Perancangan Taman Edukasi Lingkungan Untuk Anak-anak di Situ Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

(1)

PERANCANGAN

TAMAN EDUKASI LINGKUNGAN UNTUK ANAK-ANAK DI SITU CIKARET, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

AMELIA UTAMI G. MANDAGI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Taman Edukasi Lingkungan Untuk Anak-anak di Situ Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pendidikan dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Amelia Utami G. Mandagi A44080051


(4)

ABSTRAK

AMELIA UTAMI G MANDAGI. Perancangan Taman Edukasi Lingkungan untuk Anak-anak di Situ Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SITI NURISYAH.

Kerusakan lingkungan terjadi sebagai dampak dari adanya polusi dan eksploitasi sumber daya alam yang terjadi karena kurangnya pengetahuan manusia mengenai pentingnya keberadaan dan keberlanjutan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi dapat diatasi dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai lingkungan. Guna memberikan dampak nyata pada keberlanjutan kondisi lingkungan, peningkatan pengetahuan harus dilakukan sejak usia dini karena anak-anak lebih mudah menyerap ilmu baru dibandingkan usia dewasa dimana ilmu baru tersebut kemudian ditiru dan dijadikan kebiasaan. Situ Cikaret telah menjadi tempat rekreasi untuk komunitas di Cibinong sehingga berpotensi sebagai tempat untuk memberikan pendidikan tentang lingkungan dan untuk meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan alam. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merancang sebuah taman yang dapat meningkatkan kesadaran lingkungan di masyarakat. Perancangan ini menggunakan metode Gold (1980) yang terdiri dari lima tahap, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan dan desain. Rancangan taman yang dihasilkan adalah taman yang mengakomodasi pendidikan lingkungan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang lingkungan untuk anak-anak. Rancangan taman menggunakan pola non formal dan penggunaan material yang dapat menciptakan suasana alam seperti kayu dan batu. Fasilitas yang menunjang kebutuhan edukasi antara lain papan nama tanaman, arboretum, canopy walk.

Kata kunci: anak-anak, pengetahuan lingkungan, rancangan taman edukasi lingkungan

ABSTRACT

AMELIA UTAMI G MANDAGI. Environmental Education Park Design in Situ Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Supervised by SITI NURISJAH

The presence of pollution and natural resources exploitation is an impact to the people who does not know the importance of the environment functions. Both those things causing damage to the environment. The environmental damage that occurs could be repaired by increasing community knowledge and education about environment. In order to provide a real impact on environmental sustainability, environment knowledge must carried out starting from earlier age because kids are easier to absorb new knowledge compared to adults. Situ Cikaret that has become recreation place for community in Cibinong is suitable as a place to provide education about natural environment and to raise awareness of the nature. The main objective of this research is to create a garden that can enhance the environmental awareness of the community. The Research method used in this study was from Gold (1980). The method consist of five stages, there are inventory, analysis, synthesis, planning and design. The final products of the research is a park design


(5)

that could accomodate education, increase understanding and awareness about environment for children. The design of the park uses informal patern and material that can create natural atmosphere such as wood and stones. The facilities that support the needs of education are plant namesign, arboretum, and canopy walk. Those facilities are located in education zone for observation about environment. Keywords: children, environmental knowledge, environment education design


(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

PERANCANGAN

TAMAN EDUKASI LINGKUNGAN UNTUK ANAK-ANAK DI SITU CIKARET, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

AMELIA UTAMI G. MANDAGI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013


(8)

(9)

Judul : Perancangan Taman Edukasi Lingkungan Untuk Anak-anak di Situ Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Nama : Amelia Utami G. Mandagi

NRP : A44080051

Departemen : Arsitektur Lanskap

Disetujui oleh, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA. Ketua Departemen


(10)

Nama NRP

Departemen

Tanggallulus :

di Situ Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Amelia Utami G. Mandagi

A44080051

Arsitektur Lanskap

Disetujui oleh, Dosen Pembimbing

dセZ

エ ZG

MSLA.

Pembimbing

etahui oleh

/

ah MSLA.


