Kondisi Kecacingan Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Di wilayah Kecamatan Simanindo terdapat 3 unit Puskesmas, 3 unit Puskesmas Pembantu, Posyandu sebanyak 29 buah dan 11 buah Polindes. Berdasarkan informasi dan data yang dikumpulkan 3 unit Puskesmas Pembantu tersebut semua kondisinya dalam keadaan rusak.

4.1.2.2. Tenaga Pelayanan Kesehatan

Petugas kesehatan yang menangani masalah kecacingan di Kecamatan Simanindo hanya satu orang yaitu dokter yang bertugas di Puskesmas Ambarita. Jenis dan jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan Simanindo dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Jenis dan Jumlah Tenaga Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Simanindo Tahun 2007 No DesaKelurahan Dokter Bidan Perawat Posyandu 1. Simarmata 1 9 5 6 2. Ambarita 2 11 5 12 3. Tuk-Tuk 3 12 6 10 Total 6 32 16 28 Sumber : Dinas Kesehatan dan Sosial Kabupaten Samosir tahun 2007

4.2. Kondisi Kecacingan

Hasil pendataan jumlah penderita kecacingan dapat dilakukan karena pemeriksaannya langsung di sekolah dasar yang ada di Kecamatan Simanindo. Penderita yang langsung berobat dan di periksa di Puskesmas 7,17 sedangkan yang langsung di periksa di sekolah 45,43. Berikut ini distribusi penderita kecacingan menurut waktu penemuannya untuk tahun 2007. Tabel 6. Distribusi Penderita Kecacingan di Kecamatan Simanindo Menurut Waktu Penemuan Kasus Tahun 2007 Penderita Kecacingan No Bulan Jumlah Keterangan 1. Januari 59 7,17 Penderita langsung ke Puskesmas 3. April 120 14,59 Penderita langsung ke Puskesmas 4. Oktober 270 32,81 Pemeriksaan dilakukan langsung di Universitas Sumatera Utara sekolah 5. Desember 374 45,43 Pemeriksaan dilakukan langsung di sekolah bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan November tidak ada penderita kecacingan ditemukan. Total 823 100,00 Sumber : Dinas Kesehatan dan Sosial Kabupaten Samosir tahun 2007

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan dan pekerjaan ibu. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar umur responden ibu 41 – 55 tahun yaitu 67 orang 53,6, tamatan SMA sebanyak 69 orang 55,2 dan IRT ibu rumah tanggatidak bekerja sebanyak 61 orang 48,8. Gambaran secara lengkap dan jelas dapat dilihat di tabel di bawah ini: Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden Ibu di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Karakteristik Responden Jumlah Persentase Umur Tahun 20 - 40 41 – 55 56 54 67 4 43,2 53,6 3,2 Pendidikan Tidak pernah sekolah SD SLTP SMA AkademiPT 1 9 28 69 18 0,8 7,2 22,4 55,2 14,4 Pekerjaan petani pedagang buruh pegawai swasta PNSTNIPOLRI IRTTidak bekerja 10 12 23 17 2 61 8 9,6 18,4 13,6 1,6 48,8 Total 125 100

