Cara Mengukur Kemampuan Menulis Cerpen

g. Cara Mengukur Kemampuan Menulis Cerpen

Penilaian pembelajaran menulis cerpen bertolak dari pengalaman pribadi dipusatkan pada menulis karangan yang gagasan awalnya dari pengalaman pribadi siswa. Jenis tulisan yang ditulis siswa ditentukan guru yaitu tulisan jenis fiksi berwujud cerpen. Siswa diberi kebebasan guru untuk menentukan tema. Siswa disuruh menulis karangan dengan beberapa judul yang dipilihnya sesuai dengan pengalamannya.

Minat siswa untuk menceritakan pengalaman siswa yang satu dengan yang lain kemungkinan besar berbeda judul. Siswa diberi kebebasan menentukan judul sepanjang mencerminkan tema yang dimaksud. Penyediaan tema yang bebas memberi kesempatan siswa untuk memilih tema yang menarik dan sekiranya dikuasi siswa. Tema dikembangkan menjadi cerpen yang menarik.

Hal itu akan menimbulkan kesulitan tersendiri dalam menentukan kriteria penilaian. Hasil penilaianpun terlalu subjektif. Untuk mengatasi hal tersebut, guru dapat menciptakan alat evaluasi .. yang tepat. Dalam pelaksanaan eva luasi pembelajaran, guru dapat melihat seberapa jauh tingkat keberhasilan pengajaran serta kemampuan perkembangan anak didiknya.

..... Kegiatan menulis sebagai kegiatan berbahasa aktif produktif sangat berpotensi untuk dijadikan tes yang bersifat pragmatik. Implikasinya, tes menulis hendaknya bukan semata-mata tugas untuk memilih dan menghasilkan bahasa saja melainkan bagaimana mengungkapkan gagasan, pikiran maupun perasaan ..... Kegiatan menulis sebagai kegiatan berbahasa aktif produktif sangat berpotensi untuk dijadikan tes yang bersifat pragmatik. Implikasinya, tes menulis hendaknya bukan semata-mata tugas untuk memilih dan menghasilkan bahasa saja melainkan bagaimana mengungkapkan gagasan, pikiran maupun perasaan

Kegiatan penilaian, khususnya penilaian hasil belajar siswa, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aktivitas pengajaran secara keseluruhan. Begitu pula dalam pembelajaran kemampuan menulis cerpen, penilaian juga menjadi bagian dari proses pengajaran tersebut. Penilaian dalam pembelajaran menulis hendaknya bersifat menyeluruh baik unsur linguistik maupun ekstralinguistik.

Selain hal di atas, penilaian kemampuan menulis cerpen dapat dilihat dari beberapa unsur yaitu: kualitas isi, organisasi iasi, diksi atau pilihan kata, dan ejaan. Bobot skor masing-masing unsur tidak bersifat mutlak. Setiap guru dapat menentukan bobot yang paling sesuai untuk masing-masing unsur dengan perrtimbangan skor akhir maksimum keseluruhan berjumlah seratus. Seperti halnya tes kemampuan berbahasa yang lain, lebih lanjut, Burhan Nurgiyantoro (2001: 282) mengemukakan enam tingkatan tes kemampuan menulis, yaitu:

1) Tes kamampuan menulis cerpen tingkat ingatan. Tes kemampuan tingkat ingatan ini lebih bersifat teoretis. Tes yang diberikan lebih berhubungan dengan teori menulis cerpen serta pengetahuan seputar menulis cerpen. Tes ini dimaksudkan untuk mengungkap ingatan siswa. berikut adalah contoh tes kemampuan menulis cerpen tingkat ingatan:

“Sebutkan unsur-unsur yang harus ada dalam penulisan cerpen!

2) Tes kemampuan menulis cerpen tingkat pemahaman. Tes menulis tingkat yang kedua ini masih bersifat teoretis tetapi lebih dari sekedar mengingat teori. Tes ini menuntut pemahaman siswa terhadap seperangkat teori. Berikut adalah contoh tes kemampuan menulis tingkat pemahaman: “Jelaskan apa yang dimaksud dengan konflik dalam penulisan cerpen!”

3) Tes kemampuan menulis cerpen tingkat penerapan.

produktif dalam artian menghasilkan atau menulis cerpen. Berikut adalah contoh tes kemampuan menulis cerpen tingkat penerapan tersebut: “Tulislah

sebuah cerpen berdasarkan salah satu tema berikut ini!

4) Tes kemampuan menulis cerpen tingkat analisis, sistesis, dan evaluasi.

Tes kemampuan menulis ini juga menghendaki siswa untuk menghasilkan tulisan berupa cerpen dengan penekanan yang berbeda. Hasil karangan yang mencerminkan proses berpikir dan berkadar ilmiah berisi ketiga tingkatan kognitif tersebut. Tes jenis ini dapat diberikan pada siswa misalnya dengan memberikan tugas pada siswa untuk membaca suatu wacana kemudian dengan tema yang sama seperti pada wacana tersebut, siswa diminta untuk menulis cerpen. Setelah itu, siswa diminta untuk menyunting cerpen yang telah ditulisnya berdasarkan gagasan serta bahasa yang digunakan kemudian menuliskan kembali cerpen tersebut.

Penilaian terhadap kemampuan menulis cerpen sebagaimana penilaian terhadap karangan bebas yang dikemukakan Burhan Nurgiyantoro (2001: 279) memiliki kelamahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektivitas. Bagaimanapun juga, unsur subjektivitas penilaian mempengaruhi penilaian yang dilakukan. Terlebih jika penilaian dilakukan secara holistis, impresif, dan selintas.

