Hubungan Antar Masyarakat DAMPAK SOSIO-EKONOMIS AKIBAT INDUSTRI MANUFAKTUR

pihak perusahaan karena pihak perusahan sering melakukan negosiasi dengan memberikan sumbangan berupa seekor sapi untuk setiap rukun tetangga RT. Tidak hanya itu, apabila masyarakat melakukan perlawanan terhadap perusahaan, jumlah masyarakat yang tidak menerima adanya aktivitas industri tidak sebanding dengan jumlah karyawan perusahaan tersebut sehingga jika terjadi bentrok masyarakat akan mengalami kekalahan. Konflik yang ada tidak hanya terjadi antara masyarakat dan PT G saja akibat aktivitas industri. Seperti yang dikatakan Ibu SSI, karyawan PT G beberapa tahun yang lalu pernah melakukan unjuk rasa pada pihak PT G dalam hal pembagian gaji yang tidak sesuai. “dahulu, beberapa tahun yang lalu, karyawan pabrik pernah melakukan unjuk rasa. Hal itu dikarenakan gajinya tidak naik sudah lama sekali sedangkan kebutuhan terus bertambah. Tembok yang ini, pernah dirobohkan. Ban-ban truk dibakar, orang-orang atasannya dihadang sampai pada menginap di pabrik. sudah begitu banyak karyawan yang luka-luka, kalau tidak salah ada yang meninggal. Kashian. Akhirnya orang-orang atas merasa takut juga, melihat karyawannya unjuk rasa begitu banyak, terus naik gajinya walau tidak seberapa. Tapi bagi sebagian orang kecil seperti kita berarti sekali. Lagipula tidak sesuai saja, kerja berat di pabrik tapi gajinya tidak naik-naik. Sudah begitu belum lagi kita menerima bau, debu, panasnya dari mesin-mesin pabrik sama truk yang lewat.” Ibu SSI, 43 tahun. Unjuk rasa yang dilakukan oleh karyawan PT G diakhiri oleh kenaikkan gaji yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Menurut Ibu SSI yang suaminya bekerja di pabrik PT G, pekerjaan di perusahaan tersebut begitu berat dan melelahkan. Selain itu, dampak yang terjadi akibat aktivitas industri membuat masyarakat tidak nyaman dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