4.3.2. Perilaku Responden

Universitas Sumatera Utara Perilaku responden meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan perorangan. Pertanyaan pengetahuan untuk responden meliputi penyebab, gejala, cara penularan dan pencegahan kecacingan. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab pilihan a dan b, sedangkan responden yang menjawab pertanyaan pertama dan kedua yaitu menurut ibu tentang penyakit kecacingan dan menurut ibu gejala kecacingan dengan skor masing-masing sebanyak 30 orang 24 dan 33 orang 26,4. Distribusi pengetahuan responden tentang kecacingan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Kecacingan di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Jawaban A b c TOTAL No. Pernyataan Jlh Jlh Jlh Jlh 1. Menurut ibu, penyakit kecacingan 30 24 64 51,2 31 24,8 125 100 2. Menurut ibu, gejala kecacingan 33 26,4 73 58,4 19 15,2 125 100 3. Menurut ibu, cacing biasanya berkembang biak 44 35,2 47 37,6 34 27,2 125 100 4. Menurut ibu, cara penularan penyakit kecacingan 45 36 70 56 10 8 125 100 5. Menurut ibu, cara pencegahan kecacingan pada anaknya 41 32,8 61 48,8 23 18,4 125 100 6. Menurut ibu, kecacingan dapat disembuhkan 58 46,4 60 48 7 5,6 125 100 7. Menurut ibu kuku yang sehat adalah…. 56 44,8 61 48,8 8 6,4 125 100 8. Sebaiknya ibu memotong kuku anaknya 57 45,6 49 39,2 19 15,2 125 100 9. Menurut ibu, manfaatnya mencuci tangan 69 55,2 55 44 1 0,8 125 100 10. Menurut ibu, sebaiknya anaknya mencuci tangan 113 90,4 2 11 1 0,8 125 100 Mengukur sikap dengan jawaban sangat setuju, kurang setuju dan tidak setuju terhadap pernyataan mengenai gejala, cara penularan dan pencegahan untuk terhindar dari kecacingan. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa sikap ibu tentang kecacingan Universitas Sumatera Utara rata-rata setuju. Distribusi sikap responden tentang kecacingan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Kecacingan di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Jawaban SS KS TS TOTAL No. Pernyataan Jlh Jlh Jlh Jlh 1. Telur cacing masuk ke dalam tubuh manusia karena kontak langsung ke tanah dan tinja. 123 98,4 2 1,6 0 0 125 100 2. Gejala kecacingan pada anak adalah perut buncit, nafsu makan berkurang, anemia, dan berat badan berkurang. 73 58,4 50 40 2 1,6 125 100 3. Cacing biasanya berkembang biak di tanah dan tinja. 105 84 15 12 5 4 125 100 4. Kecacingan bisa disebabkan karena tidak menggunakan alas kaki jika keluar rumah dan tangan yang kotor. 72 57,6 50 40 3 2,4 125 100 5. Anak yang kecacingan sebaiknya dibawa ke puskesmas untuk diperiksa dan diberi pengobatan. 46 36,8 55 44 24 19,2 125 100 6. Penyuluhan tentang cacing di desa perlu untuk meningkatkan kesadaran, pemahaman dalam mencegah kecacingan. 96 76,8 27 21,6 2 1,6 125 100 7. Ibu selalu mencuci buah-buahan, sayur-sayuran sebelum di makan dan menggunakan peralatan masak yang sudah dicuci terlebih dahulu. 116 92,8 7 5,6 2 1,6 125 100 8. Memelihara kebersihan diri dan sanitasi lingkugan dapat mengurangi kecacingan pada anak. 111 88,8 13 10,4 1 0,8 125 100 9. Ibu memberitahukan kepada anak selalu membersihkan tangan dengan air dan sabun setelah buang air besar dan sebelum makan. 104 83,2 20 16 1 0,8 125 100 10. Anak minum obat anti cacing 2x setahun 53 42,4 65 52 7 5,6 125 100 Untuk tindakan ibu meliputi menggunting kuku anak, mencuci sayuran sebelum di masak dan mengajarkan anak hidup bersih. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa sebagian besar ibu menjawab ya karena pernah melakukan tindakan baik yang berhubungan dengan kecacingan. Universitas Sumatera Utara Hasil kuisioner tindakan menunjukkan 108 orang 86,4 responden mengaku tidak memberi obat cacing secara teratur kepada anaknya, tidak membiasakan anaknya memakai alas kaki keluar rumah sebanyak 69 orang 55,2 dan ibu yang tidak membiasakan membersihkan dan menggunting kuku anaknya sebanyak 68 orang 54,4. Distribusi tindakan ibu tentang kecacingan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan tentang Kecacingan di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Jawaban Ya Tidak TOTAL No. Pernyataan Jlh Jlh Jlh 1. Ibu membiasakan anaknya mencuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan. 95 76 30 24 125 100 2. Ibu memasak makananminuman sampai matang. 81 64,8 44 35,2 125 100 3. Ibu mencuci sayuran sebelum dimasak dan mencuci buah-buahan sebelum dimakan. 94 75,2 31 24,8 125 100 4. Sebelum menggunakan peralatan masak ibu selalu mencucinya terlebih dahulu. 83 66,4 42 33,6 125 100 5. Ibu membiasakan anaknya menggunakan jamban apabila buang air besar. 75 60 50 40 125 100 6. Ibu selalu membersihkan dan menggunting kuku anaknya secara teratur sedikitnya 1 minggu sekali. 57 45,6 68 54,4 125 100 7. Ibu membiasakan anaknya menggunakan alas kaki apabila keluar rumah 56 44,8 69 55,2 125 100 8. Ibu menyuruh anak untuk mencuci tangan sesudah buang air besar. 90 72 35 28 125 100 9. Ibu selalu memberikan obat cacing kepada anaknya secara teratur. 17 13,6 108 86,4 125 100 10. Ibu selalu mengajarkan dan melatih anaknya untuk hidup sehat dan bersih. 73 58,4 52 41,6 125 100 Perilaku ibu pengetahuan, sikap dan tindakan tentang kecacingan berdasarkan kategori baik dan buruk dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku tentang Kecacingan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2008 Total Perilaku Responden Jumlah Persentase Jumlah

