Langkah-langkah/ Tahapan Menulis

g. Langkah-langkah/ Tahapan Menulis

......... Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan yang di dalamnya terdapat beberapa tahaan yang harus ditempuh dalam menulis. Dalam menulis, sebenarnya penulis dilatih untuk berpikir secara teratur, tertib, dan logis. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh agar tulisan yang dihasilkan runtut, sistematis, dan logis. Berkaitan dengan hal itu, Langan (2005: 13) menyatakan:

β€œin addition to believe as a natural gift, many people falsely believe the writing should flow in a simple, straight line from the writer's head onto the writen page. But writing is seldom an easy, one-step journey in wich a finished paper comes out in a first draft. the truth writing is a process of discovery involving a series of step, and those

steps are very often a zigzag journey.” Kegiatan menulis, sebenarnya penulis dilatih untuk berpikir secara teratur, tertib, dan logis. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh agar tulisan yang dihasilkan runtut, sistematis, dan logis. St.Y.Slamet (2009: 97) mendefinisikan bahwa sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). Meskipun demikian, masing-masing fase dari ketiga fase penulisan di atas tidaklah dipandang secara kaku, selalu berurut, dan terpisah-pisah. Ketiganya harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang penulsi dalam proses tulis-menulis. Dalam tahap pramenulis dan penulisan, misalnya kita dapat melakukan sekaligus telaah dan steps are very often a zigzag journey.” Kegiatan menulis, sebenarnya penulis dilatih untuk berpikir secara teratur, tertib, dan logis. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh agar tulisan yang dihasilkan runtut, sistematis, dan logis. St.Y.Slamet (2009: 97) mendefinisikan bahwa sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). Meskipun demikian, masing-masing fase dari ketiga fase penulisan di atas tidaklah dipandang secara kaku, selalu berurut, dan terpisah-pisah. Ketiganya harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang penulsi dalam proses tulis-menulis. Dalam tahap pramenulis dan penulisan, misalnya kita dapat melakukan sekaligus telaah dan

(5) Tahap publikasi (publishing). Adapun tahap dalam kegiatan menulis yang harus dilalaui oleh seorang penulis meliputi.

1) Tahap Prapenulisan ........ Pada tahap ini pengembangan kerangka dimulai. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu bentuk tulisan yang utuh diperlukan bahasa. Seseorang yang ingin mulai menulis harus menguasai kata-kata dan mampu memilih kata-kata yang mengandung gagasan yang

diungkapkan. .... ..

Tahap penulisan merupakan tahap yang paling penting karena pada tahap ini semua persiapan yang telah dilakukan pada tahap pratulis dituangkan ke dalam kertas. Pada tahap ini, diperlukan adanya konsentrasi penuh penulis terhadap apa yang sedang dituliskan. Tanpa konsentrasi penuh, tulisan yang berbobot sulit dihasilkan.

Tahap prapenulisan (prewriting) merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini merupakan langkah awal dalam menulis yang mencakup kegiatan (1) menentukan dan membatasi topik tullisan, (2) merumuskan tujuan,

(3) memilih bahan, serta (4) menentukan generalisasi dan cara-cara mengorganisasi ide dan tulisannya. Tahap ini merupakan tahap yang amat penting dalam kegiatan menulis. Oleh karena itu, pada tahap pramenulis kadang diperlukan stimulus untuk merangsang munculnya respon yang merupakan ide atau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas: menyimak warta berita, pidato, khotbah, diskusi, dan seminar; karya wisata dan rekreasi; dan sebagainya.

Bertolak dari pendapat di atas, tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan sebagai berikut. (1) Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri. (2) Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis. (3) Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis. (4) Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis. (5) Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan.

2) Penulisan Draf (Drafting) Pada tahap ini diperlukan berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan. Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk memilih kata, gaya bahasa, pembentukan kalimat, sedangkan teknik penulisan untuk menyusun paragraf dengan dengan penyusunan secara utuh. Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah sebagai berikut: (a) membuat draf kasar, dan (b) lebih menekankan isi daripada tata tulis. Fungsinya hanya sebagai sebuah tulisan sementara, guru tidak selayaknya memberi nilai, baik pada aspek isi maupun kebahasaannya, untuk menentukan tingkat kemampuan menulis siswa. Akan 2) Penulisan Draf (Drafting) Pada tahap ini diperlukan berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan. Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk memilih kata, gaya bahasa, pembentukan kalimat, sedangkan teknik penulisan untuk menyusun paragraf dengan dengan penyusunan secara utuh. Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah sebagai berikut: (a) membuat draf kasar, dan (b) lebih menekankan isi daripada tata tulis. Fungsinya hanya sebagai sebuah tulisan sementara, guru tidak selayaknya memberi nilai, baik pada aspek isi maupun kebahasaannya, untuk menentukan tingkat kemampuan menulis siswa. Akan

