Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Siklus II

Tabel 11. Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Siklus II

dengan Siklus III

Tabel di atas menggambarkan bahwa persentase ketuntasan klasikal siswa semakin meningkat. Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 21

No Siklus

Jumlah Siswa

Persentase Tuntas Ketuntasan Klasikal Tidak

Tuntas

1 Siklus II

2 Siklus III

Rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus III juga sudah mengalami peningkatan, yaitu 80,63 dibandingkan nilai rata-rata kelas pada siklus II, yaitu 77,03. Nilai ketuntasan klasikalnya pun sudah mengalami peningkatakan, yaitu 80,0 % pada siklus II menjadi 86,6 % pada siklus III. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa nilai kemampuan menulis cerpen siswa dengan menerapkan metode spider concept map telah mengalami peningkatan sesuai dengan harapan.

2) Refleksi

Penerapan metode spider concept map dalam pembelajaran kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi pada siklus III ini sudah dapat dikatakan sesuai dengan harapan dan berjalan lebih optimal, dibandingkan tindakan pada siklus I dan siklus II. Siswa terlihat bergitu semangat saat menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Melalui penggunaan metode spider concept map ini pemahaman siswa terhadap apa yang akan ditulisnya menjadi sebauh cerpen lebih mudah dibandingkan dengan menulis cerpen secara langsung. Selain itu, siswa juga sudah mampu menulis cerpen dengan berpedoman pada rambu-rambu penilain tulisan cerpen, seperti kualitas isi, organisasi isi, diksi/pilihan kata, dan ejaan. Sebagian siswa juga mampu mengungkapkan hasil karyanya berupa cerpen dalam forum diskusi dengan baik. Mereka lebih berani lagi dalam

......... Pengelolaan kelas oleh guru cukup berlangsung semakin kondusif dan menyenangkan. Hal ini terbukti begitu tiba giliran siswa menuliskan pengalaman pribadi dan membuat spider concept map, siswa terlihat bergitu bersemangat dan ceria. Para siswa sudah dapat mengembangkan daya ingatannya pada pengalaman pribadinya, imaginasinya dan kreativitasnya melalui pembuatan spider concept map. Siswa tidak hanya mengaktifkan otak kirinya saat menulis cerpen, otak kanan siswa juga berfungsi saat membuat menulisakn unsur cerpen pada spider spider concept map. Siswa terlihat sangat suka menuangkan unsur-unsur pembangun cerpen dengan gambar spider concept map. Tidak hanya proses pembelajaran yang semakin meningkat kualitasnya, tetapi juga kinerja siswa saat bertanya jawab mengenai pengetahuan cerpen sudah meningkat. Hasil tes yang diberikan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi juga semakin meningkat. Hal ini terbukti dari 29 siswa yang mengikuti tes menulis cerpen pada siklus III, sebanyak 96,6%. Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus III ini, maka indikator kinerja dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini sudah tercapai sesuai dengan harapan.

1. Keadaan Awal (Pratindakan) Siswa terhadap Pembelajaran Kemampuan Menulis Cerpen Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul

Berdasarkan hasil observasi dan tes awal diperoleh gambaran bahwa menulis cerpen siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul masih tergolong rendah atau belum mencapai KKM yang ditetapkan. Dari hasil pengamatan, siswa terlihat kurang tertarik dengan pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung interaksi antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa masih kurang. Siswa juga cenderung pasif. Hal ini juga tentunya dipengaruhi metode dan media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Telah diketahui bahwa, guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif untuk menciptakan suasana yang menyenangkan tersebut.

Penggunaan metode dapat memperjelas dan mempermudah materi yang diajarkan sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa. Penggunaan media juga dapat menarik perhatian siswa, sehingga jika siswa sudah merasa tertarik, maka diharapakan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, metode yang digunakan oleh guru masih tergolong konvensional, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Media yang digunakan pun hanya berupa buku paket untuk kelas IX.

Pada keadaan awal ini, saat proses pembelajaran menulis cerpen dengan standar kompetensi mengungkapkan kembali dalam bentuk cerpen peristiwa yang pernah dialami. Guru hanya memberikan apersepsi terkait dengan penjelasan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Materi tidak dijelaskan secara

pokok-pokok penting dari informasi yang disimak. Guru juga tidak menyampaikan SK, KD, indikator, dan penilaian yang akan dilakukan. Padahal, ini cukup penting diiformasikan sebagai gambaran awal agar siswa tahu apa yang seharusnya dilakukan dan dikerjakan. Informasi tentang pengetahuan cerpen dibacakan langsung oleh guru. Volume suara, lafal, intonasi, dan jeda guru saat membacakan informasi tergolong cukup. Namun, informasi yang disimak oleh siswa tidak bisa dikatakan berjalan maksimal karena waktu itu kelas di sebelah kelas IX E sangat gaduh. Selain itu, saat proses menulis berlangsung terlihat ada beberapa siswa yang mengganggu teman di sebelahnya, tampak bingung mau menulis apa. Konsetrasi menulis siswa menjadi buyar, ketika ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Hal ini terjadi karena siswa tidak tahu apa yang harus dikerjakan.

