Amanah dalam Rahasia

4. Amanah dalam Rahasia

Yang dimaksud dengan rahasia di sini ialah sesuatu yang sengaja disembunyikan atau tidak diberitahukan kepada orang lain 143 . Kalau seseorang

menyampaikan rahasia kepada orang lain, maka rahasia yang disampaikannya itu merupakan amanah bagi orang yang disampaikannya, ia harus menjaganya dan tidak

menyebarkannya kepada orang lain. Membocorkan atau menyebarkan rahasia itu kepada orang lain merupakan khianat. Sabda Rasulullah saw. :

Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata : Rasululah saw. telah bersabda : "Apabila seseorang berbicara tentang suatu pembicaraan, kemudian ia menengok ( ke kiri dan ke kanan karena hati-hati), maka pembicaraan itu adalah amanah".(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dan ia berkata : hadits ini hadits hasan) 144

Menurut hemat penulis ada dua macam rahasia yang tidak boleh disebarkan kepada orang lain : rahasia yang bersifat pribadi dan rahasia yang bersifat umum.

142 al-Bukhârî , Shahîh al-Bukhârî, Kitâb al-Hudûd, Bâb Ramy al-Muhshanât, jld. 4, juz 8, h. 33-34; Muslim, Shahih Muslim, Kitâb al-Îmân , Bâb Bayân al-Kabâir wa Akbarihâ, jld. 1, h. 92.

143 Lihat : Pius A Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkola, tth.), h.650.

144 Abu Daud, Sunan Abî Daud, Kitâb al-Adab, Bâb Fi Naql al-Hadits, jld. 5, h. 188-189; al-Mubâkfûrî, Tuhfah al-Ahwadzî, Abwâb al-Birr Wa ash-Shilah ‘an Rasulillah, Bâb Mâ Jâa Ann al-

Majâlis bi al-Amânah , jld. 6, h. 92-93.

Tentang rahasia yang bersifat pribadi, al-Qur’an mengungkapkan dalam surat at- Tahrim ayat 3 :

Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari isteri-isterinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafshah dengan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan Aisyah) lalu Hafshah bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (QS. At- Tahrim/66 : 3)

Ayat di atas merupakan kelanjutan dari dua ayat sebelumnya yang mengandung teguran kepada Nabi Muhammad saw. disebabkan beliau mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan Allah karena menghendaki kerelaan istri-istrinya. Pengharaman dimaksud sesuai dengan yang disebutkan dalam sebab turunnya dua ayat tersebut. Di antara riwayat yang menyebutkan sebab turun ayat itu adalah sebagaimana disebutkan oleh Sayyid Quthub, az-Zuhaylî, dan M.Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya masing-masing bahwa Rasulullah saw. pernah minum madu di rumah salah seorang istri beliau, yaitu Zainab binti Jahsy. Beliau berada di Ayat di atas merupakan kelanjutan dari dua ayat sebelumnya yang mengandung teguran kepada Nabi Muhammad saw. disebabkan beliau mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan Allah karena menghendaki kerelaan istri-istrinya. Pengharaman dimaksud sesuai dengan yang disebutkan dalam sebab turunnya dua ayat tersebut. Di antara riwayat yang menyebutkan sebab turun ayat itu adalah sebagaimana disebutkan oleh Sayyid Quthub, az-Zuhaylî, dan M.Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya masing-masing bahwa Rasulullah saw. pernah minum madu di rumah salah seorang istri beliau, yaitu Zainab binti Jahsy. Beliau berada di

siapapun. Tetapi ternyata Hafshah menyampaikan hal itu kepada Aisyah 145 . Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi saw. masuk ke rumah Hafshah

bersama Mariyah, ibu dari anak beliau Ibrahim. Hafshah marah dan menganggapnya penghinaan terhadap dirinya. Kemudian Nabi berjanji untuk mengharamkan Mariyah dan meminta Hafshah untuk merahasiakan hal itu. Tetapi ternyata Hafshah menceritakan hal itu kepada Aisyah 146 .