Apabila pada tahap pramenulis belum ditentukan judul karangan, maka pada akhir tahap ini, penulis dapat menentukan judul karangan. Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan pada saat menentukan judul, antara lain (1) singkat, (2) singkat, (3) relevan dengan isi. Disamping itu, yang pelu diingat bahwa judul sebaiknya disusun dalam bentuk frase bukan kalimat (St.Y.Slamet, 2009: 113).

3) Tahap Revisi (Revising) Pada tahap revisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan karangan. Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide pokok dan ide penjelas, serta sistematika dan penalarannya. Sementraa itu aspek kebahasaan meliputi pilihan kata, struktur bahasa, ejaan, dan tanda baca. Pada tahap revisi masih dimungkinkan mengubah judul karangan apabila judul yang telah ditentukan dirsakan kurang tepat (St. Y. Slamet, 2009: 114).

Jika draf seluruh tulisan sudah selsai, tulisan tersebut perlu dibaca kembali. Mungkin draf itu perlu ditambah, diperbaiki, dikurangi, dan kalau perlu diperluas. Sebenarnya revisi ini sudah dilakukan juga pada saat tahap penulisan berlangsung. Hal ini diperkuat oleh pendapat St.Y. Slamet bahwa revisi dapat dialakukan sendiri, dengan guru ataupun bersama teman. Pengertian revisi tidak sekedar memperbaiki rancangan tulisan, tetapi mencakup memenuhi kebutuhan pembaca sehingga tidak jarang Jika draf seluruh tulisan sudah selsai, tulisan tersebut perlu dibaca kembali. Mungkin draf itu perlu ditambah, diperbaiki, dikurangi, dan kalau perlu diperluas. Sebenarnya revisi ini sudah dilakukan juga pada saat tahap penulisan berlangsung. Hal ini diperkuat oleh pendapat St.Y. Slamet bahwa revisi dapat dialakukan sendiri, dengan guru ataupun bersama teman. Pengertian revisi tidak sekedar memperbaiki rancangan tulisan, tetapi mencakup memenuhi kebutuhan pembaca sehingga tidak jarang

4) Tahap Pengeditan/ Penyuntingan (Editing) Pada tahap pengeditan atau menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh pembelajar yaitu: a) membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri, b) membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan mereka sekelas atau sekelompok, dan c) mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan mereka sendiri.

Hasil tulisan/karangan perlu dilakukan pengeditan (penyuntingan). Pelaksanaannya adalah dengan membaca kata per kata atau bagian per bagian sehingga dapat ditemukan kesalahan-kesalahannya untuk dibetulkan. Kegiatan penyuntingan ini, sekurang-kurangnya ada dua tahap yang harus dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan untuk kejelasan penyajian. Kedua, penyuntingan bahasa dalam tulisan agar sesuai dengan sasarannya. Penyuntingan tahap pertama akan berkaitan dengan masalah komunikasi. Tulisan diolah agar isinya dapat dengan jelas diterima oleh pembaca. Pada tahap ini, sering kali penyunting harus mereorganisasi tulisan karena penyajiannya dianggap kurang efektif.

Ada kalanya, penyunting terpaksa membuang beberapa paragraf atau sebaliknya, harus menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf untuk memperlancar hubungan gagasan. Dalam melakukan penyuntingan pada tahap ini, penyunting sebaiknya berkonsultasi dan berkomunikasi dengan penulis. Pada tahap ini, penyunting harus luwes dan Ada kalanya, penyunting terpaksa membuang beberapa paragraf atau sebaliknya, harus menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf untuk memperlancar hubungan gagasan. Dalam melakukan penyuntingan pada tahap ini, penyunting sebaiknya berkonsultasi dan berkomunikasi dengan penulis. Pada tahap ini, penyunting harus luwes dan

memahami apa yang diinginkan pembaca. Penyuntingan dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu penyuntingan isi dan penyuntingan bahasa (Sabarti Akhadiah et al., 1996/1997: 21). Penyuntingan isi berkenaan dengan substansi naskah. Penyuntingan ini berkaiatan dengan masalah komunikasi agar keseluruhan isi naskah dapat denganmudah dan jelas diterima pembaca. Dalam hal ini mungkin ada bgaian-bagian yang dibuang atau ditambah sehingga penyajiannya baik efektif. Luas cakup perbaikan ini akan menentukan apakah perubahan ini akan dilaksanakan oleh penyunting atau penulis naskah.

