Hakikat Concept Map (Peta Konsep )
b. Hakikat Concept Map (Peta Konsep )
Konsep dapat didefinisikan dengan bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah definisi yang dikemukakan Arends (dalam Trianto, 2009: 158) bahwa konsep merupakan atribut-atribut kritis (penentu) dan atribut-atribut nonkritis yang ada di setiap contoh konsep yang dimaksud dan membedakannya dengan semua konsep-konsep lainnya. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain. Tidak ada satu pun definisi yang dapat Konsep dapat didefinisikan dengan bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah definisi yang dikemukakan Arends (dalam Trianto, 2009: 158) bahwa konsep merupakan atribut-atribut kritis (penentu) dan atribut-atribut nonkritis yang ada di setiap contoh konsep yang dimaksud dan membedakannya dengan semua konsep-konsep lainnya. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain. Tidak ada satu pun definisi yang dapat
“Concept maps are considered a powerful metacognitive tool that can facilitate the acquisition of knowledge through meaningful learning. Hence concept mapping can be used to promote and
evaluate critical thinking.”
Peta Konsep pada dasarnya merupakan perangkuman materi dalam bentuk penggambaran konsep-konsep beserta keterkaitanya antar konsep. Peta konsep mempunyai fungsi sama dengan frame yakni untuk menyajikan sebuah gambaran besar dari beberapa kompetensi dasar yang dipetakan ke konsep-konsep. Perbedaan antara Frame dengan peta konsep terletak pada, kalau frame adalah materi dari kompetensi dasar yang disusun dalam bentuk matrik-matrik dengan sel-selnya, sedangkan kalau peta konsep materi yang diambil dari kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran yang akan diajarkan disusun dan dibentuk fokus pada konsep- konsep beserta saling keterkaitannya antar konsep. Mary (2010) menerangkan tentang konsep, sebagai berikut:
“A concept is a perceived regularity in events or objects, or records of events or objects, designated by a label. Concept maps are graphical tools for organising and representing knowledge in networks of concepts and linking statements about a problem or subject (Novak & Canas). Concept maps include concepts, usually enclosed in circles or boxes of some type and relationships between concepts or propositions, indicated by a connecting line and linking words
between concepts.” Sesuai dengan cara kerja otak manusia konsep dipergunakan untuk
mempermudah menyimpan informasi. Kenyataannya otak manusia tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan dalam sel-sel saraf yang bercabang-cabang yang apabila dilihat
satunya adalah definisi yang dikemukakan Carvol yang dikutip Kardi melalui Trianto (2009: 158) yang mendefinisikan bahwa konsep merupakan suatu akstraksi dari serangkaian pengalaman yang merupakan sebagai suatu kelompok obyek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain. Oleh karena itu, konsep-konsep tersebut merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku. Dahar menyatakan bahwa konsep merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-aturan dan akhirnya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian konsep itu sangat penting bagi manusia dalam berpikir dan belajar. Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep (Trianto, 2009: 158).
Sejalan dengan itu, Dahar (dalam Nono Sutarno, 2006: 8.6), mengungkapkan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang memiliki atribut yang sama. Sedangkan peta konsep merupakan cara yang dinamik untuk menangkap butir- butir pokok informasi dalam bentuk proposisi-proposisi melalui proses belajar alamiah dan berpikir. Peta konsep adalah diagram yang dibentuk atau disusun untuk menunjukkan pemahaman seseorang tentang suatu konsep atau gagasan yang mempunyai struktur berjenjang dari yang bersifat umum menuju yang Sejalan dengan itu, Dahar (dalam Nono Sutarno, 2006: 8.6), mengungkapkan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang memiliki atribut yang sama. Sedangkan peta konsep merupakan cara yang dinamik untuk menangkap butir- butir pokok informasi dalam bentuk proposisi-proposisi melalui proses belajar alamiah dan berpikir. Peta konsep adalah diagram yang dibentuk atau disusun untuk menunjukkan pemahaman seseorang tentang suatu konsep atau gagasan yang mempunyai struktur berjenjang dari yang bersifat umum menuju yang
Martin (dalam Trianto 2009: 157) mendefiniskan bahwa pemetaan konsep merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkrit untuk membantu pengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Dijelaskan pula bahwa peta konsep adalah ilustrasi grafis konkrit yang mengidentifikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep- konsep lain pada kategori yang sama. Senada dengan hal di atas diungkapkan pula oleh Tsai, Lin & Yuan (2001: 73):
“A concept map is based on the principle that meaningful learning occurs when learners construct their knowledge hierarchically and explore the possible linkages between concepts (Novak & Gowin,
1984). Concept maps present the hierarchical structure of students‟ ideas with an emphasis on the relations between concepts.”
Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensial progresif dan prinsip penyesuaian integratif. Pemetaan konsep merupakan suatu alternatif selain outlining dan dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining dalam mempelajarai hal-hal yang lebih kompleks. Peta konsep
(Novak dalam Dahar, 1998: 150). George Posner dan Alan Rudnitsy yang dikutip Nur (melalui Trianto, 2009: 159) menyatakan bahwa peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antara tempat. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian integeratif. Diferensiasi progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami,sedangkan penyesuaian intergratif adalah suatu prinsip pengintegrasian informasi baru dengan informasi lama yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu, belajar bermakna lebih dikaitkan dengan konsep yang inklusif.
Nofak dan Gowin (dalam Lin & Yuan, 2001: 73) mengungkapkan: “Concept mapping is not only a learning or metacognitive tool but can be also
used as an evaluation tool.” ........ Membuat peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan ide-ide tersebut dalam pola logis. Kadang-kadang peta konsep itu menfokus pada hubungan sebab-akibat. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (dalam Trianto, 2010: 158) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
1) Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan komposisi suatu bidang studi.dengan membuat sendiri peta konsep siswa „melihat‟ bidang studi lebih kelas dan mempelajari bidang studi itu bermakna.
2) Suatu peta konsep merrupakan suartu gambar dua dimensi dari suatu bidang 2) Suatu peta konsep merrupakan suartu gambar dua dimensi dari suatu bidang
4) Hirarki. Bila dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tesebut.
Concept map (peta konsep) dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep didalam permasalahannya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk mengetahui misalnya konsepsi yang dimiliki siswa dan dapat memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informsi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.
Menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani (2007 : 174) pembelajaran peta konsep meminta siswa membuat suatu gambar atau diagram tentang konsep-konsep utama yang saling berhubungan, yang ditandai atau dihubungkan dengan garis panah, dan disetiap garis panah ditulis level yang membunyikan bentuk hubungan antar konsep-konsep utama itu
Berdasar pendapat di atas, diketahui bahwa concept map (peta konsep) merupakan bentuk konkrit pengelompokan atau perangkaian suatu topik dengan ide-ide utama apa yang akan dimasukkan dalam pengajaran. Peta konsep membantu guru dan siswa memahami macam-macam konsep yang ditanamkan dalam topik yang lebih besar yang diajarkan.
Ada berbagai metode spider concept map, seperti halnya dikatakan Nur (dalam Trianto, 2007: 161-164) yang menyebutkan bahwa ada beberapa jenis peta konsep, antara lain:
1. Pohon jaringan (network tree) Peta konsep ini memerihhalkan seseuatu urutan kejadian, langkah- langkah . dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Pertama pohon jaringan (network tree), yaitu ide pokok dibuat dalam persegi empat, . sedangkan kata-kata yang lian dituliskan dalam garis-garis penghubung. Periksalah daftar dari umum kehusus. Ide-ide atau konsep- konsep dalam suatu susunan dari umum kekhusus.
2. Rantai Kejadian (event chain) Kedua, peta kejadiaan dapat digunakan untuk memberiksa suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam proses. Rantai kejadian cocok digunakan untuk memerikan tahap-tahap suatu proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur linier dan an urutan suatu kejadian.
3. Peta Konsep Siklus (cycle concept map) Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Peta konsep siklus sesuai diterapkan untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok rantaian. Contohnya hubungan siratan makanan.
4. Peta Konsep Laba-laba (Spider Concept Map) Peta konsep laba-laba digunakan untuk menggambarkan pendapat yang banyak dan berbagai. Dalam peta konsep ini, terdiri dari utama untuk menyambungkan ide-ide sampingan yang lain. Trianto (2009: 163) menjelaskan, peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide ini berkaitan dengan ide sentral itu, namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: (a) tidak menurut hierarki, (b) kategori yang tidak pararel, dan (c) hasil curah pendapat.
Setiap metode dirancang selalu ada tujuan untuk setiap pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani (2007: 175), bahwa metode peta konsep ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan kemampuan menggambarkan kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal; (2) mengembangkan kemampuan mensintesis dan mengintegrasikan informasi atau ide menjadi satu; (2) mengembangkan kemampuan berpikir secara holistik untuk melihat keseluruhan dan bagian-bagian; (3) mengembangkan kecakapana, strategi dan kebiasaan belajar; (4) belajar konsep-konsep dan teori- teori mata pelajaran/kuliah; (5) belajar memahami perspektif dan nilai tentang mata pelajaran/kuliah; (6) mengembangkan satu keterbukaan terhadap ide baru; (7) mengembangkan kepastian untuk memikirkan kemandirian.