(11)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perancangan Taman Edukasi Lingkungan untuk Anak-anak di Situ Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini merupakan hasil dari kegiatan penelitian yang penyusunannya bertujuan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan dosen, kerabat, dan teman. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi, Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc dan Fitriyah Nurul H Utami, ST. MT selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Selain itu, terima kasih juga ditujukan kepada pihak-pihak yang telah banyak memberi motivasi, saran, dan nasehat yang sangat membantu penulis, Dr. Ir. Alinda F.M. Zain selaku dosen pembimbing akademik, teman-teman Arsitektur Lanskap 45 atas semua kebersamaan dan bantuannya selama ini kepada penulis. Terakhir ucapan terima kasih yang tidak terlupakan kepada keluarga yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa selama proses penyelesaian skripsi.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak terutama pihak pemerintah kota dalam bentuk perancanaan taman kota yang lebih fungsional, estetik serta mendidik. Penulis menyadari bahwa hasil skripsi ini belum sempurna, kritik dan saran atas segala kekurangan akan penulis terima dengan tangan terbuka.

Bogor, September 2013


(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 2

1.3 Manfaat 2

1.4 Kerangka Pikir 2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Permasalahan Kualitas Lingkungan 4

2.2 Edukasi Lingkungan untuk Anak-anak 5

2.3 Taman Edukatif 7

2.4 Perancangan Taman 8

BAB III KONDISI UMUM KECAMATAN CIBINONG 13

3.1 Kondisi Geografis dan Administratif 13

3.2 Demografi 13

3.3 Aksesibilitas 16

3.4 Tata Guna Lahan 17

3.5 Rencana Tata Ruang Wilayah 18

BAB IV METODOLOGI 19

4.1.Lokasi dan Waktu 19

4.2 Alat dan Bahan 20

4.3 Metode Perancangan 20

4.4 Proses dan Tahapan Perancangan 20

4.5 Produk Akhir 22

BAB VDATA DAN ANALISIS 25

5.1 Sumberdaya dan Potensi Tapak 25

5.2 Pengunjung 35

5.3 Faktor Pendukung Pengembangan Tapak 37

5.4 Sintesis 39


(13)

6.1 Konsep Taman Bermain Edukatif 41

6.2 Rancangan Taman Edukasi Lingkungan 49

6.3 Rancangan Fasilitas 51

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 70

7.1 Simpulan 70

7.2 Saran 70

DAFTAR PUSTAKA 71

RIWAYAT HIDUP 72

DAFTAR TABEL

1. Jumlah dan kepadatan penduduk tiap kelurahan tahun 2010 15 2. Jumlah penduduk menurut rentang usia tahun 2010 15 3. Jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan tahun 2010 15

4. Alat dan Bahan 20

5. Jenis, bentuk, dan sumber data 21

6. Kriteria kesesuaian lahan 24

7. Data Iklim Cibinong Tahun 2001 - 2011 29

8. Daftar vegetasi di sempadan Situ Cikaret 30

9. Luas area kesesuaian lahan untuk taman bermain 34 10.Hubungan kebutuhan fasilitas dengan kesesuaian lahan untuk taman

bermain. 40

11.Pembagian ruang, aktivitas, dan fasilitas 43

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram alur kerangka pikir 3

2. Kegiatan terkait lingkungan 6

3. Contoh penerapan prinsip unity pada elemen taman 9 4. Prinsip harmoni dari ragam warna dan vegetasi 9 5. Area bermain anak sebagai interest suatu taman 10 6. Desain taman yang menggunakan prinsip simplicity 10

7. Contoh prinsip emphasis 11

8. Penggunaan prinsip balance pada taman 11


(14)

10.Implementasi prinsip sequence 12

11.Peta Kecamatan Cibinong tahun 2010 14

12.Peta sirkulasi Cibinong tahun 2010 16

13.Peta tata guna lahan Cibinong tahun 2010 17

14.Peta orientasi dan lokasi penelitian 19

15.Alur Tahapan Proses Perancangan Gold (1980) 21 16.Diagram alur kegiatan perancangan taman edukasi lingkungan 23

17.Aktivitas bermain air 25

18.Peta klasifikasi kemiringan lahan 28

19.Fasilitas untuk memikat burung 31

20.Peta visual tapak 32

21.Good view alami yang mengarah ke danau 32

22.Good view di sempadan danau 33

23.Bad view di sempadan danau 33

24.Referensi teras (kiri) dan dek (kanan) 33

25.Peta analisis visual 34

26.Peta kesesuaian lahan untuk taman bermain anak 35 27.Presentase lokasi tempat tinggal pengunjung 36

28.Presentase lama berkunjung 36

29.Peta analisis aksesibilitas 37

30.Kondisi fasilitas dalam tapak (a. kios makanan, b. penyewaan perahu, c.