Kedua riwayat di atas mungkin saja terjadi, namun riwayat yang kedua dinilai lemah oleh ulama-ulama hadits 147 .

145 Sayyid Quthub, Fî Zhilâl al-Qur’ân , jld. 6, h. 3613-3614; az-Zuhaylî, at-Tafsîr al- Munîr, jld. 14, juz 28, h. 304-305; M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh , vol. 14, h. 313-314.

146 Sayyid Quthub, Fî Zhilâl al-Qur’ân , jld. 6, h. 3613-3614; az-Zuhaylî, at-Tafsîr al- Munîr, jld. 14, juz 28, h. 304-305; M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh , vol. 14, h. 313-314.

147 Sayyid Quthub, Fî Zhilâl al-Qur’ân , jld. 6, h. 3613-3614; az-Zuhaylî, at-Tafsîr al- Munîr, jld. 14, juz 28, h. 304-305; M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh , vol. 14, h. 313-314.

Dari teks ayat di atas, ketiga mufassir di atas mengungkapkan bahwa Hafshah telah menceritakan pembicaraan rahasia Rasulullah saw. kepada Aisyah yang sebelumnya keduanya memang telah melakukan kesepakatan buruk terhadap Rasulullah saw. karena cemburu kepada salah seorang istri beliau yang lain. Pembicaraan rahasia itu sebagaimana riwayat yang kuat menyangkut urusan pribadi beliau, di mana beliau berjanji untuk tidak meneguk lagi madu di rumah Zainab r.a.

sambil berpesan untuk tiak membocorkannya kepada siapa pun 148 .

Tindakan Hafshah yang membocorkan rahasia Rasululah saw. ini jelas merupakan tindakan dosa dan khianat. Oleh karena itu beliau mendapatkan peringatan dan ancaman dari Allah swt. atas tindakannya dan persekongkolannya dengan Aisyah pada dua ayat berikutnya, yaitu ayat empat dan lima.

Ayat empat berbunyi :

Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mu'min yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. (QS. at-Tahrim/66 : 4)

Sedangkan ayat lima berbunyi :

148 Sayyid Quthub, Fî Zhilâl al-Qur’ân , jld. 6, h. 3615-3616; az-Zuhaylî, at-Tafsîr al- Munîr , jld. 14, juz 28, h. 308; M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh , vol. 14, h. 318-319.

Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang ta`at, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (QS. at-Tahrim/66 : 5)

Teks kedua ayat di atas cukup jelas sehingga ketiga mufassir : Sayyid Quthub, az-Zuhaylî dan M. Quraish Shihab sepakat bahwa kedua ayat itu merupakan

peringatan dan ancaman terhadap Hafshah dan Aisyah. Peringatan dan ancaman itu berupa perintah taubat, pembelaan dari Allah, Jibril dan para malaikat lain, serta orang-orang mukmin yang soleh -termasuk di dalamnya Abu Bakar dan Umar r.a. yang merupakan kedua bapaknya- jika keduanya tetap bersekongkol menyakiti Nabi, ancaman cerai, dan jika becerai, Nabi akan nikah lagi dengan wanita yang lebih baik dari pada keduanya 149 .

Dari uraian di atas jelaslah bahwa membocorkan rahasia yan0g berkenaan dengan urusan pribadi merupakan tindakan dosa dan khianat yang pelakunya mendapatkan ancaman dari Allah swt. Untuk itu setiap mukmin dituntut untuk menjaga amanah rahasia yang berkenaan dengan urusan pribadi dan tidak membocorkannya kepada siapapun.

149 Sayyid Quthub, Fî Zhilâl al-Qur’ân , jld. 6, h. 3616-3617; az-Zuhaylî, , at-Tafsîr al- Munîr , jld. 14, juz 28, h. 309-310; M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh , vol. 14, h. 321-323.