Kegiatan bertanya jawab mengenai pengetahuan cerpen belum dilaksanakan dengan baik. siswa yang bertanya hanya sekitar tiga siswa, dan hanya siswa yang itu-itu saja. Untuk kelompok diskusi, terlihat siswa dalam kelompok bercanda dan tidak serius. Hasil diskusi yang dilakukan oleh kelompok tidak dibahas oleh guru, tetapi ditulis dalam kertas dan langsung dikumpulkan.

Pada akhir pembelajran, siswa tidak diajak untuk menyimpulkan pembelajaran yang dilakukan. Guru juga tidak melakukan refleksi sehingga siswa tidak mengatahui kesalahan atau kekurangan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil tes pada kondisi awal dapat diketahui sejumlah 26 orang atau 86,6 % mendapat nilai kurang dari 76,00. Sedangkan 4 atau 13,3% Pada akhir pembelajran, siswa tidak diajak untuk menyimpulkan pembelajaran yang dilakukan. Guru juga tidak melakukan refleksi sehingga siswa tidak mengatahui kesalahan atau kekurangan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil tes pada kondisi awal dapat diketahui sejumlah 26 orang atau 86,6 % mendapat nilai kurang dari 76,00. Sedangkan 4 atau 13,3%

2. Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi dengan Menerapkan Metode Spider Concept Map

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat kompleks dan sangat dibutuhkan siswa bukan hanya dalam pelajaran bahasa Indonesia, tetapi pada semua mata pelajaran yang dipelajari siswa. Maka dari itu, pembelajaran menulis haruslah mendapat perhatian penuh di semuan jenjang pendidikan. Keberhasilan pencapain SK dan KD tersebut sangat dipengaruhi oleh pemilihan metode pembelajaran. Maka dari itu, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa sehingga mampu meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa.

Tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kemampuan menulis cerpen dengan menerapkan metode spider concept map. Tindakan ini dipilih sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatan tersebut meliputi peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil yang dicapai setelah pembelajaran.

Penggunaan metode spider concept map dalam pembelajaran kemampuan menulis dapat meningkatkan konsentrasi dan daya ingat siswa. Telah diketahui bahwa menulis membutuhkan konsentrasi pikiran, pemahaman, dan ingatan.

ditetapkan oleh guru untuk Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran menulis kelas IX. Salah satu indikator itu, yaitu (1) mampu mendata peristiwa-peristiwa yang pernah dialami, dan (2) mampu menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Jadi, pokok-pokok penting (unsur-unsur cerpen) yang telah ada dalam pengalaman priabdi siswa yang telah diidentifikasi dapat dibuat dalam bentuk spider concept map. Pokok-pokok penting dalam pengalaman pribadi siswa tentunya lebih diingat lagi apabila dibuat dalam bentuk spider concept map . Karena apa yang dialami siswa tidak berlalu begitu saja, tetapi telah terekam atau tersimpan dalam spider concept map.

Kreativitas siswa juga dapat diasah dalam pembuatan spider concept map ini. Spider concept map dapat melatih kreativitas siswa. Siswa bebas mengimajinasikan pengalaman pribadi mereka dengan garis-garis dalam gambar spider concept map , sehingga pembelajaran menulis tidak lagi membosankan, tetapi menjadi lebih menarik dan mengasyikkan. Siswa pun dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi lebih aktif. Sembari membuat spider concept map , siswa juga dapat melakukan diskusi dengan temannya. Kreativitas siswa dalam membuat spider concept map berupa cabang, dan gambar dapat mengaktifkan otak kanan siswa. Saat menulis otak kiri siswa saja yang aktif sedangkan otak kanan menganggur, tetapi hal-hal penting yang telah diingat siswa yang dituangkan dalam bentuk spider concept map dapat juga mengaktifkan tugas otak kanan siswa. Jadi, dalam pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan menerapkan metode spider concept map dapat

Selain penerapan metode spider concept map dalam pengajaran menulis cerpen dapat mengaktifkan dua indra siswa sekaligus, yaitu menngingat peristiwa yang pernah dialami dan menulisnya dalam bentuk cerpen. Hal ini tentu mampu membuat kemampuan menulis siswa lebih bagus karena selain mengingat siswa juga menulis apa yang dialaminya. Bahan untuk penulisan cerpen siswa pun menjadi lebih mudah dibuat dan waktu yang digunakan juga menjadi lebih efektif.

Berdasarkan hasil observasi dari siklus I sampai siklus III kemampuan menulis cerpen siswa dengan menerapkan metode spider concept map mengalami peningkatan yang cukup pesat. Peningkatan meliputi proses dan hasil pembelajaran kemampuan menulis siswa. Kelas pun menjadi lebih hidup dan tidak ada lagi siswa yang pasif.

3. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Kemampuan Menulis Cerpen

Kualitas proses pembelajaran kemampuan menulis cerpen di kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul mengalami peningkatan setelah diterapkan metode spider concept map. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis tersebut dapat diketahui dari hasil pengamatan dan penilaian kinerja guru serta penilaian aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran menulis.

. Sebelum diberikan tindakan, kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada guru dan siswa cenderung pasif. Siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan penjelasan dari guru. Kegiatan tanya jawab dan diskusi pun tidak dilakukan secara maksimal. Kerjasama antar kelompok kurang. Konsentrasi siswa saat menulis masih kurang. Saat proses menulis berlangsung beberapa siswa . Sebelum diberikan tindakan, kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada guru dan siswa cenderung pasif. Siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan penjelasan dari guru. Kegiatan tanya jawab dan diskusi pun tidak dilakukan secara maksimal. Kerjasama antar kelompok kurang. Konsentrasi siswa saat menulis masih kurang. Saat proses menulis berlangsung beberapa siswa

Setelah diterapkannya metode spider concept map kelas menjadi lebih hidup. Penerapan metode spider concept map dapat meningkatkan konsentrasi siswa karena sebelum menulis guru telah menjelaskan hal-hal yang harus diperrhatikan dan nantinya dibuat ke dalam spider concept map. Siswa pun menjadi lebih fokus saat menulis. Siswa menjadi lebih tertarik mengikuti pembelajaran, hal ini terbukti saat tiba giliran membuat spider concept map siswa terlihat begitu senang dan bersemangat. Dalam mengidentifikasi cerpen dan membuat spider concept map kerjasama siswa juga meningkat. Siswa yang sudah paham dan bisa dengan baik membuat spider concept map dapat memberi tahu siswa yang kurang. Saat membuat spider concept map, siswa juga terlihat berdiskusi dan saling bertukar pendapat. Rasa saling berbagi pun tumbuh. Siswa yang tidak membawa penghapus dan pensil terlihat meminjam di kelompok atau pada kelompok lain. Saat meminjam pun mereka terlihat tertib dan tidak ribut.

Penggunaan pengalaman pribadi sebagai bekal (ide) penulisan cerpen dapat meningkatkan minat siswa belajar. Melalui Pengalaman pribadi, siswa lebih Penggunaan pengalaman pribadi sebagai bekal (ide) penulisan cerpen dapat meningkatkan minat siswa belajar. Melalui Pengalaman pribadi, siswa lebih

Tabel 12. Perbandingan Nilai Rata-Rata Kinerja Guru Pratindakan, Siklus I,

Siklus II, dan Siklus III No

Siklus

Nilai Rata-rata

Kategori

1 Pra Siklus

Kurang

2 Siklus I

Cukup

3 Siklus II

Baik

4 Siklus III

Baik Sekali

Tabel di atas menunjukkan bahwa kinerja guru selama pembelajaran menulis dari sebelum diberikan tindakan atau pratindakan sampai siklus III mengalami peningkatan. Pada pratindakan kinerja guru masih tergolong kurang dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebanyak 57,84. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata kinerja guru mengalami peningkatan menjadi 61,76 dengan kategori cukup. Nilai rata-rata kinerja guru pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 73,52 dengan kategori baik dan pada siklus III mengalami peningkatan menjadi 98,00 dengan kategori baik sekali

Siklus III

No

Aspek yang Diamati

tentang pengetahuan cerpen.

menulis pengalaman pribadi

dan

menggambar spider

ketika mengidentivikasi dan menuliskan unsur pembangun cerpen.

ketika menyusun cerpen berdasarkan penaglaman pribadi

sesuai

dengan gambar spider

ketika menungkapkan secara lisan hasil penulisan cerpen berrdasarkan penaglaman pribadi

yang

dibuat

pada

forum.

6,66

46,66

46,66

36,33

63,33

- 13,33

86,66

Rerata

13,26

49,99

45,33

5,33

29,26

69,99

1,32

9,99

89,99

aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran pada tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa aktivitas siswa dapat dilihat berdasarkan hasil observasi yang meliputi kegiatan-kegiatan: (1) kinerja siswa ketika tanya jawab mengenai pengetahuan cerpen, (2) kinerja siswa ketika menuliskan pengalaman pribadi dan menggambar spider concept map, (3) kinerja siswa dalam membuat kerrangka dengan metode spider concept map, (4) kinerja siswa ketika menyusun cerpen berdasarkan pengalaman pribadi sesuai dengan gambar spider concept map, (5) kinerrjas siswa ketika mengungkapkan secara lisan hasil penulisan berdasarkan pengalaman pribadi yang dibaca pada forum.

