Asas-asas Menulis

d. Asas-asas Menulis

Pada saat melakukan kegiatan menulis, pastilah diperlukan hal-hal yang dijadikan pedoman atau asas menulis. Nurudin (2007: 39) dan The Liang Gie (2002: 36), mengemukakan bahwa terdapat enam asas menulis seperti berikut.

1) Kejelasan (clarity) Pengertian kejelasan di sini adalah tulisan harus dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Ini juga termasuk bahwa yang dimaksud penulis tidak disalahartikan atau salah tafsir oleh pembaca gara-gara kalimat- kalimatnya tidak jelas. Dengan kata lain kalimat bisa dikatakan jelas kalau apa yang dipahami oleh pembaca sama persis dengan apa yang dimaksud penulisnya (Nurudin, 2007: 40).

Berdasarkan asas ini, setiap karangan haruslah jelas benar. Tulisan harus mencerminkan gagasan yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembacanya. Di samping itu, tulisan yang jelas berarti tidak dapat disalahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan tampak nyata oleh pembaca. Guna memenuhi asas ini, H. W. Flower sebagaimana dikutip oleh The Liang Gie (2002: 34), mengungkapkan bahwa asas kejelasan dalam Berdasarkan asas ini, setiap karangan haruslah jelas benar. Tulisan harus mencerminkan gagasan yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembacanya. Di samping itu, tulisan yang jelas berarti tidak dapat disalahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan tampak nyata oleh pembaca. Guna memenuhi asas ini, H. W. Flower sebagaimana dikutip oleh The Liang Gie (2002: 34), mengungkapkan bahwa asas kejelasan dalam

Asas menulis yang pertama ini berlaku untuk tulisan nonfiksi ilmiah, tetapi tidak berlaku untuk tulisan fiksi. Dalam tulisan fiksi seperti cerpen, novel, drama maupun puisi, asas-asas tersebut sengaja dilanggar untuk memperoleh efek keindahan.

2) Keringkasan (conciseness) Keringkasan dalam asas menulis ini bukan berarti setiap tulisan harus pendek. Keringkasan berarti suatu tulisan tidak boleh ada penghamburan kata, tidak terdapat butir ide yang dikemukakan berulang-ulang, gagasan tidak disampaikan dalam kalimat yang terlalu panjang.

Sama halnya dengan asas pertama, asas kedua ini tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Puisi terkadang diungkapkan dengan kata yang hemat meskipun pada dasarnya mengandung berbagai gagasan. Lain halnya dengan novel dan cerpen yang diungkapkan dengan kata berlebihan untuk memperoleh efek keindahan, memperkuat perwatakan serta memperjelas seting. Keringkasan yang dimaksud dalam asas menulis ini bukan berarti setiap tulisan harus pendek. Harry Shaw (dalam The Liang Gie, 2002: 36) mengungkapkan bahwa penulisan yang baik diperoleh dari ide-ide yang kaya dan kata-kata yang hemat, bukan kebalikannya, ide yang

Sementara itu, Nurudin mengungkapkan bahwa yang dimaksud keringkasan di sini adalah bahwa kalimat yang disusun tidak saja pendek- pendek tetapi jangan menggunakan ungkapan-ungkapan yang berlebihan. Itu juga berarti jangan terlalu menghambur-hamburkan kata seenaknya, tak berputar-putar atau mengulang-ulang dalam menyampaikan gagasan. Namun demikian, pendek-pendek juga bukan berarti tanpa masalah (2007: 41).

3) Ketepatan (correctness). Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh penulisnya (The Liang Gie, 2002: 36). Guna menepati asas ini, penulis harus memperhatikan berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca serta kelaziman.

Asas ini juga tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Tulisan fiksi bisa mempunyai banyak penafsiran. Pemahaman pembaca bukan bergantung pada ketepatan tulisan, tetapi tingkat apresiasi yang dimilikiya. Suatu penulisan harus dapat menyampaikan gagasan kepada pembaca dengan kecocokan seperti yang dimaksud penulisnya. Ini berarti apa yang diinginkan oleh penulis bisa dipahami sama persis oleh pembacanya. Itu pulalah yang sering dianjurkan bahwa penulis yang baik adalah penulis yang mampu memahami siapa pembaca tulisannya (Nurudin, 2007: 42).

Kesatupaduan pada sebuah tulisan berarti bahwa sebuah paragraf mesti menunjukkan secara jelas suatu maksud atau gagasan tertentu, dan lazimnya dinyatakan dalam sebuah kalimat pokok atau kalimat topik. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang

tidak relevan. ...... Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf adalah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut. Penyimpangan pengembangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, satu paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tertentu. ......... Sedangkan menurut Nurudin (2007: 41) yang dimaksud dengan kesatupaduan adalah ada satu gagasan dalam alenia. Kasus demikian sering dialami oleh penulis pemula yang belum terbiasa membuat alenia dengan hanya ada satu pokok pikiran. Satu alenia sebisa mungkin hanya memiliki satu pokok pikiran dengan beberapa pokok pikiran penjeas.

5) Pertautan (coherence) Jika pada asas sebelumnya sebuah tulisan haus memuat satu gagasan pokok, maka berdasar pada asas pertautan ini tiap alinea dalam satu tulisan

harus berkesinambungan. Asas yang sering disebut dengan prinsip koherensi ini berlaku untuk semua tulisan baik jenis fiksi mupun nonfik. .......... Pertautan (Coherence), maksudnya adalah antar bagian bertautan satu sama lain (antar alenia atau kalimat). Ketiadaaan pertautan sangat sering terjadi bila seorang penulis menulis dengan tergesa-gesa hanya kompilasi menggabungkan berbagai sumber tanpa ada kata atau kalimat perangkai atau hanya tumpukan pendapat banyak orang yang disusun sendiri) dari berbagai sumber.

6) Penegasan (emphasis) Asas ini menegaskan bahwa dalam tulisan perlu ada penekanan atas penonjolan tertentu. Hal ini diperlukan agar pembaca mendapatkan kesan yang kuat terhadap suatu tulisan. Asas ini sangat perlu untuk diterapkan pada tulisan-tulisan fiksi meskipun tulisan nonfiksi juga perlu memperhatikan asas ini. Penegasan pada beberapa bagian fiksi menjadikan tulisan lebih menarik.

......... Adanya derajat perbedaan antar bagian ini sangat tergantung pada keahlian penulis. Seorang penulis yang mahir akan bisa menyebar penekanan pada setiap bagian, tetapi, bukan berarti penulis pemula tidak bisa melakukannya. Penulis pemula bisa melakukannya dengan cara memuat sub bahasan dari sebuah tulisan (Nurudin, 2007: 46).

Berpijak dari pendapat pakar di atas disimpulkan bahwa asas menulis

(corresctness), kesatupaduan (unity), dan Penegasan (emphasis).