1. Pengetahuan

Universitas Sumatera Utara Buruk Baik 65 60 52 48 125 100

2. Sikap Negatif

Positif 57 68 45,6 54,4 125 100

3. Tindakan Buruk

Baik 57 69 44,8 55,2 125 100 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil jawaban kuisioner tingkat pengetahuan menunjukkan ibu yang mempunyai pengetahuan buruk 65 orang 52 sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik 60 orang 48. Ibu yang mempunyai sikap positif 68 orang 54,4 sedangkan sikap ibu negatif 57 orang 45,6. Dari pengukuran tindakan diperoleh hasil tindakan ibu yang baik 69 orang 55,2 sedangkan tindakan ibu yang buruk 57 orang 44,8. 4.3.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Anak Responden Setelah dilakukan observasi kebersihan anak responden maka diketahui menjawab ya yang paling tinggi adalah pertanyaan tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan buang air kecil sebanyak 99 orang 79,2 sedangkan jawaban yang paling rendah sebanyak 2 orang 1,6 adalah pertanyaan anak makan daging setengah masak. Distribusi responden berdasarkan kebersihan anak dapat di bawah ini: Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Anak di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Jawaban Ya Tidak TOTAL No. Pernyataan Jlh Jlh Jlh 1. Kuku kelihatan bersih, tidak panjang dan hitam 52 41,6 73 58,4 125 100 2. Anak mandi 2x sehari 65 52 60 48 125 100 3. Anak memakai alas kaki kalau keluar dari rumah 64 51,2 61 48,8 125 100 4. Ibu menggunting kuku kamu sekali seminggu 64 51,2 61 48,8 125 100 5. Anak diajarkan ibu membersihkan diri 64 51,2 61 48,8 125 100 6. Anak mencuci tangan sebelum makan 69 55,2 56 44,8 125 100 7. Anak mencuci tangan sesudah buang air besar dan buang air kecil 99 79,2 26 20,8 125 100 Universitas Sumatera Utara 8. Anak selalu mencuci buah-buahan sebelum dimakan 44 35,2 81 64,8 125 100 9. Anak sering menggigit kuku jari tangan 33 26,4 92 73,6 125 100 10. Anak mau makan daging setengah masak 2 1,6 123 98,4 125 100 Dari 125 responden yang menjadi subjek penelitian diketahui 50 anak responden 40 berumur 5 – 8 tahun, dan 60 75 anak berumur 9 -12 tahun. Tabel 13 memperlihatkan jumlah anak yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 60 orang 48 dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 65 orang 52 . Setelah dilakukan observasi dan penilaian terhadap anak responden yang meliputi kebersihan diri, kebersihan kuku dan penggunaan alas kaki maka di ketahui bahwa 73 anak 58,4 kebersihannya buruk dan 52 anak 41,6 dalam kategori baik. Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Anak di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Total Karakteristik Anak Jumlah Jumlah

1. Umur anak Tahun 5 – 8

9 – 12 2. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

3. Kebersihan Anak

Baik Buruk 50 75 60 65 52 73 40 60 48 52 41,6 58,4 125 125 125 100 100 100 4.3.4. Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Sanitasi Lingkungan

