Menulis Cerpen
c. Menulis Cerpen
Aktivitas bersastra terutama menulis cerpen merupakan aktivitas mengangkat ajaran moral ke dalam bentuk karya sastra. Selain nilai moral juga sebagai penyedia tempat ekreatif. Nilai moral dan kreatif diperolah pembaca cerpen. Jiwa pembaca dapat berekreasi ke puncak penghayatan hidup ataupun solusi problema hidup yang tepat.
Menurut Horace dalam Burhan Nurgiyantoro (2005: 220) sastra adalah mengembangkan fungsi dulce et utile, memberikan kenikmatan dan kemanfaatan.
manusia ke dalam karya sastra dapat mewujudkan manusi memiliki nilai dan norma.
Herman J. Waluyo (2007: 98) mnegemukakan nilai moral berkaitan dengan tanggung jawab dari hati nurani. Nilai bersifat wajib dan formal. Nilai merupakan fenomena psikis manusia yang menganggap sesuatu hal yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupannya sehingga dengan suka rela terlibat fisik dan mental ke dalam fenomena tersebut. Norma adalah yang dipakai untuk tolak ukur menialai suatu cerpen. Cerpen adalah bagian dari karya sastra. Dengan nilai dan norma, manusia senantiasa mencari nilai-nilai kebenaran. Agar dapat menulis cerpen dengan baik, berkualitas, dan mengandung nilai moral maka perlu hal-hal sebagai berikut.
1) Bahan menulis cerpen Bahan menulis cerpen adalah tema. Tema dalah ide yang mendasari sebuah cerita. Secara umum terbagi tiga (3) yaitu sebagai berrikut. (a) Estetis, yaitu tema yang berisikan tentang keindahan, baik secara fisik
maupun psikis, misalnya tema percintaan. Tema estetis ini cenderung mengarah pada pornografi dan kebanyakan melanggar normal.
(b) Etis artinya yang berkaitan dengan idealisasi yang ada di suatu masyarakat, misalnya kepahlawanan. (c) Religius yaitu tema yang berkaitan dengan ketuhanan.
2) Bahasa dalam cerpen 2) Bahasa dalam cerpen
3) Psikologi, Sosiologi, dan Religi Guna menghasilkan ketajaman dalam menulis cerpen, sebaiknya membaca kekhasanah ilmu yang berkaitan dengan psikoloogi, supaya perwatakan tokoh-tokoh yang akan diciptakan dalam cerpen tersebut menjadi benar-benar hidup. Begitu juga dari segi sosial dan religi, upaya penggambaran sosial dan religi yang terdapat di dalam cerpen menjadi layak dan banyak diminati.
4) Beberapa cara menulis cerpen Ada berbagai cara menulis cerpen dari mulai cara menulis pembuka, tokoh, alur, latar, dan penyelesaian. (a) Cara menulis pembuka cerpen
Menulis pembukaan dalam cerpen, merrupakan seni tersendiri. Pengetahuannya iuntuk menggaet kesadaran pembaca untuk masuk ke dunia imajinasi ditentukan oleh pembuka cerpen yang menarik. Cara menulis pembuka cerpen bisa melalui deskripsi seseorang, tempat ataupun suasana.
(b) Cara menulis tokoh yang hidup Menulis tokoh atau penokohan pada cerpen harus dilakukan dengan hati- hati. Selain itu, dapat juga menentukan tokoh dengan karakter masing- (b) Cara menulis tokoh yang hidup Menulis tokoh atau penokohan pada cerpen harus dilakukan dengan hati- hati. Selain itu, dapat juga menentukan tokoh dengan karakter masing-
(c) Cara menulis alur yang hidup Alur adalah rangkian peristiwa yang terdapat dalam karaya sastra. Alur dapat dibuat melaui jalinan waktu, maupun hubungan sebab akibat. Alur secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal (perkenalan), tengah (konflik), dan akhir (penyelesaian). Ketiga hal tersebut adalah pilar utama yang selalu dihayati dalam setiap membuat cerpen.
(d) Cara menulis latar Latar adalah yang utama karena dari latarlah kemudian muncul tokoh, dan dari tokoh kemudian muncul konflik hingga terciptalah alur (cerita). Oleh karena itu, pengetahuan latar melalui nilai-nilai informatif (informasi mengenai banyak tempat), emotif (menghayati), dan ekspresif (mengungkapkan kembali demi kepentingan cerita) sangatlah penting. Penulis cerita tak akan dapat menulis jika di dalam imajinasinya tak ada gambaran latar cerita. Baik itu yang bersifat geografis, budaya, atau yang sangat abstrak sekalipun.