...... ........ Penyuntingan bahasa mencakup ketepatan penyajian. Penyuntingan ini berkaitan dengan perbaikan kecil tetapi mendasar, misalnya kessalahan yang berkaiatan dengan tata bahasa, ejaan, kesalahan penulis kata, kesalahan urutan kata atau kalimat, dan sebagianya. Hal ini langsung dilaksanakan penyuntingan tanpa persetujuan penulis nsakah.

5) Tahap Publikasi (publishing/ Sharing) 5) Tahap Publikasi (publishing/ Sharing)

Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Oleh karena itu seorang penulis harus menyadari bahwa bahasa yuang ditulisnya berlainan dengan bahasa dalam ujaran. Tulisannya dapat dibaca-baca orang, dikaji dan dinilai dengan lebih mudah. Sudah selayaknya bila penulis harus berhati-hati sehingga senantiasa berusaha agar kalimat-kalimatnya disusun secara lengkap, namun lebih ringkas dan sistematis jika dibandingkan dengan kalimat-kalimat dengan bahasa ujaran.

Berbagai pendapat mengenai tahap menulis seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan menulis atau mengarang merupakan suatu proses, sehingga dalam kegiatan tersebut terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan untuk penulis. Tahap- tahap tersebut yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.

Tahap-tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinier, artinya merupakan putaran berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draf awalnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap itu dapat dirinci lagi.

aspek menurut St. Y. Slamet (2009: 117), yang meliputi (1) ejaan, (2) diksi, (3) struktur kalimat, dan (4) struktur paragraf. Hal-hal tersebut dijelaskan sebagai berikut.

(1) Ejaan. Ejaan ialah perlambangan fonem dengan huruf (Baduddu, 1994). Selanjatnya dikatakan bahwa, dalam termasuk juga (1) ketetapan tentang bagaimana satuan-satuan morfologi seperti kata dasar, kata ulang, kata majemuk, dan kata berimbuhan serta partikel-partikel dituliskan; (2) ketetapan tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda-tanda baca seperti titik, koma, titik koma, titik dua, tanda kutip, tanda tanya, dan tanda seru.

(2) Diksi Atau Pilihan Kata. Menurut Gorys Keraf (1984) dalam St.Y.Slamet (2009: 118), mengemukakan bahwa kemampuan memilih kata adalah kemampuan membedakan secar atepat nuansa-nuansa kata sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh kelompok masyarakat.

(3) Struktur kalimat. Penggunaan kalimat-kalimat efektif merupakan slaah satu faktor yang turut mendukung keberhasilan seseorang penulis. Hal ini disebabkan pembaca akan lebih menangkap maksud tulisan yang dibacanya secara tepat jika penulis menuangkan gagasannya ke dalam kalimat-kalimat yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai kalimat efektif. Oleh karena itu, seorang penulis yang baik akan selalu menuangkan pikiran dan perasaannya ke susunan kalimat-kalimat yang memenuhi susunan kalimat yang baik dan teratur sehingga terasa segar, hidup, dan mudah dipahami pembaca.

(4) Struktur Paragraf. Dalam pengungkapan pikiran atau perasaan yang dilakukan secara lisan akan tampak hubungan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain. Hubungan itu berupa hubngan yang berurutan, hubungan yang menyatakan satu kesatuan, hubungan yang menyatakan adanya kaitan struktur bahasa dan logis berbahasa, serta hubungan yang menunjukkan cara berpikir. Semua hubungan ini mendukung dan mengarah pada satu tujuan, yaitu membantu mengembangkan dan mengisi pokok pikiran atau gagasan utama. Akan tetapi, jika pengungkapannya dilakukan secara tertulis, hubungan-hubungan tersebut harus diwujudkan dalam bentuk alenia atau paragraf.

Komponen-komponen yang mengacu pada kemampuan menulis tersebut Komponen-komponen yang mengacu pada kemampuan menulis tersebut

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik suatu simpulan bahwa menulis adalah suatu proses yang dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan terbagi atas (1) tahap pramenulis, (2) tahap penulisan, (3) tahap revisi, (4) tahap pengeditan atau menyunting, dan (5) tahap publikasi. Dalam proses penulisan dikembangkan gagasan-gagasan menjadi karangan utuh dengan menggunakan wahana bahasa yang meliputi kosakata, tata bahasa, ejaan, dan tanda baca.