4.3.4.1. Distribusi Responden berdasarkan Ketersediaan Jamban

Hasil observasi menunjukkan bahwa responden yang mempunyai jamban sebanyak 108 orang 86,4 sedangkan yang tidak mempunyai jamban sebanyak 17 orang 13,6. Distribusi ketersediaan jamban dapat dilihat di tabel berikut ini: Tabel 14. Hasil Observasi Ketersediaan Jamban di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Jawaban No. Pernyataan Ya Tidak TOTAL Universitas Sumatera Utara Jlh Jlh Jlh 1. Rumah ibu ada jamban 108 86,4 17 13,6 125 100 2. Jarak lubang penampungan kotoran atau dinding resapan jamban kurang dari 10 meter dari septic tanksumur gali 80 64 45 36 125 100 3. Jarak lubang penampungan kotoran jamban kurang dari 10 meter, apakah lubangresapan tersebut dibagian yang lebih tinggi dari septic tank sumur gali 48 38,4 77 61,6 125 100 4. Disekitar jamban terdapat lalatkecoa 57 45,6 68 54,4 125 100 5. Air buangan dari septik tanklubang penampungan kotoran dialirkan ke sungaidanaulautkolam 52 41,6 73 58,4 125 100 6. Lantai jamban kotor 53 42,4 72 57,6 125 100 7. Luas slab jamban kurang dari 1 m² 58 46,4 67 53,6 125 100 8. Jamban cemplung atau plengsengan, lubang jambanjongkok tidak dilengkapi penutup 53 42,4 72 57,6 125 100 9. Saluran jamban tidak mudah digelontori 39 31,2 86 68,8 125 100 10. Sabun tersedia di dekat jamban 39 31,2 86 68,8 125 100 11. Jamban dilengkapi bak penampung air, apakah terdapat jentik nyamuk 52 41,6 73 58,4 125 100

4.3.4.2. Distribusi Responden berdasarkan Sumber Air Bersih

Hasil observasi menunjukkan bahwa responden yang mengambil air dari danau 62 orang 49,6, sumur bor sebanyak 37 orang 29,6, sumur gali 11 orang 8,8 sedangkan PAM sebanyak 15 orang 12. Distribusi penyediaan sumber air bersih responden dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 15. Hasil Observasi Sumber Air Bersih di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Jawaban Ya Tidak TOTAL No. Pernyataan Jlh Jlh Jlh 1. Sumber air bersih yang paling sering di pergunakan oleh keluarga: PAM Sumur Gali Sumur Bor Danau 15 11 37 62 12 8,8 29,6 49,6 125 100 2. Air bersih selalu ada setiap saat kontuinitas air 48 38,4 77 61,6 125 100 3. Kuantitas air selalu cukup 60 ltrorghr 106 84,8 19 15,2 125 100 4. Air keruh 71 56,8 54 43,2 125 100 5. Air berwarna 75 60 50 40 125 100 6. Air berasa 72 57,6 53 42,4 125 100 7. Air berbau 71 56,8 54 43,2 125 100 8. Ada jamban dalam jarak 10 meter sekitar sumur yang dapat menjadi sumber pencemaran 72 57,6 53 42,4 125 100 9. Ada sumber pencemaran lain dalam jarak 10 meter dari sumur 71 56,8 54 53,2 125 100 10. Ada genangan air dalam jarak 2 meter sekitar sumur 73 58,4 52 41,6 125 100 11. Lantai semen 1 meter 56 44,8 69 55,2 125 100 12. Ada keretakan saluran air sekitar sumur 62 49,6 63 50,4 125 100 13. Ember dan tali diletakkan disembarangan 61 48,8 64 51,2 125 100 14. Bibir sumur tidak sempurna 95 76 30 24 125 100 15. Cincin sumur 3 meter atau diplester cukup 52 41,6 73 58,4 125 100 Universitas Sumatera Utara baik

4.3.4.3. Distribusi Responden berdasarkan Pembuangan Sampah

Hasil observasi menunjukkan bahwa responden yang mempunyai tempat pembuangan sampah sebanyak 75 orang 60, sedangkan yang tidak mempunyai tempat pembuangan sampah sebanyak 50 orang 40. Distribusi pembuangan sampah yang dimiliki responden dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 16. Hasil Observasi Pembuangan Sampah di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Jawaban Ya Tidak TOTAL No. Pernyataan Jlh Jlh Jlh 1. Rumah keluarga ada tempat pembuangan sampah 75 60 50 40 125 100 2. Jenis tempat pembuangan tersebut……pilih salah satu 1. Keranjang sampah tertutup 2. Bak penampungan 3. Kantong plastik 8 17 50 6,4 13,6 40 50 40 125 100 3. Sampah dibuang…….pilih salah satu 1. Di angkut petugas 2. Di bakardi timbun 3. Sembarang tempat 37 39 49 29,6 31,2 39,2 125 100 4. Tempat sampah di kosongkan setiap hari 81 64 44 35,2 125 100 5. Sampah di bakar setiap hari 81 64 44 35,2 125 100 6. Jenis sampah yang di buang ke tempat sampah…pilih salah satu 1. Sampah yang bisa di bakar 2. Sampah yang tidak bisa di bakar 3. Semua jenis sampah 37 14 74 29,6 11,2 59,2 125 100 Universitas Sumatera Utara

