Pendahuluan Dampak Sosial Ekologi Persepsi Kualitas Air

BAB VI DAMPAK SOSIAL EKOLOGI AKIBAT INDUSTRI MANUFAKTUR

6.1 Pendahuluan Dampak Sosial Ekologi

Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini akan memberikan pengaruh buruk bagi lingkungan. Industri manufaktur adalah industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Dalam pelaksanaannya mulai dari bahan baku, proses pengolahan maupun hasil akhir yang berupa hasil produksi dan hasil buanagn banyak diantaranya terdiri dari bahn-bahan yang dapat mencemari lingkungan seperti bahan logam, bahan korosif, bahan organis, bahan- bahan gas, dan lain-lain bahan yang berbahaya, baik untuk para pekerja maupun masyarakat di sekitar proyek industri tersebut. Kampung Tangsi merupakan kampung yang berada dekat dengan pabrik yang mengolah besi dan baja, yaitu PT G. Hal ini yang menjadikan Kampung Tangsi banyak tercemar bahan-bahan berbahaya. Dahulu Kampung Tangsi merupakan daerah pedesaan yang berupa persawahan sehingga jauh dari pencemaran baik air, udara maupun suara. Tetapi semenjak masuknya industri di Desa Sukadanau, Kampung Tangsi menjadi salah satu area yang digunakan untuk mengembangkan industri yaitu industri besi dan baja. Semula lahan di Kampung Tangsi adalah sawah sekarang berubah menjadi pabrik yang mengelola besi dan baja. Pada penelitian ini akan membahas mengenai hasil buangan industri sehingga mempengaruhi sosial masyarakat dan lingkungan seperti persepsi masyarakat mengenai kondisi air, kondisi udara, tingkat kebisingan mesin produksi yang digunakan oleh perusahaan, tingkat kebisingan akibat aktivitas kendaraan kontainer dan truk yang membawa hasil produksi, tingkat kecelakan yang terjadi di Kampung Tangsi, tingkat kesehatan masyarakat serta frekuensi pengobatan yang dilakukan masyarakat.

6.2 Persepsi Kualitas Air

Air merupakan senyawa penting yang dibutuhkan oleh manusia, misalnya digunakan untuk minum, mandi, cuci, dan kakus. Kehadiran industri baja di Kampung Tangsi memberikan dampak buruk bagi kualitas air. Penduduk RT 04 RW 06 Kampung Tangsi sebagian besar menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi hadirnya industri baja membuat air disekitar Kampung Tangsi tercemar logam berat. Kondisi air menurut responden Kampung Tangsi sebelum adanya industri dalam persentase dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Persentase Pendapat Responden Mengenai Kondisi Air Sebelum Adanya Industri Berdasarkan Lapisan Sosial, 2011 Berdasarkan Gambar 17 lebih dari 50 persen responden baik dari kategori lapisan sosial bawah, lapisan menengah, dan lapisan atas mengatakan tidak tahu. Hal ini dikarenakan masyarakat Kampung Tangsi sebagian besar berasal dari luar daerah atau berstatus sebagai pendatang yang tidak mengetahui keadaan lingkungan sebelum hadirnya industri baja tersebut. Selanjutnya, menurut penduduk asli Kampung Tangsi mengatakan kondisi air di kampung mereka adalah jernih dan tidak bau. Seperti yang dikatakan oleh masyarakat lapisan bawah bahwa air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka adalah jernih dan tidak bau sebesar 25 persen, masyarakat lapisan menengah sebesar 31 persen, dan lapisan atas sebesar 29 persen. Dari seluruh responden sebanyak 35 orang baik masyarakat asli maupun pendatang tidak ada yang mengatakan bahwa air di kampung mereka berwarna dan bau. Sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi air yang ada di Kampung Tangsi sebelum adanya industri dalam keadaan baik-baik saja dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada Gambar 18 disajikan persentase persepsi masyarakat Kampung Tangsi mengenai kondisi air setelah adanya industri berdasarkan lapisan sosial. Gambar 18. Persentase Pendapat Responden Mengenai Kondisi Air Setelah Adanya Industri Berdasarkan Lapisan Sosial, 2011 Keseluruhan responden yang menduduki lapisan sosial atas mengatakan bahwa air yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti mandi, cuci, kakus atau MCK kondisinya berwarna dan bau. Sedangkan masyarakat lapisan menengah sebesar 75 persen mengatakan kondisi airnya berwarna dan bau, serta sebesar 25 persen mengatakan air jernih dan tidak bau. Selanjutnya masyarakat lapisan bawah sebesar 33 persen mengatakan kondisi air di kampung mereka berwarna dan bau, serta sebesar 67 persen mengatakan kondisi airnya jernih dan tidak bau. Masyarakat yang mengatakan bahwa kondisi air di Kampung Tangsi setelah adanya industri jernih dan tidak bau disebabkan oleh tingkat pendidikan mereka yang rendah. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat mengenai kondisi air yang baik untuk memenuhi kebutuhan hidup, khususnya untuk minum. Meskipun begitu masyarakat tetap menggunakan air tersebut baik masyarakat lapisan bawah, lapisan menengah, dan lapisan atas. Industri baja yang ada di Kampung Tangsi, sebenarnya memberikan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Seperti air yang ada di kampung tersebut berbau logam berat dan berwarna keruh. Kondisi air tersebut penggunaan air seharusnya dikurangi apalagi untuk dikonsumsi karena akan menggangu kesehatan tubuh manusia, tetapi masyarakat RT 04 RW 06 Kampung Tangsi sudah terbiasa menggunakan air tersebut untuk kebutuhan hidup. “air disini memang buruk, itu karrna pengaruh dari pabrik. Sebenarnya bahaya sekali kalau kita minum, tapi mau bagaimana lagi. kita tidak mungkin selalu beli air untuk mandi, mencuci sama yang lainnya. memang ada yang jual, tapi sayangkan kalau harus selalu beli, kita pakai air setiap hari. Nanti yang ada uang kita habis untuk beli air. Kalau untuk minum terkadang orang-orang pakai aqua galon, ada juga yang masak sendiri. Kalau saya pakai dua- duanya.” Bapak WDD, 52 tahun Faktor lain penggunaan air di Kampung Tangsi terus berlangsung karena kendala biaya yang tidak sedikit untuk membeli air setiap hari. Masyarakat dirugikan atas aktivitas industri yang mencemari lingkungan tempat tinggal mereka karena terjadi penurunan kualitas air. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat mengeluh pada pemerintah akan tetapi tidak ada pertimbangan dari pihak perusahaan. Masyarakat Kampung Tangsi tidak dapat menggunakan air selain daripada air sumur yang ada di rumah mereka karena tempat tinggal yang jauh dari sumber air seperti pegunungan. Sebenarnya terdapat sungai yang melintasi Desa Sukadanau, akan tetapi sungai tersebut jauh dari Kampung Tangsi serta kotor dan mengandung bakteri yang membahayakan tubuh manusia sehingga tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

6.3 Persepsi Kondisi Udara