dengan kelurahan lain seperti di Kelurahan Tuk-Tuk 23 orang 47,97 dan Kelurahan Simarmata 5 orang 16,66. Hasil penelitian dapat dilihat dari tabel di
bawah ini: Tabel 20. Distribusi Prevalens Rate Kecacingan Anak di Kecamatan Simanindo
Tahun 2008
Hasil laboratorium Positif Negatif
Total No Kelurahan
Jumlah Jumlah Jumlah
1. Simarmata 5 16,66 25 83,33 30 24,1
2. Ambarita 25 53,19 22 46,81 47 37,6
3. Tuk-Tuk 23 47,97 25 52,83 48 38,3
Jumlah 72 72 125
100
4.3.6. Data Prevalens Rate Kecacingan Berdasarkan Jenis Telur Cacing
Data jenis cacing yang dijumpai di tinja anak responden menunjukkan jenis cacing gelang yang lebih banyak 37 orang81,6 dijumpai dibandingkan dengan
jenis cacing lainnya. Hasil pemeriksaan dapat di lihat dari tabel 21 : Tabel 21. Hasil Pemeriksaan Kecacingan Anak Responden di Kecamatan
Simanindo Tahun 2008
Hasil laboratorium Cacing
Gelang Cacing
Tambang Cacing
Cambuk Cacing Pita
No Kelurahan Jlh Jlh Jlh
Jlh 1. Simarmata 3 10 2 6,66 0 0 0 0
2. Ambarita 17 36,2 3 6,38 3 6,38
2 4,25
3. Tuk-Tuk 17 35,4 3 6,25 2 4,2
1 2,08
Total 37 81,6 8 19,29 5 10,58 3 6,33
4.4. Hasil Analisis Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen
4.4.1. Hubungan Antara Perilaku Ibu terhadap Kecacingan Anak
Dalam penelitian ini, hasil analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji Chi
Square. Suatu variabel independent dinyatakan mempunyai hubungan jika hasil uji statistiknya memperoleh nilai p value 0,05.
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis hubungan variabel pengetahuan diketahui bahwa variabel pengetahuan ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecacingan pada anak
dengan p = 0,03. Ibu yang pengetahuannya buruk mempunyai anak kecacingan sebanyak 34 orang 64,2 sedangkan anaknya kecacingan mempunyai ibu yang
pengetahuannya baik 19 orang 35,8. Rasio prevalens pengetahuan ibu terhadap kecacingan anak sebesar 2,367. Ini berarti bahwa pengetahuan ibu yang buruk
merupakan risiko terjadinya kecacingan anak. Sikap ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecacingan pada anak
dengan p = 0,02. Ibu yang sikapnya negatif mempunyai risiko anaknya kecacingan sebesar 2,493. Ini berarti bahwa sikap negatif ibu merupakan risiko terjadinya
kecacingan anak. Dengan
p = 0,00 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tindakan ibu dengan kecacingan anak. Ibu yang tindakannya buruk mempunyai anak
kecacingan sebanyak 62,3. Rasio Prevalens = 3,515 menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai tindakan buruk mempunyai risiko mempunyai anak kecacingan. Analisa
bivariat dapat dilihat pada tabel 22 dibawah ini: Tabel 22. Analisis Bivariat Antara Perilaku Ibu terhadap Kecacingan pada
Anak di Kecamatan Simanindo Tahun 2008
Rasio Prevalens
Kecacingan Perilaku
Positif Negatif
Jumlah P
value 95 CI
Pengetahuan Buruk
Baik 34 64,2
19 35,8 31 43,1
41 56,9 65 52
60 48 0,03
2,367 1,141 - 4,911
Sikap Negatif
Positif 31 58,5
22 41,5 26 36,1
46 63,9 57 45,6
68 54,4 0,02
2,493 1,204 – 1,162
Tindakan Buruk
Baik 33 62,3
20 37,7 23 31,9
49 68,1 56 44,8
69 55,2 0,00
3,515 1,670 – 7,399
4.4.2. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan terhadap Kecacingan Anak
Universitas Sumatera Utara
Jamban sehat yang dimiliki oleh ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecacingan dengan p = 0,04. Persentase anak yang kecacingan mempunyai
jamban berisiko tinggi terhadap kecacingan sebanyak 40 orang 55,6 sedangkan anak yang mengalami kecacingan mempunyai jamban yang risiko rendah terhadap
kecacingan 34 orang 64,2. Rasio Prevalens jamban terhadap kecacingan anak sebesar 2,237. Ini berarti jamban yang berisiko tinggi merupakan risiko terjadinya
kecacingan pada anak. Anak responden yang kecacingan memiliki sumber air bersih memenuhi
syarat sebanyak 20 orang 37,7, sedangkan anaknya kecacingan memiliki sumber air bersih yang memenuhi syarat 33 orang 62,3. Pada p = 0,01 menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan sumber air bersih dengan kecacingan anak.
