Industri baja yang ada di Kampung Tangsi, sebenarnya memberikan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Seperti air yang ada di kampung
tersebut berbau logam berat dan berwarna keruh. Kondisi air tersebut penggunaan air seharusnya dikurangi apalagi untuk dikonsumsi karena akan menggangu
kesehatan tubuh manusia, tetapi masyarakat RT 04 RW 06 Kampung Tangsi sudah terbiasa menggunakan air tersebut untuk kebutuhan hidup.
“air disini memang buruk, itu karrna pengaruh dari pabrik. Sebenarnya bahaya sekali kalau kita minum, tapi mau bagaimana
lagi. kita tidak mungkin selalu beli air untuk mandi, mencuci sama yang lainnya. memang ada yang jual, tapi sayangkan kalau harus
selalu beli, kita pakai air setiap hari. Nanti yang ada uang kita habis untuk beli air. Kalau untuk minum terkadang orang-orang pakai
aqua galon, ada juga yang masak sendiri. Kalau saya pakai dua- duanya.” Bapak WDD, 52 tahun
Faktor lain penggunaan air di Kampung Tangsi terus berlangsung karena kendala biaya yang tidak sedikit untuk membeli air setiap hari. Masyarakat
dirugikan atas aktivitas industri yang mencemari lingkungan tempat tinggal mereka karena terjadi penurunan kualitas air. Hal inilah yang menyebabkan
masyarakat mengeluh pada pemerintah akan tetapi tidak ada pertimbangan dari pihak perusahaan. Masyarakat Kampung Tangsi tidak dapat menggunakan air
selain daripada air sumur yang ada di rumah mereka karena tempat tinggal yang jauh dari sumber air seperti pegunungan. Sebenarnya terdapat sungai yang
melintasi Desa Sukadanau, akan tetapi sungai tersebut jauh dari Kampung Tangsi serta kotor dan mengandung bakteri yang membahayakan tubuh manusia sehingga
tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6.3 Persepsi Kondisi Udara
Menurut Kristanto 2004, udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Unsur tepenting dari udara untuk kehidupan
makhluk hidup adalah oksigen. Apabila udara tersebut tercemar akan membahayakan tubuh manusia. Persepsi kondisi udara sebelum adanya industri
pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tidak tahu apabila responden tidak mengetahui keadaan lingkungan sebelum adanya industri. kondisi
udara buruk apabila udara panas, berdebu dan gersang. Kondisi udara baik apabila
udara sejuk dan tidak berdebu. Pada Gambar 19 disajikan persepsi responden mengenai kondisi udara sebelum adanya industri berdasarkan lapisan sosial.
Gambar 19 Persentase Pendapat Responden Mengenai Kondisi Udara Sebelum Adanya Industri Berdasarkan Lapisan Sosial, 2011
Berdasarkan Gambar 19 pendapat responden mengenai kondisi udara sebelum adanya industri sama halnya dengan persepsi responden mengenai
kondisi air sebelum adanya industri. Sebagian besar responden khususnya para pendatang mengatakan tidak mengetahui keadaan lingkungan sebelum adanya
industri. Masyarakat pendatang tinggal di Kampung Tangsi berdasarkan panggilan kerja di perusahaan baja tersebut. Selanjutnya, responden yang
mengatakan bahwa udara di tempat tinggal mereka sejuk dan tidak berdebu adalah masyarakat lokal. Sebesar 25 persen untuk kategori lapisan bawah, sebesar 31
persen untuk kategori lapisan menengah, dan 29 persen untuk kategori lapisan atas yang mengatakan hal tersebut.
Kualitas udara sebelum adanya industri sangatlah terjamin. Hal ini dibenarkan oleh ketua RT 04 RW 06 Kampung Tangsi yang berstatus sebagai
penduduk asli.
“iya, dahulu sebelum pabrik ini ada waktu saya kecil dingin sekali. Karena dahulu disini banyak sawah, seperti di desa-desa. Sekarang
saja semenjak adanya pabrik ini udaranya panas. Berbeda sekali.” Bapak NMN, 48 tahun.
Perubahan yang terjadi di Kampung Tangsi sangatlah besar. Terlihat dari pernyataan Bapak NMN bahwa dahulu sebelum adanya industri baja tersebut
lahan di wilayah Kampung Tangsi berupa persawahan sehingga menjamin kualitas udara yang sejuk dan tidak berdebu. Berbeda halnya dengan persepsi
masyarakat mengenai kondisi udara setelah adanya industri berdasarkan lapisan sosial dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Persentase Pendapat Responden Mengenai Kondisi Udara Setelah Adanya Industri Berdasarkan Lapisan Sosial, 2011
Berdasarkan Gambar 20 memperlihatkan bahwa dari seluruh responden sebanyak 35 orang mengatakan kondisi udara setelah adanya industri adalah
panas, berdebu dan gersang. Ini ditimbulkan oleh aktivitas industri dalam memproduksi baja yang dilakukan setiap harinya. Hasil dari pembakaran baja
dikeluarkan melalui cerobong besar berupa asap dan bau sehingga meningkatkan kadar polusi udara. Masyarakat yang setiap hari menghirup udara tersebut
mengeluh kepada pemerintah tetapi tidak ada pertimbangan dari pihak perusahaan.
6.4 Tingkat Kebisingan