Rerata hasil observasi dari segi aktivitas siswa pada siklus I kategori kurang sebesar 13,26% kategori cukup sebesar 49,99%, dan kategori baik 45,33%. Rerata hasil observasi dari segi aktivitas siswa pada siklus II kategori kurang sebesar 5,33%, kategori cukup sebesar 29,26%, dan kategori baik 69,66%. Rerata hasil observasi dari segi aktivitas siswa pada siklus III kategori kurang sebesar 1,32%, kategori cukup sebesar 9,99 %, dan kategori baik 89,99%. (lampiran 17 halaman 300).

Nilai rata-rata kinerja siswa dari pratindakan sampai siklus III juga mengalami peningkatan. Pada pratindakan siswa cenderung pasif. Nilai rata-rata kinerja siswa pada pratindakan sebanyak 36 dengan kategori rendah. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, siswa nampak lebih aktif dan nilai rata-rata kinerja siswa juga meningkat menjadi 62,5 dengan kategori cukup. Pada siklus II nilai rata-rata kinerja siswa juga meningkat menjadi 78,8 dengan kategori tinggi Nilai rata-rata kinerja siswa dari pratindakan sampai siklus III juga mengalami peningkatan. Pada pratindakan siswa cenderung pasif. Nilai rata-rata kinerja siswa pada pratindakan sebanyak 36 dengan kategori rendah. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, siswa nampak lebih aktif dan nilai rata-rata kinerja siswa juga meningkat menjadi 62,5 dengan kategori cukup. Pada siklus II nilai rata-rata kinerja siswa juga meningkat menjadi 78,8 dengan kategori tinggi

Tabel 14. Skor Kinerja Siswa dan Guru Sebelum dan Sesudah Menerapkan Metode Pembelajaran Spider Concept Map

Sebelum Sesudah K

C B 21,78% 77,42%

0%

0,08% 99,92% 57,84% 98,00%

Berdasarkan tabel di atas, rerata kinerja siwa sebelum menggunakan metode pembelajaran spider moncept map adalah 21,78% berkategori kurang, 77,42% berkategori cukup. Sesudah mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran spider concept map , rerata kinerja siswa meningkat menjadi kategori baik yaitu 99,92% dan 0,08% berkategori cukup. Berdasarkan hasil tersebut, berarti terdapat peningkatan kinenrrja siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran spider concept map.

4. Peningkatan Kualitas Kemampuan Menulis Cerpen

Siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis cerpen masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) metode yang digunakan oleh guru kurang mampu membangkitkan motivasi dan semangat

cerpen, 3) siswa tidak dapat berkonsetrasi saat menulis, 4) daya ingat siswa terhadap informasi yang disimak kurang, 5) Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) masih didominasi oleh guru, dan 6) siswa cenderung pasif saat proses pembelajaran. Beberapa hal inilah yang mengakibatkan siswa belum mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu 76,00. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji coba sebelum tindakan dilaksanakan yakni jumlah siswa yang tuntas berjumlah 4 siswa atau 13,33%., dengan nilai rata-rata baru mencapai 70,70.

Berdasarkan pada permasalahan tersebut peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul dengan menerapkan metode spider concept map . Tujuannya, agar siswa memiliki kemampuan menulis cerpen yang baik, senang dengan pembelajaran sastra, dan dapat mencapai batas KKM yang telah ditetapkan dalam kurikulum yakni 76,00 dan sesuai dengan idikator pencapaian yang ingin diraih pada penelitian ini, yaitu siswa yang mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 76,00 sebanyak 85%.

Hasil yang diperoleh siswa setelah diberikan tindakan, yaitu pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum diberikan tindakan. Namun, pada siklus I ini, tindakan yang diberikan dikatakan belum maskimal karena indikator yang ditetapkan pada siklus I belum tercapai. Berikut tabel yang memperlihatkan hasil kemampuan menulis cerpen kelass IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul.

Siklus II, dan Siklus III

No.

Aspek Pencapain Hasil belajar

1. Rerata kelas

2. Jumlah siswa yang mendapat nilai < dari 76

yang emndapat nilai ≥ 76

4 13 21 30

4. Ketuntasan klasikal

Dari tabel di atsa dapat dideskripsikan bahwa pada siklus I ini,dari 30 siswa kelas IX E yang mendapatkan yang mendapatkan nilai kurang dari 76 sebanyak

26 orang atau 86,60% dan siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 76 sebanyak 4 siswa atau 13,33% dari 30 siswa. Rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus 1 sudah mengalami peningkatan, yaitu 73,96 dibandingkan nilai rata-rata kelas sebelum diberikan tindakan, yaitu 70,70. Nilai ketuntasan klasikalnya pun sudah mengalami peningkatakan, yaitu 13,33% sebelum diberikan tindakan menjadi 43,34% setelah diberikan tindakan.

