Sejarah Perkembangan Iklan Iklan .1 Defenisi Iklan

2.2.2 Sejarah Perkembangan Iklan

Untuk mengetahui di mana kita berada dalam dunia periklanan kini, kita harus ingat di mana kita berada kemarin. Selama zaman batu, barang-barang pecah belah dan tenunan merupakan hasil kerajinan tangan di desa-desa yang dikunjungi oleh para petani, peternak, dan pemburu yang mengembara. Barang- barang tersebut dibeli atau dipertukarkan barter, dan mereka selalu membicarakan tentang keistimewaan hasil kerajinan tersebut. Karena itu praktik periklanan yang pertama adalah “buah bibir” atau yang lebih dikenal dengan istilah sekarang “promosi dari mulut ke mulut” word mouth. Para pedagang Mesir zaman dulu berteriak-teriak untuk memberitahukan kedatangan kapal dan muatannya. Di propinsi Berry, Perancis, terdapat duabelas tukang teriak yang diorganisasikan ke dalam sebuah perusahaan. Ditemukannya tulisan di atas papyrus dan pena buluh pada abad keenambelas menunjukkan bahwa pada saat itu pesan perniagaan telah dapat dipelihara dan dibaca. Sebuah tulisan di papyrus yang berusia 3000 tahun masih merupakan iklan penawaran budak. Seiring dengan itu, dunia periklanan melangkah ke poster dinding. Pada penggalian reruntuhan Herculaneum dan Pompell ditemukan poster dinding yang mengumumkan pertandingan gladiator. Orang-orang Roma selalu memasang poster dinding di Inggris, Gaul, dan Persia, serta di sepanjang jalan-jalan utama menuju kerajaan. Seperti kebanyakan penemuan, mesin cetak Gutenberg tidak dipedulikan orang. Tiada seorang pun pengusaha muncul yang datang meminta dicetakkan iklan barang dagangannya. Saat itu para pemasang iklan menggunakan percobaan dan barang yang sebenarnya, tanda pada tokonya, serta tukang teriak di London yang merupakan kota yang padat dengan lorong-lorong kecil di antara rumah- rumah, di mana barang dagangan diangkut ke kota dengan gerobak kecil yang dihela oleh anjing. Namun pada akhirnya, mesin cetak diterima keberadaannya. Mesin cetak dapat memperbanyak halaman kata-kata dan ilustrasinya, serta lebih murah ketimbang tulis tangan. Seni mencetak pun berkembang ke seluruh daratan Eropa, dan William Caxton, seorang misionaris yang ahli cetak, membawa mesin cetak “modern” yang pertama di Inggris. Tentu saja kita juga tidak boleh melupakan jasa Johannes Guttenberg yang telah menciptakan mesin cetak pertama di Eropa sekaligus menemukan tinta cetaknya. Pada tahun 1480, William Caxton telah memperkenalkannya dengan menempelkan iklannya di pintu-pintu gereja di London, sekaligus memperkenalkan hasil cetakannya. Iklan tersebut berisi penawaran buku tentang aturan kependetaan pada saat Paskah, yang Berjudul Pyes of Salisbury Use. Selanjutnya cara demikian diikuti oleh para pengusaha dengan memasang iklan menawarkan hasil produksinya di mingguan The Mercuries 1622. Kiat demikian mendorong munculnya koran iklan pertama di Inggris 1625. Rupanya perkembangan di Inggris tersebut mengilhami seorang dokter di Perancis, Theohraste Renoudot, untuk mendirikan sebuah lembaga periklanan yang diberi nama Bureau d’adresses, di mana setiap orang bisa memasang pengumuman tentang apa saja yang akan dijual atau dibutuhkannya, serta mereka yang mencari pekerjaan. Renoudot pun akhirnya menjadi perintis dalam bidang periklanan yang menerbitkan berkala Feuille d’avis du Bureau d’adresses yang merupakan koran iklan pertama di dunia Baschwitz dan Haversmit dalam Kustadi, 2010:17. Sementara itu, dunia periklanan menyebar ke Amerika meniru Inggris. Pada April 1704, The Weekly Boston Newletter pertama kali terbit dengan memuat iklan. Di negeri ini para tukang cetak kolonial mencetak iklannya dalam bentuk selebaran dengan bermacam-macam subyek, terutama tanah untuk peternakan. Beberapa pengembang di antaranya menawarkan tanahnya tanpa sewa selama lima tahun sebagai pancingan. Dalam hal ini orang-orang kolonial mulai berpikir akan efektifnya iklan pergolongan subyek, maka saat itu bermunculanlah iklan bersambung pergolongan seperti rekan-rekan orang Inggris menawarkan plester, posisi, pembedahan, dan pil. Tidak dapat disangkal lagi, dunia periklanan pun berkembang pesat. Antara tahun 1850 sampai dengan tahun 1900, proses periklanan meningkat lebih maju lagi dengan bermunculannya poster pada dinding-dinding tembok, cerobong asap, dalam selebaran edaran maupun dalam suratkabar. Meski pada awal abad ke-20 periklanan sempat tidak dianggap lagi oleh para pengusaha sebagai bagian dari strategi marketing, namun menjelang akhir tahun 1927 Desember Henry Ford membuktikan pengaruh iklan dalam menarik minat para konsumen. Dalam duaribu suratkabar dengan biaya 1,3 juta dollar, dia menurunkan serial iklan yang memperkenalkan model mobil baru. Hasilnya, satu juta penduduk New York histeris antri di luar show-room dealer mobil tersebut di Manhattan. Tahun 1940-an periklanan diterima kembali sebagai salah satu kiat marketing. Jutaan rumah tangga menjadi garapannya, bahkan ditingkatkan dengan penerobosan teknologi dari medium baru, televisi. Maka kini sejumlah iklan dengan beragam tema pun berlimpahan, tidak hanya melalui media cetak, melainkan juga media elektronik, baik televisi, radio, film, maupun internet.

2.2.3 Ragam Iklan