juga merupakan amanah 44 .

Dari tiga pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa : Pertama, amanah dan adil sama-sama landasan hukum Islam. Hukum Islam

tidak akan tegak bila tidak dilaksanakan oleh orang yang amanah dan adil. Kedua, dalam urutannya, amanah menempati urutan pertama, sedangkan adil menempati urutan kedua. Artinya penegakan hukum secara adil itu tidak akan terwujud manakala tidak didahului dengan penunaian amanah. Baik penunaian amanah dari rakyat dengan mengangkat pemimpin umum, maupun penunaian

43 Habannakah, al-Akhlaq al-Islamiyyah wa Ususuha, jld. 1, h. 637.

44 Habannakah , al-Akhlaq al-Islamiyyah wa Ususuha, jld. 1, h. 658.

amanah dari pemimpin umum tersebut dengan memberikan berbagai jabatan di bawah kekuasaannya kepada orang-orang yang mampu dan dapat dipercaya.

Ketiga, amanah bersifat umum, mencakup berbagai macam hak yang berkaitan dengan tanggungan manusia, baik hak terhadap Allah, hak terhadap dirinya, maupun hak terhadap sesama manusia. Termasuk di dalamnya menegakkan hukum dengan adil. Sedangkan adil merupakan bagian dari amanah yang hanya berkaitan dengan hak orang lain.

Keempat, amanah dan keadilan harus ditunaikan dan ditegakkan tanpa membedakan agama, keturunan atau ras.