Pada siklus II siswa diberikan pembelajaran kemampuan menulis cerpen dengan penerapan metode yang sama yakni metode spider concept map dengan melakukan perbaikan. Misalnya guru harus menjelaskan kembali metode spider concept map kepada siswa dengan contoh-contoh yang dapat diambil dari contoh cerpen dan hasil spider concept map siswa yang paling bagus dan guru juga harus mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi sebelum membuat cerpen

unsur-unsur cerpen yang ada terdapat pada contoh cerpen. Pada siklus II pembelajaran berlangsung dengan lebih baik dan nilai kemampuan menulis cerpen siswa lebih bagus dibandingakan pada siklus I. Rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus 2 sudah mengalami peningkatan, yaitu 77,03 dibandingkan nilai rata-rata kelas pada siklus 1, yaitu 73,96. Nilai ketuntasan klasikalnya pun sudah mengalami peningkatakan, yaitu 43,34 % pada siklus I, menjadi 70,00 % pada siklus II. Pada siklus II ini, dapat dikatakan bahwa nilai kemampuan menulis siswa dengan menerapkan metode spider concept map telah mengalami peningkatan sesuai dengan harapan. Walapun, nilai pada siklus II ini sudah sesuai dengan harapan, namun untuk menyempurnakan proses dan hasil pembelajaran kemampuan menulis siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul, pada siklus III ini diharapakan siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 76 sebanyak 85%.

Pada siklus III ini pembelajaran menulis cerpen difokuskan kepada kinerja siswa dalam penulisan cerpen bertanya jawab, menulis cerpen berdasar pengalaman pribadi. Keaktivan siwa dalam berdiskusi dan mengungkapkan hasil karya dalam forum diskusi. Rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus III sudah mengalami peningkatan, yaitu 80,63. dibandingkan nilai rata-rata kelas pada siklus II, yaitu 77,03. Nilai ketuntasan klasikalnya pun sudah mengalami peningkatakan, yaitu pada siklus I sebesar 13,33 %, siklus II menjadi 43,34 % pada siklus II, dan pada siklsu III sebesar 100%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa nilai kemampuan menulis siswa dengan menerapkan metode

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas di atas, dapat dibuktikan secara teorites maupun empiris bahwa tindakan yang diberikan, yaitu berupa penerapan metode spider concept map cukup bermanfaat dalam peningkatan kemampuan kemampuan menulis siswa. Secara teorites tindakan-tindakan yang dilakukan didukung oleh teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah yang dihadapi di kelas. Secara empiris tindakan-tindakan yang dilakukan memiliki dampak yang bermanfaat bagi peningkatan-peningkatan kemampuan menulis. Apabila sebelum penelitian ini dilaksanakan, kemampuan menulis siswa kelas IX

E SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul masih tergolong rendah atau tidak sesuai dengan harapan. Maka setelah diberikan tindakan berupa penerapan metode spider concept map dan peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa secara memadai dari siklus I hingga siklus III. Peningkatan tersebut secara berangsur- angsur dari siklus I, II, dan III meningkat

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapakan metode spider concept map guna meningkatkan kemampuan menuliscerpen siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantiul ini sudah dilakukan dengan cukup baik, namun peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Ketaksempurnaan dan kekurangan tersebut dilandasi dengan memperhatikan beberapa alasan yang bersifat teknik di lapangan, peneliti menyadari memiliki keterbatasan yang tidak dapat dihindari, antara lain sebagai berikut. 1) Penelitian tindakan kelas idealnya dilakukan dalam kurun waktu yang

dilatih dengan baik dan benar-benar dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari penerapan metode spider concept map ini. Namun, karena alasan yang menyangkut finansial dan keterbatasan waktu pihak institusi tempat penelitian, maka penelitian ini hanya dilakukan dalam waktu kurang lebih tiga bulan. Dalam waktu tersebut dapat diketahui perkembangan dan peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul dengan menerapkan metode spider concept map. 2) Dalam melakukan observasi, peneliti menyadari masih belum akurat dan sempurna. Hal tersebut dikarenakan perhatian peneliti terhadap jalannya pembelajaran terbagi. Perhatian peneliti terbagi untuk mengamati kegiatan guru, siswa, dan jalannya proses pembelajaran. Namun, observasi tetap dilakukan sebaik mungkin guna memperoleh data yang diinginkan. 3) Peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa dengan penerapan metode spider concept map sudah dapat tuntas 100%, namun ada satu siswa yang mendapat nilai 76 yakni batas KKM. Di samping itu, penelitian ini diharapkan tidak mengganggu pencapaian Kompetensi Dasar (KD) yang lainnya sehingga penelitian ini dicukupkan pada satu kali pertemuan untuk siklus III. 4) Keterbatasan sarana yakni untuk pembentukan kelompok diskusi kurang baik karena keadaan kelas yang kurang luas. Tetapi, keterbatasan ini dapat meningkatkan rasa saling berbagi siswa dengan sesama teman dan melatih kesabaran siswa.