Termasuk pada rahasia yang bersifat pribadi yang harus disembunyikan adalah hubungan suami dan isteri. Seorang suami atau isteri tidak boleh membicarakan hubungan keduanya kepada orang lain. Membicarakan hubungan tersebut kepada orang lain merupakan khianat. Sabda Rasulullah saw. :

ِﻢَﻈْﻋَأ ْﻦِﻣ ﱠنِإ ": َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﮫﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﮫﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ : ﺎُﻟﻮُﻘَﯾ ﱠيِرْﺪُﺨْﻟا ٍﺪﯿِﻌَﺳ ﻲِﺑَأ ْﻦَﻋ ُﺮُﺸْﻨَﯾ ﱠﻢُﺛ ، ِﮫْﯿَﻟِإ ﻲِﻀْﻔُﺗَو ، ِﮫِﺗَأَﺮْﻣا ﻰَﻟِإ ﻲِﻀْﻔُﯾ َﻞُﺟﱠﺮﻟا ، ِﺔَﻣﺎَﯿِﻘْﻟا َمْﻮَﯾ ِﮫﱠﻠﻟا َﺪْﻨِﻋ ِﺔَﻧﺎَﻣَﺄْﻟا

( دواد ﻮﺑأ و ﻢﻠﺴﻣ هاور ) ." ﺎ َھﱠﺮِﺳ

Dari Abu Said al-Khudriy, ia bekata : Rasulullah saw. bersabda : " Termasuk Amanah yang paling besar di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang laki-laki bercampur dengan isterinya, dan seorang isteri bercampur dengan suaminya,

kemudian dia menyebarkan rahasianya ". (HR. Muslim dan Abu Daud ) 150

Dalam riwayat Muslim yang lain, Rasulullah saw. bersabda :

ﱢﺮَﺷَأ ْﻦِﻣ ﱠنِإ ": َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﮫﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﮫﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ : ﺎُﻟﻮُﻘَﯾ ﱠيِرْﺪُﺨْﻟا ٍﺪﯿِﻌَﺳ ﻲِﺑَأ ْﻦَﻋ ُﺮُﺸ ْﻨَﯾ ﱠﻢُﺛ ، ِﮫْﯿَﻟِإ ﻲِﻀْﻔُﺗَو ، ِﮫِﺗَأَﺮْﻣا ﻰَﻟِإ ﻲِﻀْﻔُﯾ َﻞُﺟﱠﺮﻟا ، ِﺔَﻣﺎَﯿِﻘْﻟا َمْﻮَﯾ ًﺔَﻟِﺰْﻨَﻣ ِﮫﱠﻠﻟا َﺪْﻨِﻋ ِسﺎﱠﻨﻟ ا ( ﻢﻠﺴﻣ هاور ) ." ﺎَھﱠﺮِﺳ

Dari Abu Said al-Khudriy, ia bekata : Rasulullah saw. bersabda : " Termasuk orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang laki- laki bercampur dengan isterinya, dan seorang isteri bercampur dengan suaminya, kemudian dia menyebarkan rahasianya ". (HR. Muslim) 151

Sedangkan rahasia yang bersifat umum yan termasuk di dalamnya rahasia negara diungkapkan al-Qur’an dalam surat al-Mumtahanah ayat 1 :

150 Muslim, Shahih Muslim, Kitâb an-Nikâh, Bâb Tahrîm Ifsyâ’ Sirr al-Mar’ah, jld. 2, h. 1061; Abu Daud, Sunan Abî Daud, Kitâb al-Adab, Bâb Fî Naql al-Hadits, jld. 5, h. 190.

