Pembangunan Berkelanjutan Tinjauan Pustaka .1 Pengertian Ekologi

terhadap aspek sosial budaya adalah berubahnya tatanan kehidupan sosial budaya masyarakat akibat dari timbulnya tenaga pendatang dari luar daerah. Adanya pendatang dari luar daerah dengan kehidupan serta latar belakang sosial budaya yang berbeda, mulai dirasakan membawa pergeseran terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat setempat. Guna menghindari terjadinay ketegangan antara pendatang dengan penduduk setempat, maka perlu diciptakan iklim keterbukaan diantara mereka Latief, dkk, 1991.

2.1.4 Pembangunan Berkelanjutan

Kata “pembangunan” dalam bahasa Inggris selaras dengan kata “development” yang berasal dari kata to develop yang artinya menumbuhkan, mengembangkan, meningkatkan atau mengubah secara bertahap. Everest M.Rogers 2006, mendefinisikan pembangunan sebagai suatu proses partisipasi di segala bidang dalam perubahan sosial dalam suatu masyarakat, dengan tujuan membuat kemajuan sosial dan material termasuk pemerataan, kebebasan serta berbagai kualitas lainnya secara lebih besar bagi sebagian besar mayarakat dengan kemampuan mereka yang lebih besar untuk mengatur lingkungannya. Inayatullah dalam Zulkarimen Nasution 2001 mengungkapkan bahwa pembangunan adalah perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri individu- individu. Sementara Riyadi dalam Totok Mardikanto 2010 menyatakan bahwa pembangunan adalah suatu usaha atau proses perubahan, demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau mutu hidup suatu masyarakat dan individi-individu di dalamnya yang berkehendak dan melaksanakan pembangunan itu. Dissyanake dalam Sumadi Dilla 2007 mendefinisikan pembangunan sebagai proses perubahan sosial yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari seluruh atau mayoritas masyarakat tanpa merusak lingkungan alam dan kultural tempat mereka berada dan berusaha melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini dan menjadikan mereka penentu dari tujuan mereka sendiri. Pada sisi lain, Katzs dalam Abu Huraerah 2008 mengartikan pembangunan sebagai proses yang lebih luas dari masyarakat terhadap suatu keadaan kehidupan yang kurang bernilai kepada keadaan yang lebih bernilai. Menurut Sumarwoto dalam Sugandhy dan Hakim 2007, pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial di mana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan, dan proses pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar, dan terencana dalam proses pembangunan, berbasis lingkungan hidup untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Menurut Prof. Dr. Emil Salim dalam Utomo tanpa tahun, pembangunan berkelanjutan sustainable development diartikan sebagai suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan menyerasikan sumber alam dan manusia dalam pembangunan. Menurut Salim, konsep pembangunan berkelanjutan didasari oleh lima ide pokok besar yaitu pertama, proses pembangunan harus berlangsung secara berlanjut, terus-menerus, dan kontinyu, yang ditopang oleh sumber daya alam, kualitas lingkungan, dan manusia yang berkembang secara berlanjut pula. Kedua, sumber daya alam terutama udara, air, dan tanah memiliki ambang batas, di mana penggunaannya akan menurunkan kuantitas, dan kualitasnya. Ketiga, kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup. Keempat, bahwa pola penggunaan sumber daya alam saat ini seharusnya tidak menutup kemungkinan memilih pilihan lain di masa depan. Kelima, pembangunan berkelanjutan mengandaikan solidaritas transgenerasi, sehingga kesejahteraan bagi generasi sekarang tidak mengurangi kemungkinan bagi generasi selanjutnya untuk meningkatkan kesejahteraannya pula. Pembangunan berkelanjutan berkonsentrasi pada pilar pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan secara sekaligus. Ketiga pilar tersebut terkadang disamakan dengan P3 Concept, yaitu people, planet, and profits Kemp dan Martens, 2007 dalam Adrianto, 2009, tetapi mereka tidaklah berbeda secara prinsipil. Secara sederhana, hubungan ketiga pilar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2. Hubungan Pilar Pembangunan Berkelanjutan Pilar lingkungan environment adalah wilayah yang mengalami dampak ekologis langsung akibat usulan kebijakan atau proyek. Sementara itu, lingkup keberlanjutan ekonomi economic dan sosial social adalah batas administratif lokal. Apabila dampak ekonomi dan sosial dirasakan lintas wilayah, maka batas administrasi yang digunakan adalah semua wilayah yang terkena dampak. Menurut Kemp dan Martens 2007 dalam Adrianto 2009 ekonomi menunjuk pada pekerjaan dan kesejahteraan; lingkungan pada kualitas lingkungan, biodiversitas, dan sumber daya alamiah; dan sosial pada kesehatan, kekerabatan sosial, dan kesempatan bagi self-development attributable untuk pendidikan dan kebebasan. Menurut Sugandhy dan Hakim 2009 setiap keputusan pembangunan harus memasukkan berbagai pertimbangan yang menyangkut aspek lingkungan, di samping pengentasan kemiskinan dan pola konsumsi sehingga hasil pembangunan benar-benar akan memberikan hasil yang baik bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Pertimbangan lingkungan yang menyangkut ekonomi lingkungan, tata ruang, AMDAL dan social cost harus diinternalisasi dalam setiap pembuatan keputusan pembangunan untuk dapat mewujudkan hal ini, keterpaduan antar sektor, antar wilayah dan daerah dengan melibatkan semua stakeholders, menjadi suatu keharusan sehingga diperlukan koordinasi yang mantap. 2.1.5 Strategi Pengendalian Limbah Industri 2.1.5.1 Pengendalian Limbah Industri