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus dapat disimpulkan :

1. Penerapan metode pembelajaran spider concept map dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi bagi siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul.

Kualitas proses pembelajran ditinjau dari sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah siswa. Sebelum guru menggunakan metode pembelajaran spider concept map siswa pasif, tidak pernah mengutarakan ide- ide, tidak bersemangat, hanya menyimak penjelasan guru diselingi mencatat penjelasan guru.

Berdasar hasil pengamatan, kinerja siswa sebelum menggunakan metode pembelajaran metode spider concept map sebesar 5,99% berkategori kurang dan 94,01% berkategori cukup kemudian mengalami peningkatan menuju perbaikan setelah guru menggunakan metode pembelajaran spider concept map yaitu tidak ditemukan siswa berkategori kurang. Kinerja siswa berkategori cukup adalah 0,08% sedangkan kinerja siswa berkategori baik adalah 99,92%. Dengan kondisi demikian dapat dinyatakan bahwa metode pembelajaran spider concept map dapat meningkatkan aktivitas siswa.

Sebelum guru menggunakan metode pembelajaran spider concept map,

ceramah menimbulkan beberapa kekurangan diantaranya adalah guru tidak menggunakan media pembelajaran, guru lelah, siswa mengantuk, dan ide-ide siswa tersumbat sebab guru tidak memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan respon-respon. Dengan penggunaan metode pembelajaran spider concept map kinerja guru lebih bermakna bagi siswa. Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas guru. Sebelum menggunakan metode pembelajaran spider concept map, kinerja guru berskor rendah yaitu 57,84 tetapi setelah menggunakan metode pembelajaran spider concept map aktivitas guru meningkat yaitu berskor 98,03.

2. Penerapan model pembelajaran spider concept map, dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul dalam menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi.

Peningkatan kemampuan menulis cerpen dapat diketahui dari hasil tes berupa hasil karya siswa berwujud cerpen. Sebelum menggunakan metode pembelajaran spider concept map, hasil karya siswa berupa cerpen tercatat rerata 70,40 jumlah siswa mendapat nilai < 76 berjumlah 26 siswa, siswa mendapat nilai ≥ 76 berjumlah 4 siswa, ketuntasan klasikal tercatat 13,30%. Setelah menggunakan metode pembelajaran spider concept map yaitu siklus

III, hasil karya siswa berupa cerpen mencapai rerata 80,63. Tak ada siswa yang mendapat nilai <76. siswa mendapat nilai ≥ berjumlah 30 siswa. Adapun ketuntasan klasikal adalah 100%. Berdasar skor tersebut maka dapat ditarik simpulan bahwa metode pembelajaran spider concept map dapat III, hasil karya siswa berupa cerpen mencapai rerata 80,63. Tak ada siswa yang mendapat nilai <76. siswa mendapat nilai ≥ berjumlah 30 siswa. Adapun ketuntasan klasikal adalah 100%. Berdasar skor tersebut maka dapat ditarik simpulan bahwa metode pembelajaran spider concept map dapat

B. Implikasi

Penelitian tindakan kelas berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Metode Spider Concep Map pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2011/2012 ” yang dilakukan sebanyak tiga siklus dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

Kualitas proses pembelajaran tercipta karena beberapa upaya siswa dan guru. Kualitas proses pembelajaran bukanlah sesuatu yang dapat tercipta begitu saja, melainkan perlu dibangkitkan dan diupayakan bagaimana terciptanya kualitas proses pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas baik dapat diciptakan dengan memberikan kesempatan siswa dan guru untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan ide-ide, pola pikir yang kreatif, bahkan membuka khayalan-khayalan sangatlah membantu munculnya pola pikir siswa yang kreatif. Proses pembelajaran memberi kesempatan kepada siswa yang kreatif. Oleh karena itu, proses pembelajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat giat menggali ide dan berpikir secara kreatif sebagai solusi suatu permasalahan.

Pembelajaran yang digambarkan di atas tidak serta merta muncul dengan sendirinya bahkan tidaklah mudah untuk diciptakan dan dilaksanakan. Setidak-

aktivitas siswa. Hal yang dapat diremehkan bagi peningkatan akvitas siswa adalah apakah pada diri guru tersebut terlihat adanya sikap yang mengarah peningkatan aktivitas guru. Hal ini dapat terjadi jika guru kompromi dengan keaktivan siswa. Contoh guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-ide baru atau tema dan guru mengarahkan respon-respon tersebut tetap di area materi pembelajaran. Sebaliknya, guru yang tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide, kreativitas, dan respon-respon siswa maka akan sukar tercipta aktivitas siswa dan guru secara aktif.