5.7 Hubungan Antar Masyarakat

PT G merupakan perusahaan terbesar di Desa Sukadanau yang bergerak di bidang industri manufaktur. Hal ini menyebabkan kurangnya jumlah karyawan sehingga mendatangkan calon-calon karyawan dari luar daerah. Orang-orang dari luar daerah yang masuk ke wilayah Kampung Tangsi bertujuan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Banyaknya pendatang yang masuk akan berpengaruh pada hubungan sosial masyarakat, khususnya bagi masyarakat lokal dengan pendatang. Pada Gambar 16 disajikan persentase hubungan sosial antar masyarakat lokal dengan pendatang berdasarkan lapisan sosial. Gambar 16. Persentase Pendapat Responden tentang Hubungan Sosial antar Masyarakat Lokal dengan Pendatang Berdasarkan lapisan Sosial, 2011 Berdasarkan Gambar 16 masyarakat dengan kategori lapisan bawah sebesar 58 persen hubungan masyarakat asli dengan pendatang terbilang baik-baik saja walau hanya terjalin kontak dan komunikasi. Hal ini disebabkan oleh kesibukan masyarakat dalam bekerja, khususnya masyarakat yang bekerja di pabrik PT G. Selain itu, kurangnya kegiatan masyarakat yang seharusnya diadakan oleh ketua RT menjadi penyebab hubungan masyarakat kurang erat meskipun tidak terjadi pertengkaran. “ketua RT disini, tidak pernah mengadakan acara apa-apa. Dianya saja tidak pernah ada dirumah, bagaimana mau bikin acara? Istri ke duanya di Banten, jadi pulangnya ke sana. kalau acara disini pengajian ibu-ibu, itu juga yang mengadakan guru agama yang biasa mengajari anak-anak mengaji. Kalau ada acara musyawarah desa, yang datang sekertarisnya. Kalau gotong royong membersihkan kampung ide dari warga aaja. Lagipula belum tentu ikut semua, disini banyak supir jadi mereka jarang pulang. Selain itu buruh pabriknya tidak pernah libur.” Bapak MMN, 46 tahun. Kegiatan yang ada di Kampung Tangsi dilakukan oleh masyarakat atas ide dari masing-masing warga bukan dari ketua RT. Kegiatan tersebut hanya arisan, pengajian dan gotong royong untuk membersihkan lingkungan. Arisan dilakukan oleh para ibu RT 04 setiap bulannya dengan biaya Rp. 25.000. Pengajian yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Tangsi hanya dihadiri oleh ibu-ibu rumah tangga. Kegiatan tersebut dilakukan setelah pengajian anak-anak mereka, pada hari senin sampai jumat, pukul 16.00 yang diadakan di mushola terdekat. Selain dari kegiatan pengajian, gotong royong juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan masih terjalinnya kontak dan komunikasi antar masyarakat lokal dengan pendatang. Tetapi, kegiatan ini hanya dilakukan beberapa kali dalam setahun yaitu membersihkan saluran air yang tersumbat dan membakar barang- barang yang sudah tidak terpakai. Tabel 6. Persentase Keikutsertaan Masyarakat dalam Kegiatan Arisan Kampung Tangsi, 2011 Lapisan Sosial Persentase Intensitas Pengajian Jumlah Responden Tidak Pernah Jarang Sering Selalu Lapisan Bawah 18,3 325 541,7 325 12 Lapisan Menengah 425 637,5 425 212,5 16 Lapisan Atas 114,3 342,9 228,6 114,3 7 Sumber: Diolah dari data primer Berdasarkan Tabel 6 pada lapisan sosial masyarakat bawah responden yang tidak pernah mengikuti kegiatan arisan sebesar 8,3 persen, responden yang sering mengikuti kegiatan arisan sebesar 41,5 persen, dan sebesar 25 persen responden masing-masing yang jarang dan selalu mengikuti kegiatan arisan. Pada lapisan sosial menengah, sebesar 25 persen responden masing-masing yang tidak pernah dan sering mengikuti kegiatan arisan, serta sebesar 37,5 persen dan 12,5 persen untuk masing-masing reponden yan jarang dan selalu mengikuti kegiatan arisan. Sementara itu, pada lapisan sosial atas, sebesar 14,3 persen untuk reponden yang tidak pernah dan selalu mengikuti kegiatan arisan, serta 42,9 persen dan 28,6 persen responden yang jarang dan sering mengikuti kegiatan arisan. Kegiatan arisan yang diadakan oleh warga Kampung Tangsi untuk menambah erat hubungan masyarakat antar masyarakat asli dengan pendatang. Kegiatan selanjutnya yang biasa dilakukan oleh masyarakat Kampung Tangsi yaitu pengajian anak-anak yang dilanjutkan pengajian ibu-ibu masyarakat Kampung Tangsi. Kegiatan ini dilakukan setiap hari senin sampai dengan jumat jam 16.00 di mushola RT 04. Waktu yang digunakan tersebut adalah waktu masyarakat Kampung Tangsi khususnya ibu-ibu rumah tangga yang sedang santai atau istirahat di rumah masing-masing warga. Hal inilah yang dilakukan masyarakat untuk melakukan kegiatan sosial untuk mempererat hubungan diantara masyarakat. Tabel 7. Persentase Keikutsertaan Masyarakat dalam Kegiatan Gotong Royong kampung Tangsi, 2011 Lapisan Sosial Persentase Intensitas Gotong Royong Jumlah Responden Tidak Pernah Jarang Sering Selalu Lapisan Bawah 541,7 325 325 18,3 12 Lapisan Menengah 743,8 318,8 425 212,5 16 Lapisan Atas 00 342,9 457,1 00 7 Sumber: Diolah dari data primer Kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh warga Kampung Tangsi, berdasarkan Tabel 7 pada lapisan sosial bawah dan menengah, sebagian besar responden tidak pernah melakukan kegiatan tersebut, yaitu 43,8 persen responden untuk lapisan menengah dan 41,7 persen responden untuk lapisan bawah yang berfungsi untuk membersihkan lingkungan kampung. Sedangkan pada lapisan atas, sebagian besar responden atau sebesar 57,1 persen sering mengikuti kegiatan gotong royong.

5.8 Ikhtisar