(e) Cara menulis penyelesaian Cerpen-cerpen sekarang ini kebanyakan menggunakan penyelesaian yang menggantung. Sebenarnya, secara garis besar, penyelesaian itu ada tiga jenis yaitu senang, sedih, dan menggantung. Permainan emosi dalam akhir
menggejala kuat selama proses menulisnya. Menulis cerpen hendaknya dimulai dengan motivasi yang kuat dan disertai penjiwaan yang maksimal. Dengan penjiwaan hati yang maksimal dapat terwujud ke tulisan. Terdapat tiga unsur dalam penulisan kreatif sastra menurut Roekhan (1991: 1) yakni: (1) kreatifitas; (2) bekal kemampuan bahasa; dan (3) bekal kemampuan menulis sastra. Kreativitas sangat penting untuk memacu munculnya ide-ide baru, menangkap dan mematangkan ide, mendayagunakan bahasa secara optimal, dan mendayagunakan bekal sastra untuk dapat menghasilkan karya-karya sastra yang berwarna baru. Sedangkan untuk proses penulisan cerpen dimulai dari: (1) munculnya ide dalam benak penulis; (2) menangkap dan merenungkan ide tersebut; (3) mematangkan ide agar menjadi jelas dan utuh; 4) membahasakan ide tersebut dan menatanya masih dalam benak penulis, dan diakhiri dengan menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra.
Tujuan kreatif yakni tujuan tulisan untuk mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian. Terdapat dua tujuan yang dapat dicapai melalui pengembangan penulisan kreatif, yakni yang bersifat apresiasif dan ekspresif. Sama halnya seperti menulis pada umumnya yang merupakan sebuah proses, menulis cerpen pun demikian halnya yang harus melewati beberapa tahap. Adapun empat tahap proses kreatif menulis cerpen yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap inkubasi, (3) tahap saat inspirasi, (4) tahap penulisan, (5) tahap revisi. Pada tahap persiapan, penulis telah menyadari apa yang akan ia tulis dan bagaimana menuliskannya. Proses kreatif setiap pengarang bermacam-macam. Namun, ada Tujuan kreatif yakni tujuan tulisan untuk mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian. Terdapat dua tujuan yang dapat dicapai melalui pengembangan penulisan kreatif, yakni yang bersifat apresiasif dan ekspresif. Sama halnya seperti menulis pada umumnya yang merupakan sebuah proses, menulis cerpen pun demikian halnya yang harus melewati beberapa tahap. Adapun empat tahap proses kreatif menulis cerpen yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap inkubasi, (3) tahap saat inspirasi, (4) tahap penulisan, (5) tahap revisi. Pada tahap persiapan, penulis telah menyadari apa yang akan ia tulis dan bagaimana menuliskannya. Proses kreatif setiap pengarang bermacam-macam. Namun, ada
1) Tahap persiapan, adalah tahap mencari bahan/ide cerita.
2) Tahap inkubasi, adalah tahap dimana gagasan sudah ditentukan, tujuan ditetapkan, dan cerita mulai direncanakan (tahap merencanakan cerita).
3) Tahap inspirasi, merupakan tahap ketika seluruh gagasan sudah demikian
matang, segala yang direncanakan pada tahap inkubasi menemukan bentuknya yang ideal, saat ini adalah saat “mereka”, saat gagasan yang sudah matang itu
mendesak-desak ingin dilahirkan. Sebaiknya, segeralah tuliskan. Jika tahap ini dibiarkan lewat, gairah menulis akan mengendur.
4) Tahap penulisan, adalah tahap menulis cerita dan menyusun cerita.
5) Tahap revisi, adalah tahap memperbaiki dan menyunting karya, dalam hal
bahasa dan isi.
Berpijak dari uraian di atas dapat diambil suatu simpulan bahwa menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi sebagai salah satu kemampuan menulis kreatif yang melatih penulis untuk berpikir kreatif berdasarkan pengalamannya serta mengembangkan imajinasinya setinggi dan seluas-luasnya. Dalam menulis cerpen, penulis dituntut untuk mengkreasikan karangannya dengan tetap memperhatikan struktur cerpen, kemenarikan, dan keunikan dari sebuah cerpen.