4.3.4.4. Distribusi Responden berdasarkan Pembuangan Air Limbah

Setelah dilakukan observasi menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pembuangan air limbah yang menimbulkan bau dan genangan air sebanyak 103 orang 82,4 sedangkan saluran pembuangan air limbah tertutup sebanyak 100 orang 80. Tabel 17. Hasil Observasi Pembuangan Air Limbah di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Jawaban Ya Tidak TOTAL No. Pernyataan Jlh Jlh Jlh 1. Mencemari air bersih 95 76 30 24 125 100 2. Menimbulkan bau 103 82,4 22 17,6 125 100 3. Ada genangan air 103 82,4 22 17,6 125 100 4. Saluran pembuangan air limbah tertutup 100 80 25 20 125 100

4.3.4.5. Distribusi Responden berdasarkan Kebersihan Rumah

Setelah dilakukan observasi kebersihan rumah responden maka hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai rumah lantai terbuat dari semen 47 orang 37,6 sedangkan yang tidak terbuat dari semen 78 orang 62,4. Lantai rumah responden yang menyerap air sebanyak 72 orang 57,6 sedangkan yang tidak menyerap air sebanyak 53 orang 42,4. Tabel 18. Hasil Observasi Rumah di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Jawaban Ya Tidak TOTAL No . Pernyataan Jlh Jlh Jlh 1. Lantai rumah terbuat dari semen 47 37,6 78 62,4 125 100 2. Lantai rumah menyerap air 72 57,6 53 42,4 125 100 Setelah dilakukan observasi terhadap keadaan lingkungan responden meliputi ketersediaan jamban, penyediaan sumber air bersih, saluran pembuangan air limbah dan kebersihan rumah. Responden yang memiliki jamban yang risiko rendah 59 orang 47,2, dan jamban yang risiko tinggi sebanyak 66 orang 52,8. Sumber air Universitas Sumatera Utara bersih yang memenuhi syarat sebanyak 64 orang 51,2 dan 61 orang 48,8 tidak memenuhi syarat. Tabel 19 menunjukkan tempat pembuangan sampah, dari 125 responden yang memenuhi syarat sebanyak 44 orang 35,2 dan tidak memenuhi syarat sebanyak 81 orang 64,8. Memiliki saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat 42 orang 33,6 sementara saluran pembuangan air limbahnya tidak memenuhi syarat sebanyak 83 orang 66,4. Observasi terhadap kebersihan rumah dengan memakai lembar observasi di ketahui bahwa 69 orang 55,2 kebersihan rumah yang memenuhi syarat dan 56 orang 44,8 tidak memenuhi syarat. Hasil distribusi sanitasi lingkungan dapat dilihat di bawah ini: Tabel 19. Distribusi Responden Berdasarkan Sanitasi Lingkungan di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Total Sanitasi Lingkungan Responden Jumlah Jumlah

1. Jamban Risiko tinggi

Risiko rendah 2. Sumber air bersih Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

3. Pembuangan Sampah Tidak memenuhi syarat

Memenuhi syarat 4. SPAL Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

5. Rumah Buruk

Baik 59 66 61 64 81 44 83 42 56 69 47,2 52,8 48,8 51,2 64,8 35,2 66,4 33,6 44,8 55,2 125 125 125 125 125 100 100 100 100 100

4.3.5. Data Prevalens Rate Kecacingan

Data prevalens rate kecacingan anak di Kecamatan Simanindo menunjukkan di kelurahan Ambarita yang paling tinggi yaitu 25 orang 53,19 dibandingkan Universitas Sumatera Utara dengan kelurahan lain seperti di Kelurahan Tuk-Tuk 23 orang 47,97 dan Kelurahan Simarmata 5 orang 16,66. Hasil penelitian dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 20. Distribusi Prevalens Rate Kecacingan Anak di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Hasil laboratorium Positif Negatif Total No Kelurahan Jumlah Jumlah Jumlah 1. Simarmata 5 16,66 25 83,33 30 24,1 2. Ambarita 25 53,19 22 46,81 47 37,6 3. Tuk-Tuk 23 47,97 25 52,83 48 38,3 Jumlah 72 72 125 100