tambak memancing) 38

31.Kondisi jalur pedestrian Error! Bookmark not defined.39

32.Peta zona aktivitas 39

33.Diagram konsep ruang 41

34.Konsep tata ruang 42

35.Referensi boardwalk 44

36.Peta konsep sirkulasi 44

37.Peta persebaran fasilitas 45

38.Peta zona penghijauan 46

39.Block plan 46

40.Permainan fisik 47

41.Permainan kreatif 48

42.Permainan sosial 48

43.Permainan Indra 48

44.Referensi patung binatang 50

45.Aktivitas bermain anak 50

46.Rancangan tapak keseluruhan 54

47.Rancangan tapak utara 55

48.Rancangan tapak selatan 56

49.Rancangan sirkulasi tapak utara 57


(15)

51.Rancangan vegetasi tapak utara 59

52.Rancangan vegetasi tapak selatan 60

53.Area arboretum 61

54.Ilustrasi menara dan canopy walk 61

55.Permainan air 62

56.Permainan anak usia 8 tahun ke atas 62

57.Model gerbang 63

58.Model jembatan dan sirkulasi 64

59.Set permainan anak 65

60.Model ayunan ban 66

61.Model lampu taman 67

62.Model bangku piknik dan bangku taman 68


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Setiap kegiatan manusia berhubungan bahkan bergantung pada keberadaan lingkungan. Dapat dikatakan bahwa lingkungan adalah keseluruhan faktor atau keadaan yang mempengaruhi kehidupan manusia. Guna memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia banyak memanfaatkan lingkungan, hingga manusia memiliki peran besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia bahkan mampu merubah dunia dari kehidupan sederhana hingga menjadi kehidupan modern seperti saat ini. Namun, seringkali perubahan yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran keberlangsungan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.

Beberapa perilaku manusia yang secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain penebangan hutan secara liar, penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman, pembuangan sampah di sembarang tempat, pembangunan di daerah aliran sungai (DAS), pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan. Kegiatan industri yang tidak ramah lingkungan juga menimbulkan kerusakan lingkungan seperti terjadinya pencemaran baik pencemaran udara, air, tanah, maupun suara. Terjadinya banjir sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan pembangunan yang menutupi daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan. Terjadinya tanah longsor sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan. .

Hal yang memicu dampak negatif tersebut antara lain karena kebutuhan akan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup serta adanya perkembangan teknologi dan persaingan industri secara global. Selain itu faktor yang juga menjadi penyebab utama kerusakan terjadi secara terus menerus adalah ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan karena kurangnya pendidikan dan pengetahuan manusia terhadap pentingnya kualitas lingkungan yang baik dan kelestarian lingkungan alam bagi keberlangsungan hidup manusia. Kondisi seperti ini perlu dikendalikan demi masa depan generasi penerus. Penanggulangan masalah lingkungan harus melalui pemecahan yang menekankan prinsip keberlanjutan (sustainable) yaitu dengan melakukan efisiensi penggunaan sumber daya alam dan menerapkan prinsip etika lingkungan. Hidup selaras dengan alam hanya akan dicapai jika setiap orang memahami prinsip keberlanjutan dan melaksanakan etika lingkungan.

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat merubah sikap dan perilaku, berkembangnya pola pikir, wawasan serta lebih memudahkan menyerap informasi yang bersifat membawa perkembangan dan kemajuan. Dengan memberikan pendidikan lingkungan pada anak maka diharapkan akan dapat memperbaiki kondisi lingkungan dalam jangka panjang, karena rasa ingin tahu merupakan kondisi emosional yang baik dari anak. Ada dorongan pada anak untuk mengeksplorasi dan belajar hal-hal yang baru tentang objek-objek disekitarnya serta kejadian mekanika yang ada disekitarnya. Pengetahuan tersebut kemudian ditiru dan dijadikan kebiasaan sehingga anak-anak menjadi sasaran yang tepat


(17)

dalam mengenalkan pentingnya menjaga dan peduli terhadap lingkungan. Guna mengakomodasi kegiatan pemberian pendidikan dan pengetahuan lingkungan pada anak, maka dilakukan perancangan taman sebagai salah satu bentuk sarana edukasi lingkungan secara fisik.