151 Muslim, Shahih Muslim, Kitâb an-Nikâh, Bâb Tahrîm Ifsyâ’ Sirr al-Mar’ah , jld. 2, h. 1060.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (QS. al- Mumtahanah/60 : 1)

Ayat di atas turun berkenaan dengan seorang sahabat Nabi bernama Hâthib bin Abî Balta'ah yang berkirim surat melalui seorang wanita bernama Sârah kepada keluarganya di Mekah untuk memberitahukan rencana Nabi saw. membuka kota Mekah setelah kaum musyrik Mekah melanggar perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah saw. mengetahui tentang adanya surat itu melalui malaikat Jibril as. Rasulullah saw. mengutus beberapa orang sahabat beliau, antara lain 'Alî bin Abî Thâlib, Abû Martsad, Zubair bin al-'Awwâm dan lainnya. Pada mulanya mereka tidak menemukan Ayat di atas turun berkenaan dengan seorang sahabat Nabi bernama Hâthib bin Abî Balta'ah yang berkirim surat melalui seorang wanita bernama Sârah kepada keluarganya di Mekah untuk memberitahukan rencana Nabi saw. membuka kota Mekah setelah kaum musyrik Mekah melanggar perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah saw. mengetahui tentang adanya surat itu melalui malaikat Jibril as. Rasulullah saw. mengutus beberapa orang sahabat beliau, antara lain 'Alî bin Abî Thâlib, Abû Martsad, Zubair bin al-'Awwâm dan lainnya. Pada mulanya mereka tidak menemukan

Mekah mempunyai kerabat yang dengan kerabat itu Allah melindungi keluarga dan hartanya. Rasul saw. bersabda : "Dia berkata benar, jangan berkata tentang Hâthib kecuali yang baik." Lalu Umar bin al-Khaththâb meminta izin kepada Nabi saw. untuk memenggal lehernya, Umar memandang bahwa Hâthib telah berbuat khianat tehadap Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Rasul saw. bersabda : "Bukankah dia terlibat membela agama Allah dalam perang Badr, wahai Umar ? Boleh jadi Allah swt. yang mengetahui jasa mereka yang terlibat dalam perang Badr telah berfirman : "Lakukanlah apa yang hendak kamu lakukan, karena telah ditetapkan bagimu surga, atau –beliau bersabda- Aku telah mengampuni kamu." Mendengar sabda Nabi saw. ini, air mata Umar berlinang, dan turunlah ayat di atas 152 .

Tindakan Hâthib dalam kejadian di atas menurut Sayyid Quthb merupakan contoh kelemahan jiwa manusia sekalipun kuat dan sempurnanya, padahal Hâthib adalah seorang muslim yang berhijrah, salah seorang sahabat Nabi yang

152 Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân , jld. 6, h. 3538, az-Zuhaylî, at-Tafsîr al-Munîr , jld.

disampaikan oleh beliau rahasia. Tidak ada yang menjaga dan menolong manusia dari kelemahan ini kecuali Allah 153 .

Senada dengan Sayyid Quthub, M. Quraish Shihab juga mengungkapkan bahwa ayat di atas merupakan salah satu contoh kelemahan manusia menghadapi keluarga. Kata beliau Hâthib yang demikian dekat padaRasul saw. , merupakan salah satu dari jumla ecil sahabat Nabi yang disampaikan oleh beliau rahasia dan satu dari sekitar tiga orang yang terlibat dalam perang Badr, namun demikian terjerumus juga

dalam kesalahan. Allah memaafkannya, dan Rasul saw. memahami motif tindakannya 154 .

Az-Zuhaylî juga mengungkapkan bahwa ayat di atas merupakan celaan bagi Hâthib. Ini menunjukkan keutamaan, kemuliaan, keimanannya kepada Rasul saw. dan kekuatan imannya; karena celaan tidak terjadi kecuali dari sang kekasih kepada kekasihnya 155 .

Dari uraian di atas jelaslah bahwa ayat di atas merupakan celaan bagi Hâthib bin Abî Balta'ah yang telah berbuat kesalahan dimana dia telah membocorkan rahasia dari Rasulullah saw. yang bersifat umum, yaitu berkenaan dengan rencana beliau untuk membuka kota Mekah. Kalaulah Allah tidak memberitahukan tindakan Hâthib ini, barangkali rencana Rasul ini gagal. Namun karena memiliki keimanan

153 Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân , jld 6, h. 3538.

154 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh , jld. 14, h. 157-158.

155 az-Zuhaylî, at-Tafsîr al-Munîr , Jld. 14, juz 28, h. 124.

yang kuat dan pernah terlibat dalam perang Badr, Hâthib akhirnya dimaafkan dari kesalahannya.