Pembelajaran dengan metode pembelajaran spider concept map yang diterapkan guru untuk meningkatkan kemampuan menulis yang tercermin melalui aktivitas siswa dan guru adalah pembelajaran yang mengutamakan terjadinya tanya jawab antara siswa dan guru. Materi tanya jawab tergantung pada materi pembelajaran. Materi pembelajaran penelitian ini adalah kemampuan menulis maka materi tanya jawab adalah berkisar teori cerpen dan menulis cerpen. Mengingat metode pembelajaran yang digunakan adalah spider concept map maka aktivitas tanya jawab berupa pengetahuan cerpen, unsur pembangun cerpen, ide serta tema. Tanya jawab tentang tema dan ide untuk penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi berkenaan dengan teori cerpen dan teori menulis cerpen.

Hal-hal yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran sebagai implikasi dari hasil penelitian ini adalah

Pembelajaran secara kreatif tersebut dapat melibatkan penggunaan penaglaman pribadi untuk mengembangkan ide-ide asli dan mengombinasikan ide-ide baru.

b. Memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan respon-respon dengan catatan respon siswa tersebut masih dalam area materi pembelajaran. Respon- respon merupakan salah satu bentuk pemberdayaan potensi pikir siswa. Potensi siswa jika tidak diberdayakan maka tidak berkembang.

c. Memilih materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa dan dunia siswa. Meskipun metode pembelajaran spider concept map terbuka untuk kreativitas siswa tetapi harus mengingat tingkat perkembangan jiwa dan dunia siswa.

C. Saran

1. Saran untuk penelitian lanjut

Penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu disempurnakan. Oleh sebab itu, kepada peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lanjut sejenis disarankan.

a. Mencari referensi tentang metode pembelajaran spider concept map secara mendalam dan lengkap agar benar-benar jelas diterapkan dalam pembelajaran.

b. Menyusun perencanaan dan perancangan yang matang agar dapat dijadikan pedoman pembelajaran.

a. Saran untuk Guru

1) Para guru, khususnya guru bidang studi mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP kelas IX dapat menggunakan metode pembelajaran spider concept map dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi.

2) Para guru, khususnya guru bidang studi mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP kelas IX perlu lebih meningkatkan pemahaman dan wawasannya tentang berbagai media pembelajaran yang kiranya mampu untuk meningkatkan kompetensi dasar tertentu dalam pembelajaran. Sehingga dapat diguankan sebagai acuan meningkatkan mutu proses pembelajaran.

b. Saran untuk Kepala Sekolah

1) Kepala Sekolah perlu lebih mengupayakan peningkatan profesionalisme guru melalui pelatihan yang berkaitan dengan metode pembelajaran, khususnya mengenai implementasi penggunaan metode pembelajran dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menusli cerpen.

2) Kepala Sekolah perlu mengupayakan tersedianya fasilitas-fasilitas yang dapat menopang terselenggaranya kegiatan pembelajaran, seperti penyediaan berbagai alat peraga atau media secara memadai.

c. Saran untuk Dinas Pendidikan c. Saran untuk Dinas Pendidikan

Abidin, Adegbile Joseph & Alabi Oulole Folaranmi. 2007. „Effects Of Verbal

Ability On Second Language Writers‟ Achievement In Essay Writing In English Language‟. International Journal of African & African American Studies. Vol. VI, No. 1, Hal.1.

Agus Suprijono. 2010. Cooperative Learning.: Teori & Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Agus Surimaharja et al,.1996/1997. Petunjuk Praktis Menulis. Depdikbud. Anwar Balfas. 2008. „Mengembangkan Kemampuan Literasi Dan Berfikir Kritis

Siswa Melalui Pembelajaran Sastra Berbasis Konteks‟. Linguistika. Vol.15, No.29.

Arikan, Arda. 2006.,The Value in Writing Courses in ELT Preservice Teacher Education Pro gram.‟ ASEAN EFL Journal. Vol. 16, Hal.5. Ai Sri Rahayu. 2006. Model Konstriktivisme dalam Pembelajaran Menulis

Deskripsi. Jurnal Pendidikan.

A. Widyamartaya. 1990. Seni Menuangkan Gagasan. Surakarta: UNS Press.

B.Gul, Raisa dan Jeanette A. Boman. 2006. Concept mapping: A strategy for teaching and evaluation in nursing education. http://www.sciencedirect. com/ science/ article/pii/S1471595306000102. diunduh 12 Juli 2011.Pukul 05:41.

Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE. ----------, 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

C.C. Tsai, S.S.J. Lin & S.M. Yuan. 2001 . „Students‟ use of web-based concept map testing and strategies for learning‟. Journal of Computer Assisted Learning (2001) 17, 72-84. Taiwan: National Chiao Tung University. Hal.

Composition of College Students With and Without Dyslexia. 29(1), 175- 176. England: Oxford Brooks University.