4.3.6. Data Prevalens Rate Kecacingan Berdasarkan Jenis Telur Cacing

Data jenis cacing yang dijumpai di tinja anak responden menunjukkan jenis cacing gelang yang lebih banyak 37 orang81,6 dijumpai dibandingkan dengan jenis cacing lainnya. Hasil pemeriksaan dapat di lihat dari tabel 21 : Tabel 21. Hasil Pemeriksaan Kecacingan Anak Responden di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Hasil laboratorium Cacing Gelang Cacing Tambang Cacing Cambuk Cacing Pita No Kelurahan Jlh Jlh Jlh Jlh 1. Simarmata 3 10 2 6,66 0 0 0 0 2. Ambarita 17 36,2 3 6,38 3 6,38 2 4,25 3. Tuk-Tuk 17 35,4 3 6,25 2 4,2 1 2,08 Total 37 81,6 8 19,29 5 10,58 3 6,33

4.4. Hasil Analisis Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen

4.4.1. Hubungan Antara Perilaku Ibu terhadap Kecacingan Anak

Dalam penelitian ini, hasil analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji Chi Square. Suatu variabel independent dinyatakan mempunyai hubungan jika hasil uji statistiknya memperoleh nilai p value 0,05. Universitas Sumatera Utara Hasil analisis hubungan variabel pengetahuan diketahui bahwa variabel pengetahuan ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecacingan pada anak dengan p = 0,03. Ibu yang pengetahuannya buruk mempunyai anak kecacingan sebanyak 34 orang 64,2 sedangkan anaknya kecacingan mempunyai ibu yang pengetahuannya baik 19 orang 35,8. Rasio prevalens pengetahuan ibu terhadap kecacingan anak sebesar 2,367. Ini berarti bahwa pengetahuan ibu yang buruk merupakan risiko terjadinya kecacingan anak. Sikap ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecacingan pada anak dengan p = 0,02. Ibu yang sikapnya negatif mempunyai risiko anaknya kecacingan sebesar 2,493. Ini berarti bahwa sikap negatif ibu merupakan risiko terjadinya kecacingan anak. Dengan p = 0,00 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tindakan ibu dengan kecacingan anak. Ibu yang tindakannya buruk mempunyai anak kecacingan sebanyak 62,3. Rasio Prevalens = 3,515 menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai tindakan buruk mempunyai risiko mempunyai anak kecacingan. Analisa bivariat dapat dilihat pada tabel 22 dibawah ini: Tabel 22. Analisis Bivariat Antara Perilaku Ibu terhadap Kecacingan pada Anak di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Rasio Prevalens Kecacingan Perilaku Positif Negatif Jumlah P value 95 CI Pengetahuan Buruk Baik 34 64,2 19 35,8 31 43,1 41 56,9 65 52 60 48 0,03 2,367 1,141 - 4,911 Sikap Negatif Positif 31 58,5 22 41,5 26 36,1 46 63,9 57 45,6 68 54,4 0,02 2,493 1,204 – 1,162 Tindakan Buruk Baik 33 62,3 20 37,7 23 31,9 49 68,1 56 44,8 69 55,2 0,00 3,515 1,670 – 7,399 4.4.2. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan terhadap Kecacingan Anak Universitas Sumatera Utara Jamban sehat yang dimiliki oleh ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecacingan dengan p = 0,04. Persentase anak yang kecacingan mempunyai jamban berisiko tinggi terhadap kecacingan sebanyak 40 orang 55,6 sedangkan anak yang mengalami kecacingan mempunyai jamban yang risiko rendah terhadap kecacingan 34 orang 64,2. Rasio Prevalens jamban terhadap kecacingan anak sebesar 2,237. Ini berarti jamban yang berisiko tinggi merupakan risiko terjadinya kecacingan pada anak. Anak responden yang kecacingan memiliki sumber air bersih memenuhi syarat sebanyak 20 orang 37,7, sedangkan anaknya kecacingan memiliki sumber air bersih yang memenuhi syarat 33 orang 62,3. Pada p = 0,01 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan sumber air bersih dengan kecacingan anak. Dalam hal tempat pembuangan sampah, anak responden yang tidak kecacingan memiliki tempat pembuangan sampah memenuhi syarat sebanyak 34 orang 47,2 sedangkan anak yang mengalami kecacingan dan pembuangan sampah tidak memenuhi syarat 43 orang 81,1. Ada hubungan yang bermakna antara tempat pembuangan sampah dengan kecacingan dengan p = 0,002. Responden yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah berpeluang berisiko kecacingan dibandingkan dengan yang memiliki tempat pembuangan sampah. Dengan p = 0,00 menunjukkkan ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan saluran pembuangan air limbah dengan kecacingan. Rasio Prevalens = 3,440 berarti saluran pembuangan air limbah responden mempunyai risiko terhadap kecacingan, yakni responden yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah tidak memenuhi syarat berisiko mengalami kecacingan dibandingkan dengan memiliki saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat. Universitas Sumatera Utara Variabel kebersihan rumah dalam uji Chi - Square mempunyai hubungan bermakna dengan kecacingan dengan p = 0,00. Anak responden tidak kecacingan mempunyai kebersihan rumah yang baik sebanyak 52 orang 72,2, sedangkan anaknya kecacingan mempunyai kebersihan rumah yang buruk 36 orang 67,9. Rasio Prevalens = 5,506 berarti kebersihan rumah merupakan risiko terjadinya kecacingan, yakni kebersihan rumah dalam kategori buruk berpeluang anaknya berisiko kecacingan. Tabel 23. Analisis Bivariat Antara Sanitasi Lingkungan terhadap Kecacingan di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Kecacingan Rasio Prevalens Kesehatan Lingkungan Positif Negatif Jumlah P value 95 CI Jamban Risiko tinggi Risiko rendah 19 35,8 34 64,2 40 55,6 32 44,4 59 47,2 66 52,8 0,04 2,237 1,079 – 4,636 Air Bersih Tidak memenuhi Syarat Memenuhi syarat 33 62,3 20 37,7 28 38,9 44 61,1 61 48,8 64 51,2 0,01 2,593 1,249 – 5,381 Pembuangan Sampah Tidak memenuhi Syarat Memenuhi syarat 43 81,1 10 18,9 38 52,8 34 47,2 81 64,8 44 35,2 0,00 3,847 1,679 – 8,816 SPAL Tidak memenuhi Syarat Memenuhi syarat 43 81,1 1018,9 40 55,6 32 44,4 83 66,4 42 33,6 0,00 3,440 1,499 – 7,892 Rumah Buruk Baik 36 67,9 17 32,1 20 27,8 52 72,2 56 44,8 69 55,2 0,00 5,506 2,540 – 1,936