Penilaian yang dilakukan bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh secara selintas. Oleh karena itu, agar penilaian dapat dilakukan secara objektif untuk keperluan pembelajaran di sekolah, penilaian kemampuan menulis cerpen perlu dilakukan secara analitis. Penilaian dengan pendekatan ini merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau kategori tertentu.

Model penilaian pada sebuah sastra, khususnya cerpen memang sangat sulit karena sastra pada umumnya bersifat relatif. Nurgiyantoro (2001: 304) menyatakan bahwa penilaian terhadap karangan bebas dan karangan sastra, seperti cerpen mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektivitas. Untuk menghindari ada unsur-unsur subjektif dalam menilai sebuah cerpen, perlu

Penilaian yang digunakan untuk menilai cerpen yang ditulis oleh siswa adalah penilaian hasil kerja (produk). Penilaian hasil kerja (produk) merupakan penilaian dalam mengontrol proses dan memanfaatkan bahan untuk menghasilkan sesuatu, kerja praktik atau kualitas estetis sesuatu yang mereka produksi, seperti menulis cerpen, puisi, dan menulis naskah drama. Berikut adalah salah satu model penilaian menulis cerpen dan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penilaian cerpen yang diadaptasi dari Burhan Nurgiyantoro (Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia dan teori menulis cerpen Jakob Sumardjo), seperti tampak pada tabel berikut.

Tabel 1. Kriteria Penilaian Menulis Cerpen Siswa No

Unsur yang dinilai

Skor maksimum

Skor siswa

1 Kualitas isi

2 Organisasi isi

4 Diksi/pilihan kata

5 Ejaan dan tanda baca

Sementara itu, dalam buku Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Teori Menulis Cerpen Jacob Sumardjo, dijelaskan bahwa skala penilaian kemampuan menulis cerpen dalam melakukan penyekoran,dapat dilihat pada tabel berikut.

No. Dimensi Skala

Kriteria

Penjelasan Skor

Sangat-Baik /Sempurna

Ide

cerita

memberikan gambaran sesuatu yang tajam, menunjukkan

kesatuan bentuk yang utuh, alur mengalir, latar rinci, cerita hidup

memberikan gambaran sesuatu yang tajam, menunjukkan

kesatuan bentuk yang utuh, alur mengalir, latar rinci, tetapi cerita kurang hidup

memberikan gambaran sesuatu yang tajam, menunjukkan

kesatuan bentuk yang utuh, alur mengalir, latar kurang rinci, cerita kurang hidup.

memberikan gambaran sesuatu hal, tetapi tidak tajam, tidak menunjukkan

kesatuan bentuk yang utuh, alur tidak mengalir, latar kurang rinci, dan cerita kurang hidup

Baik- Sempuran

Tulisan cerpen mengandung kerangka alur yang lengkap, yaitu

tahap pengenalan, timbulnya konflik, klimaks, dan tahap akhir cerita, memiliki

kohesi dan koherensi yang baik.

23-26

Baik

Tulisan cerpen memiliki kerangka

alur

kurnag lengkap, hanya ada tahap pengenalan dan

konflik, tetapi tetap memiliki kohesi dan koherensi yang baik.

19-22

Cukup

Tulisan cerpen langsung memunculkan konflik, tetapi, masih menunjukkan kohesi dan koherensi yang baik.

Diksi/ Pilihan

Baik- Sempurna

dengan tepat, variatif, mampu membuat cerita menjadi hidup,

gamblang, dan

Tulisan menggunakan diksi dengan tepat, variatif, tetapi membuat cerita kurang hidup, kurang gamblang, dan kurang menarik.

9-12

Cukup

Tulisan menggunakan diksi yang kurang tepat, variatif, membuat cerita kurang hidup, kurang gamblang, dan kurang menarik.

5-8

Kurang

Tulisan menggunakan diksi yang tidak tepat, cerita tidak hidup, tidak gamblang, dan tidak menarik.

4. Ejaan

8-10

Sangat Baik

Penggunaan ejaan dalam tulisan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.

5-7

Baik

Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.

2-4

Cukup

Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.

Jumlah Total

Adapun, penghitungan penilaian /skor kemampuan menulis cerpen dapat dilihat sebagai berikut.

bobot

skor

Nilai Nilai

......... Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pendidikan adalah interaksi belajar mengajar di kelas. Menurut Roestiyah (2001: 35) interaksi belajar mengajar didefinisikan sebagai “interaksi yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan“. Interaksi dalam proses belajar mengajar berlangsung secara edukatif, artinya interaksi tersebut berlangsung dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu siswa untuk mengembangkan potensi sesuai dengan cita-citanya serta bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan negara.

Apakah yang dimaksud dengan metode? Secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia pendidikan, metode pembelajaran artinya cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan pengajaran materi pelajaran kepada siswa.

Metode adalah bagaiaman mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah ada disusun tercapai dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, inilah yang dimaksud denagn metode menurut Wina Sanjaya (2008: 126). Definisi lain tentang metode yang diungkapkan oleh Sumiati dan Asra (2007: xiii) menjelaskan bahwa cara mengajarnya itu sendiri saat terjadi proses pembelajaran. Metode pembelajaran merujuk kepada apa yang terjadi di sekolah sehubungan dengan proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Proses pembelajaran

dan mengevaluasi. Metode mempunyai tiga kedudukan yaitu motivasi ekstrinsik sebagai alat pembangkit motivasi belajar, strategi pengajaran dalam menyiasati perbedaan individual anak didik, dan metode sebagai alat untuk mencapai tujuan, metode dapat meningkatkan daya serap materi bagi siswa dan berdampak langsung terhadap pencapaian tujuan. Pendapat yang senada juga disampaikan oleh Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009: 56) mendefinisikan, metode adalah cara yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode lebih bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan. Berpijak dari uraian di atas dapat disintesiskan bahwa metode adalah cara melakukan kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.