Dedi Pramono. 2008. Menghayati Karya Sastra dan Menggali Nilai-Nilai yang

Bermanfaat bagi Kehidupan . Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Yogyakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Bahasa Indonesia.

Jakarta: Depdiknas. Dietcsh, Betty Mattix. 2003. Reasoning & Writing Well. USA: McGraw-Hill. Didik Komaidi. 2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif. Yogyakarta: Sabda

Media. Djago Tarigan. 1997. Buku Materi Pokok Pendidikan Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa. Ernawati Waridah. 2009. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesia. Jakarta: Kawan

Pustaka.

E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademi Pressindo.

Furneux, Clara. 1999. „Recent Materials on The Teahing Writing‟. (ELT Journal.

Vol 53/1 Januari 1999) Oxford: Oxford University Press. Gorys Keraf. 2001. Eksposisi Komposisi Lanjutan II. Jakarta: Gramedia

Widiapustaka. Hayatul Masna. 2006. „Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas V dan

VI Melalui Kegiatan Menulis Fungsional Pada SD 11 Ekor Lubuk Kota Padang Panjang‟. Jurnal Guru. No. 1, Vol. 3. Herman J. Waluyo. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: PT Gramedia. ----------.2007. Pengantar Filsafat Ilmu. Salatiga: Widya Sari. ----------. 2002. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University

Press. ----------. 2002. Apresiasi dan Pengkajian Prosa Fiksi. Salatiga: Widyasari.

Angkasa. Hismonoglu, Murat. 2005.‟Teaching English Through Literature‟. Journal of

Language and Linguistic Studies . Vol.1, No.1, hal.61. Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. 2009. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga.

Iim Rahmina. 1997. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:

Universitas Terbuka Depdikbud. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Jakob Sumardjo & Sariani K.M,. 1994. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. Korrie Layun Rampan. 1995. Dasar-Dasar Penulisan Cerpen. Flores: Nusa

Indah. Langan, John. 2005. College Writing Skill with Readings. New York: MCGraw-

Hill. Lamuddin Finoza. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi. Mandal, Rita Rani. 2009 . „Cooperative Learning Strategies to Enhance Writing

Skill‟. The modern journal of applied linguistics. Vol 1: 2, Hal 96. Masri Sareb Putra. 2010. Principles of Creative Writing. Jakarta: PT Indeks.

M. Atar Semi. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. ----------. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. M. Chabeli, Mary. 2010. „Concept-mapping as a teaching method to facilitate

critical thinking in nursing education: A review of the literature ‟. Jurnal of International Healt Science. Vol 15, No 1.

Menrath, John. 2003. Definition of the Short Story. (http://www.menrath- online.de/documents/shortst2.pdf). Diakses 13 Juli 2011.pukul 13:46 Nono Sutarno, 2006, Materi dan Pembelajaran IPA di SD , Jakarta, Universitas

Terbuka.

UNS Press. Nurhadi, Dawud, dam Yuni Pratiwi. 2007. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas

IX. Jakarta: Erlangga Nuruddin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UMM. Nursisto. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: ADICITA KARYA NUSA. Rokhan. 1991. Menulis Kreatif ”Dasar-dasar dan petunjuk Penerapannya”.

Malang: YA3. Roestiyah N.K.2001. Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar, Teknik Penyajian) . Jakarta : Rineka Cipta. Sabarti Akhadiah et al.,. 1996/1997. Menulis. Dedikbud. Sarwiji Suwandi dan Madyo Ekosusilo. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penulisan Karya Ilmiah . Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Singer, Harry and Dan Donlan. 1982. Active Comprehension: Problem-Solving

Schema with Question Generation for Comprehension of Complex Short Stories .© 1982 International Reding Association.

Scott, Wendy A and I Isheth H. Yteberg. 1990. Teaching English to Children.

New York: Longman. St. Y. Slamet. 2009 Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta:

UNS Press. ----------.2008. Keterampilan Menulis Mahasiswa Ditinjau Dari Pengaruh

Struktur Bahasa . http://slamethadisubroto.blogspot.com/. Jurnal Penelitian. Diakses 13 Juli 2011.Pukul 21:46.

Sternglass, Marlyn S. 1983. Reading, Writing, and Reasoning. New York:

Macmillin Publishing Company, Inc Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara Sukino. 2010. Menulis Itu Mudah “Panduan Praktis menjasi Penulis Handal”.

Yogyakarta: Pustaka LkiS.

Universitas Terbuka. Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan Kelas (Action

Research) . Bandung: Angkasa.

Veitch, Fiona Smith. 2011. How to write a Short Story. http://creative-writing-

course.thecraftywriter.com/how-to-write-a-short-story/. Diunduh 23 Juli 2011. Pukul 21:04.

The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.

Trianto. 2010. Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana. Wain, John. 2003. „Remarks on the short story‟. Journal of the Short Story in

English. p. 157-174. Hal.2. Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group