Hubungan Sifat Amanah Dengan Sifat Kuat

3. Hubungan Sifat Amanah Dengan Sifat Kuat

Dalam surat an-Naml ayat 39 Allah berfirman mengkisahkan perkataan 'Ifrît dari golongan jin kepada nabi Sulaiman as. :

Berkata `Ifrit dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya". (QS. An-Naml/27 :39)

Begitu juga dalam surat al-Qashash ayat 26 Allah berfirman mengkisahkan perkataan salah seorang puteri nabi Syu'aib tentang nabi Musa as. :

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". (QS. Al-

Qashash/28 : 26)

Dua ayat di atas menyebutkan bahwa 'Ifrît dari kalangan Jin dan nabi Musa as. memiliki dua sifat, yaitu kuat dan dapat dipercaya (amanah). Disebutkannya dua sifat itu secara bergandengan dan berurutan, menunjukkan adanya hubungan antara kedua sifat tersebut. Hubungan kedua sifat ini diungkap oleh Abû Hayyân yang dinukil oleh Muhammad ‘Alî ash-Shâbûnî dalam kitabnya Shafwah at-Tafâsîr, katanya : "Perkataannya (salah seorang putri nabi Syu'aib) adalah perkataan yang bijaksana dan menyeluruh; karena apabila sifat kuat dan amanah bersatu pada orang yang melakukan urusan apapun, pasti tujuannya akan tercapai" 45 . M. Quraish Shihab

ketika menafsirkan QS. Al-Qashash : 26 di atas merujuk kepada pendapat Ibnu Taimiah yang menegaskan bahwa sifat amanah dan sifat kuat merupakan kedua sifat penting yang harus disandang oleh siapa pun yang diberi tugas berdasarkan al-

45 Muhammad ‘Alî ash-Shâbunî, Shafwah at-Tafâsîr, (Beirut : Dâr al-Qur'ân al-Karîm, cet. Ke-4, 1402 H/1981 M), jld. 2, h.431. Beberapa kitab-kitab tafsir besar yang dirujuk penulis seperti ath-

Thabarî, Ibnu Katsîr, az-Zuhaylî, al-Qurthubî dan yang lainnya tidak mengungkap hubungan itu.

Qur’an yang antara lain disebutkan dalam surat al-Qashash : 26 dan surat Yusuf :

Kekuatan yang dimaksud menurut M. Quraish Shihab adalah kekuatan dalam berbagai bidang. Karena itu, ungkap beliau, terlebih dahulu harus dilihat bidang apa yang akan ditugaskan kepada yang dipilih. Sedangkan kepercayaan dimaksud, kata beliau juga, adalah integritas pribadi, yang menuntut adanya sifat amanah sehingga tidak merasa bahwa apa yang ada dalam genggaman tangannya

merupakan milik pribadi, tetapi milik pemberi amanat, yang harus dipelihara dan bila diminta kembali, maka harus dengan rela mengembalikannya 47 . Ibnu Taimiah

menyebutkan contoh yang dimaksud dengan kekuatan dalam memimpin perang dan dalam menetapkan hukum bagi manusia. Dalam memimpin perang, yang dimaksud dengan kekuatan itu adalah kembali kepada keberanian hati, pengalaman perang, taktik perang, dan penguasaan terhadap berbagai jenis peperangan. Sedangkan yang dimaksud dengan kekuatan dalam menetapkan hukum bagi manusia kembali kepada pengetahuan tentang keadilan yan dimaksud al-Qur’an dan as-Sunnah dan kemampuan melaksanakan hukum. Mengenai amanah atau kepercayaan menurut beliau kembali kepada takut kepada Allah, tidak menjual belikan ayat-ayat Allah, dan tidak takut kepada manusia 48 .

46 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, vol. 10, h. 334 ; Lihat juga : Ibnu Taimiah, as- Siyâsah asy-Syar'iyyah , (Dâr al-Ma’rifah, ttp, tth.), h. 15. CD Rom, Maktabah Syaikh al-Islâm wa

Tilmîdzuh Ibn al-Qayyim.

47 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, vol. 10, h. 334 .

48 Ibnu Taimiah, as-Siyâsah asy-Syar'iyyah, h. 15.

Didahulukannya sifat kuat dari pada sifat amanah pada ayat di atas, tidak menunjukkan bahwa orang yang kadar kekuatannya lebih tinggi dibandingkan amanahnya didahulukan dalam pemberian tugas dari pada orang yang kadar amanahnya lebih tinggi dibandingkan kekuatannya. Dalam hal ini menurut Ibnu Taimiah dilihat mana yang paling maslahat dalam bidang tugas yang diberikan. Menurut beliau, kalau dalam memimpin peperangan, maka yang harus didahulukan adalah yang kadar kekuatannya lebih tinggi, walau amanahnya kurang. Kekuatannya

dapat dimanfaatkan untuk masyarakat dan kelemahan amanahnya tidak merugikan kecuali dirinya sendiri. Tetapi jika dalam bidang pemeliharaan harta dan semacamnya, maka yang harus didahulukan adalah yang kadar amanahnya lebih

tinggi 49 .

Dari uraian di atas jelaslah bahwa betapa kuat hubungan antara sifat kuat dan sifat amanah, di mana kedua sifat ini sangat dibutuhkan dalam pemberian tugas . Seseorang akan dapat melaksanakan tugas sebaik mungkin jika memiliki kedua sifat ini. Dan disebutkannya sifat kuat sebelum amanah, menurut hemat penulis, menunjukkan bahwa sifat kuat sangat dibutuhkan oleh seseorang dalam menunaikan amanah, baik kuat iman, mental spiritual, kuat ilmu pengetahuan dan wawasan, maupun kuat pisik. Kekuatan iman akan memberikan dorongan yang kuat kepada seseorang untuk bersikap amanah; karena amanah lahir dari keimanan sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa betapa kuat hubungan amanah dengan iman. Kekuatan

49 Ibnu Taimiah, as-Siyâsah asy-Syar'iyyah, h. 17-19.

mental spiritual akan memberikan kekuatan kepada seseorang dalam bersikap amanah; karena bersikap amanah suatu hal yang berat terutama di zaman sekarang ini. Kekuatan ilmu pengetahuan dan wawasan akan memberikan bekal pengetahuan kepada seseorang dalam merencanakan dan melaksanakan amanah. Sedangkan kekuatan pisik dapat melahirkan pemikiran yang sehat sebagaimana pepatah mengatakan : " Akal yang sehat terletak pada tubuh yang sehat ", di samping dapat melahirkan kewibawaan bagi pelaksana amanah.