Kawasan Situ Cikaret seluas 20,4 ha di Kota Cibinong merupakan area terbuka dengan lokasi yang strategis dimana situ tersebut dikelilingi oleh permukiman, perkantoran, dan sarana lain. Letak situ Cikaret juga mudah untuk dicapai karena tepat berada di tepi jalan utama, selain itu Situ Cikaret juga memiliki sempadan yang cukup lebar yaitu berselang dari 3m - 50m. Kondisi tersebut membuat masyarakat sekitar sering berkunjung ke situ Cikaret sebagai sarana rekreasi sehingga Situ Cikaret berpotensi untuk dikembangkan menjadi taman yang dapat mengakomodasi kegiatan pemberian pendidikan lingkungan. Untuk mendukung maksud pendidikan lingkungan ini perlu disusun suatu rancangan taman edukasi lingkungan di kawasan Situ Cikaret Cibinong, Kabupaten Bogor tersebut.

1.2 Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyusun rancangan taman yang dapat meningkatkan kesadaran lingkungan anak-anak. Tujuan khusus dari studi ini adalah:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan kendala untuk pengembangan tapak.

2. Mengidentifikasi berbagai aktifitas bermain yang dapat memberikan edukasi lingkungan terutama untuk anak-anak.

3. Menganalisis peluang-peluang aktivitas bermain pada tapak.

4. Merancang taman yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kepedulian anak-anak terhadap lingkungan.

1.3 Manfaat

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat, yaitu: 1. Menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten

Bogor dalam pemanfaatan ruang terbuka.

2. Meningkatkan pengetahuan lingkungan masyarakat, khususnya anak-anak. 3. Menyediakan taman yang fungsional, edukatif dan nyaman bagi masyarakat

Kabupaten Bogor. 1.4 Kerangka Pikir

Adanya pencemaran lingkungan dan ekploitasi lingkungan merupakan akibat dari perilaku masyarakat yang tidak memahami pentingnya kualitas lingkungan hidup. Kedua hal tersebut menyebabkan kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi dapat diperbaiki antara lain dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai lingkungan yaitu dengan pemberian edukasi lingkungan. Guna memberikan dampak yang nyata pada kelestarian lingkungan, pemberian edukasi dilakukan dimulai dari anak-anak karena lebih mudah menyerap pengetahuan baru yang diajarkan dibandingkan dengan orang dewasa. Situ Cikaret yang merupakan objek rekreasi masyarakat disekitarnya memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi taman edukasi lingkungan. Dalam perancangan taman tersebut memperhatikan aspek potensi serta


(18)

kendala dari kawasan Situ Cikaret. Gambar 1 memperlihatkan alur pikir penyusunan taman bermain ini.

Gambar 1 Diagram alur kerangka pikir Perilaku manusia

Pencemaran lingkungan

Kerusakan lingkungan

Rancangan Taman Edukasi Lingkunganuntuk Anak-anak di Situ Cikaret Cibinong Bogor Eksploitasi lingkungan Situ Cikaret Perlu edukasi lingkungan yang rekreatif bagi masyarakat terutama anak-anak dalam bentuk kawasan taman bermain Potensi pengembangan Kendala pengembangan Area Daratan Area Perairan

Rencana kawasan bermain

Aktivitas pendukung non-edukatif dan pelayanan Aktivitas edukatif Fasilitas pendukung Fasilitas edukatif Fasilitas pelayanan

Sub kawasan rekreasi non-edukatif Sub kawasan

rekreasi edukatif


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permasalahan Kualitas Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedungsekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar. Lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang berperan dalam membentuk kepribadian seseorang.

Secara khusus, istilah lingkungan hidup sering digunakan untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi. Adapun berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Unsur Hayati (Biotik)

Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.

2. Unsur Sosial Budaya

Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.

3. Unsur Fisik (Abiotik)

Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi.

Lingkungan semakin hari semakin terancam kelestariannya, berbeda dengan masa lampau, dimana lingkungan alam masih terpelihara dengan baik. Kelestarian lingkungan masa lampau karena adanya kepercayaan, penalaran akal sehat, dan pertimbangan ekonomis. Tidak hanya kelestarian lingkungan alami harus dijaga, tetapi lingkungan binaan manusia dapat berdampingan dengan alam dalam keseimbangan (Budiharjo 2006).

Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia dan karena faktor alam. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air,


(20)

tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri, terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan, terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.