Dalam hal tempat pembuangan sampah, anak responden yang tidak kecacingan memiliki tempat pembuangan sampah memenuhi syarat sebanyak 34
orang 47,2 sedangkan anak yang mengalami kecacingan dan pembuangan sampah tidak memenuhi syarat 43 orang 81,1. Ada hubungan yang bermakna antara
tempat pembuangan sampah dengan kecacingan dengan p = 0,002. Responden yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah berpeluang berisiko kecacingan
dibandingkan dengan yang memiliki tempat pembuangan sampah. Dengan p = 0,00 menunjukkkan ada hubungan yang signifikan antara
kepemilikan saluran pembuangan air limbah dengan kecacingan. Rasio Prevalens = 3,440 berarti saluran pembuangan air limbah responden mempunyai risiko terhadap
kecacingan, yakni responden yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah tidak memenuhi syarat berisiko mengalami kecacingan dibandingkan dengan
memiliki saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat.
Universitas Sumatera Utara
Variabel kebersihan rumah dalam uji Chi - Square mempunyai hubungan bermakna dengan kecacingan dengan p = 0,00. Anak responden tidak kecacingan
mempunyai kebersihan rumah yang baik sebanyak 52 orang 72,2, sedangkan anaknya kecacingan mempunyai kebersihan rumah yang buruk 36 orang 67,9.
Rasio Prevalens = 5,506 berarti kebersihan rumah merupakan risiko terjadinya kecacingan, yakni kebersihan rumah dalam kategori buruk berpeluang anaknya
berisiko kecacingan. Tabel 23. Analisis Bivariat Antara Sanitasi Lingkungan terhadap Kecacingan
di Kecamatan Simanindo Tahun 2008
Kecacingan Rasio Prevalens
Kesehatan Lingkungan
Positif Negatif Jumlah P
value 95 CI
Jamban Risiko tinggi
Risiko rendah 19 35,8
34 64,2 40 55,6
32 44,4 59 47,2
66 52,8 0,04
2,237 1,079 – 4,636
Air Bersih Tidak memenuhi
Syarat Memenuhi syarat
33 62,3 20 37,7
28 38,9 44 61,1
61 48,8 64 51,2
0,01 2,593
1,249 – 5,381
Pembuangan Sampah
Tidak memenuhi Syarat
Memenuhi syarat 43 81,1
10 18,9 38 52,8
34 47,2 81 64,8
44 35,2 0,00
3,847 1,679 – 8,816
SPAL Tidak memenuhi
Syarat Memenuhi syarat
43 81,1 1018,9
40 55,6 32 44,4
83 66,4 42 33,6
0,00 3,440
1,499 – 7,892
Rumah Buruk
Baik 36 67,9
17 32,1 20 27,8
52 72,2 56 44,8
69 55,2 0,00
5,506 2,540 – 1,936
4.4.3. Hubungan Karakteristik Anak terhadap Kecacingan Anak