Pembicaraan rahasia yang bersifat umum yang tidak boleh dibocorkan sebagaimana diuraikan di atas adalah jika pembicaraan rahasia itu untuk kemaslahatan kaum muslimin. Namun jika pembicaraan rahasia itu akan membahayakan kaum muslimin, seperti dalam suatu majlis beberapa orang jahat merencanakan tindakan kejahatan yang akan membahayakan kaum muslimin, maka

pembicaraan rahasia itu tidak boleh disembunyikan, orang yang mendengarnya harus menyebarkan pembicaraan rahasia tersebut dan berusaha sekuat tenaga agar tidak terjadi bencana. Sabda Rasulullah saw. :

Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata : Rasulullah saw. telah bersabda : "(Kemuliaan)

majlis itu akan tercapai dengan amanah, kecuali tiga majlis : pertumpahan darah

yang haram, perzinaan, atau perampasan harta tanpa alasan yang benar ".(HR. Abu Daud) 156

Dalam hadits di atas, Rasulullah saw. menetapkan bahwa kemuliaan suatu majlis, atau majlis itu akan terselenggara secara baik dengan amanah, kecuali tiga majlis. Pertama, majlis yang di dalamnya ditumpahkan darah secara haram. Dalam majlis yang semacam ini tidak ada lagi amanah; sebab orang-orangnya telah mengkhianati Allah dan saudaranya sendiri. Oleh karena itu majlis mereka tidak

156 Abû Daud, Sunan Abî Daud, Kitâb al-Adab, Bâb Fî Naql al-Hadits , jld. 5, h. 189.

punya hak untuk dijaga rahasianya. Rahasia majlis ini tidak boleh disembunyikan. Menyembunyikannya merupakan khianat, khianat terhadap publik, khianat terhadap wali terbunuh dan khianat terhadap hak Allah. Kedua, majlis yang di dalamnya terdapat pelanggaran terhadap kehormatan secara haram. Dalam majlis yang semacam ini juga tidak ada amanah untuk menjaga rahasianya, asalkan telah dipenuhi empat orang saksi agar tidak mendekati pelanggaran menuduh berbuat zina; sebab hukum Allah lebih berhak untuk dilaksanakan. Ketiga, majlis yang di dalamnya

terdapat perampasan harta orang lain tanpa alasan yang benar. Dalam majlis ini juga tidak ada amanah dan tidak diharamkan menyebarkan rahasianya.

Terhadap tiga majlis ini, ‘Abd ar-Rahmân Hasan Habannakah al-Maidânî menganalogikan majlis yang serupa dengannya. Seperti kata beliau majlis yang di dalamnya terdapat persekongkolan melawan kaum muslimin. Pembicaraan rahasia dalam majlis semacam ini tidak boleh disembunyikan. Merahasiakannya merupakan pengkhianatan besar terhadap amanah yang dibebankan kepada setiap muslim, yaitu memelihara dan menjaga komunitas dan kemaslahatan kaum muslimin, senantiasa waspada terhadap tipu daya musuh-musuh Islam, persekongkolan mereka terhadap Islam, kaum muslimin dan pemimpinnya. 157

Dengan pengecualian tiga majlis di atas, berarti orang yang membocorkan rahasia yang akan mendatangkan bahaya bagi kemaslahatan umum kaum muslimin adalah merupakan pengkhianatan besar, bukan hanya sekedar pengkhianatan

157 Habannakah, al-Akhlâq al-Islamiyyah wa Ususuha , jld. 1, h. 664-665.

perorangan atau pengkhianatan sektoral. Oleh karena itu, ketika seorang sahabat yang bernama Abû Lubâbah menyadari bahwa pengkhianatan yang dilakukannya termasuk pengkhianatan besar, ia mengikat dirinya di sebuah tiang masjid dan ia bersumpah tidak akan makan dan minum sampai mati atau Allah memberikan

taubat kepadanya. 158