4.4.3. Hubungan Karakteristik Anak terhadap Kecacingan Anak

Hasil analisis uji antara umur anak dengan kecacingan p = 0,63 tidak terlihat ada hubungan yang signifikan. Artinya kecacingan terjadi tanpa memandang umur anak tersebut. Variabel jenis kelamin berdasarkan Chi - Square tidak menunjukkan hubungan bermakna dengan kecacingan dimana p 0,05. Anak berjenis kelamin laki-laki 36 orang 50 tidak kecacingan sementara yang kecacingan 24 orang 45,3. Tabel 24 menunjukkan kebersihan diri anak mempunyai hubungan yang Universitas Sumatera Utara signifikan dengan kecacingan p = 0,00. Anak yang kebersihan dirinya dalam kategori buruk berpeluang kecacingan dibandingkan dengan anak yang kebersihan dirinya baik. Tabel 24. Analisis Bivariat Karakteristik dan Kebersihan Anak terhadap Kecacingan Anak di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Kecacingan Rasio Prevalens Karakteristik Anak Positif Negatif Jumlah P value 95 CI Umur Tahun 5 – 8 9 – 12 23 43,4 30 56,6 27 37,5 45 62,5 50 40 75 60 0,63 0,783 0,380-1,613 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 24 45,3 2954,7 36 50 36 50 60 48 65 52 0,73 1,208 0,593-2,461 Kebersihan Anak Buruk Baik 40 75,5 13 24,5 33 45,8 39 54,2 7358,4 5241,6 0,00 3,636 1,669 -1,923

4.5. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Variabel yang mempunyai p 0,25 tidak dapat dijadikan model dan dilakukan dengan uji multivariat. Tabel 25. Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Sikap, Pembuangan Sampah, Saluran Pembuangan Air Limbah, Kebersihan Rumah dan Kebersihan Anak Terhadap Kecacingan Anak di Kecamatan Simanindo Tahun 2008 Variabel B P value Rasio Prevalens 95 CI Kebersihan Rumah 2,070 0,00 7,925 2,898 – 21,672 Pembuangan Sampah 2,069 0,00 7,913 2,644 – 23,685 SPAL 1,616 0,00 5,033 1,561 – 16,226 Kebersihan Anak 1,611 0,00 5,009 1,794 – 13.981 Sikap Ibu 1,470 0,00 4,350 1,596 – 11,859 Constant -14,385 0,00 0,00 Dari tabel diatas dapat disimpulkan ternyata hanya lima variabel yang signifikan berhubungan dengan kecacingan di Kecamatan Simanindo yaitu variabel Universitas Sumatera Utara sikap ibu, pembuangan sampah, saluran pembuangan air limbah, kebersihan rumah dan kebersihan anak. Variabel-variabel tersebut dimasukkan dalam uji regresi logistik. Responden yang kebersihan rumahnya dalam kategori buruk berpeluang berisiko kecacingan sebesar 7,925 dibandingkan dengan kebersihan rumahnya dalam kategori baik setelah dikontrol variabel sikap ibu, pembuangan sampah, saluran pembuangan air limbah dan kebersihan anak. Pembuangan sampahnya yang tidak memenuhi syarat berpeluang kecacingan sebanyak sebesar 7,913 dibandingkan dengan pembuangan sampahnya yang memenuhi syarat setelah dikontrol variabel sikap ibu, saluran pembuangan air limbah, rumah dan kebersihan anak.. Saluran pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat berpeluang kecacingan sebanyak sebesar 5,033 dibandingkan dengan responden yang saluran pembuangan limbahnya memenuhi syarat setelah dikontrol variabel sikap ibu, kebersihan anak, rumah dan pembuangan sampah. Kebersihan anaknya buruk berpeluang kecacingan sebesar 5,009 dibandingkan dengan responden yang kebersihan anaknya baik setelah dikontrol varaiabel sikap ibu, saluran pembuangan air limbah, rumah dan pembuangan sampah. Sikap ibu yang negatif terrhadap pencegahan kecacingan berpeluang kecacingan sebesar 4,350 dibandingkan dengan sikap ibu positif terhadap pencegahan kecacingan setelah dikontrol variabel kebersihan anak, kebersihan rumah, saluran pembuangan air limbah dan pembuangan sampah. Dapat diambil kesimpulan dari kelima variabel tersebut yang paling dominan dalam mempengaruhi kecacingan anak adalah variabel kebersihan rumah. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Perilaku Ibu terhadap Kecacingan

5.1.1. Hubungan Pengetahuan dengan Kecacingan

Ibu yang mempunyai pengetahuan buruk lebih banyak jumlahnya dibandingkan ibu pengetahuan yang baik. Ibu yang mempunyai pengetahuan buruk 65 orang sedangkan yang baik 60 orang. Hasil Chi Square Test menunjukkan p = 0,03, berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan kecacingan anak. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku nyata tindakan ibu. Pengetahuan itu sendiri sebahagian besar diperoleh dari pendengaran dan penglihatan Notoatmodjo, 1993. Pengetahuan sangat menentukan seseorang dalam berperilaku, misalnya tindakan pencegahan penyakit health prevention behavior kecacingan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh ibu untuk mencegah kecacingan pada anaknya antara lain, menggunting kuku sekali seminggu, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan maupun buang air besarkecil. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit dan pencegahan kecacingan rendah karena kurang informasi dari petugas kesehatan yang jarang melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Menurut peneliti, pengetahuan buruk menyebabkan keterbatasan kemampuan dalam memahami upaya-upaya mencegah kecacingan pada anaknya, dengan demikian masyarakat akan kurang peduli untuk melakukan pencegahan kecacingan pada anaknya sendiri. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan yang Berobat Ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan

10 99 155

Pengetahun, Sikap dan Tindakan Ibu Rumah Tangga Tentang Hygiene Dan Sanitasi Lingkungan Yang Berkaitan Dengan Penularan Infeksi Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Sekolah Dasar Negeri I Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2004

1 38 90

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Higiene Perorangan Dan Keadaan Sanitasi Lingkungan Keluarga Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Anak Balita Di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Tahun 2005

12 84 69

Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe

6 48 123

Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah terhadap Kejadian Kecacingan pada anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Kota Medan Tahun 2015

0 0 17

Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah terhadap Kejadian Kecacingan pada anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Kota Medan Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah terhadap Kejadian Kecacingan pada anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Kota Medan Tahun 2015

0 0 10

Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah terhadap Kejadian Kecacingan pada anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Kota Medan Tahun 2015

0 0 24

Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah terhadap Kejadian Kecacingan pada anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Kota Medan Tahun 2015

0 0 3

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SANITASI LINGKUNGAN TERHADAP KECACINGAN PADA PEMULUNG

0 0 21