Adapula beberapa perilaku manusia yang secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:

a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan). b. Perburuan liar.

c. Merusak hutan bakau.

d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman. e. Pembuangan sampah di sembarang tempat. f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).

g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

2.2 Edukasi Lingkungan untuk Anak-anak 2.2.1 Edukasi Lingkungan

Edukasi lingkungan merupakan perpaduan antara lingkungan dengan pendidikan. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan (Hasbullah 1999). Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalani oleh seseorang atau kelompok orang agar mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi dalam arti mental. Pendidikan berperan dalam proses pembentukan kecakapan secara emosional dan intelektual. Seiring berkembangnya zaman, istilah pendidikan juga ikut mengalami perkembangan (Hasbullah 1999). Edukasi lingkungan ialah pendidikan mengenai lingkungan, dari lingkungan, dan untuk lingkungan. Lingkungan sebagai sarana edukasi tidak hanya berguna dalam fungsi tetapi juga menyenangkan dalam estetika. Edukasi lingkungan berarti proses edukasi mencakup hubungan manusia dengan alam serta lingkungan buatan manusia itu sendiri (Trivedi 2008). UNESCO mengemukakan bahwa pendidikan lingkungan adalah proses pengenalan nilai-nilai dan pemahaman konsep-konsep guna mengembangkan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk saling memahami dan menghargai antar manusia, budaya, dan lingkungan biofisik disekelilingnya. Tidak hanya itu, edukasi lingkungan juga membangun perilaku peduli lingkungan terutama mengenai isu-isu yang berkaitan dengan kualitas lingkungan (Trivendi 2008).

Dewasa ini edukasi lingkungan dapat memberi pengajaran yang dapat merubah perilaku menjadi perilaku yang bertanggungjawab terhadap lingkungan, perubahan pribadi dan sosial yaitu meningkatkan emansipasi (Johnson dan Mappin 2005). Manfaat positif dari edukasi lingkungan tersebut akan lebih baik jika diterapkan sejak dini. Anak-anak cenderung lebih mudah menyerap pengetahuan


(21)

baru yang diajarkan dibandingkan dengan orang dewasa. Oleh karena itu istilah edukasi lingkungan tidak terlepas dari kata anak-anak.

Gambar 2 Kegiatan terkait lingkungan (Sumber: www.playscapes.com)

2.2.2 Anak-anak

Istilah anak-anak yang digunakan dimaksudkan menggambarkan anak pada rentang usia 3 hingga 12 tahun. Masa pertumbuhan dari usia 3 hingga 12 tahun terbagi dalam dua masa. Usia 3 hingga 6 tahun termasuk dalam masa kanak-kanak, dikenal juga dengan istilah masa prasekolah. Masa kanak-kanak kedua, yaitu pada rentang usia 6 hingga 12 tahun, dikenal sebagai masa sekolah. Pada masa sekolah anak-anak telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang ada di lingkungannya.

Masa prasekolah adalah masa belajar, tetapi bukan dalam dunia 2 dimensi (pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia nyata. Sering dikatakan bahwa masa prasekolah merupakan waktu untuk bermain. Menurut Frank dan Theresa Caplan dalam Hawadi (2001), waktu bermain merupakan sarana pertumbuhan. Pada tahun-tahun pertama kehidupannya, anak membutuhkan bermain sebagai sarana untuk tumbuh dalam lingkungan budaya dan kesiapannya dalam belajar formal.


(22)

Menurut Hawadi (2001) dari masa bayi berakhir hingga usia 13 tahun termasuk dalam masa kanak-kanak awal. Masa ini merupakan masa yang penuh dengan persoalan bagi orang tua disebabkan anak sudah mulai ingin menunjukkan kebebasannya sebagai individu. Adapula beberapa nama yang diberikan untuk masa ini adalah:

Preschool age yang menunjukkan bahwa harapan dan tekanan yang diharapkan pada masa ini sangat berbeda dari yang nanti anak alami saat masuk sekolah.

Pregang age menunjukkan bahwa pada istilah, dimana anak mulai belajar pada hal-hal yang bersangkutan dengan perilaku sosialnya kelak.

Exploratory age menunjukkan pada minat yang besar dari anak untuk bertanya apa saja yang ada di sekitarnya.

Imitative age menunjukkan pada kecenderungan anak untuk mengikuti cara bicara atau perilaku apa saja yang ada di sekitarnya.

Creative age menunjuk pada setiap anak yang tampak lebih kreatif.

Pada tahap ini perkembangan emosi anak yang muncul bercirikan temperamen marah yang diikuti dengan rasa takut dan marah yang tidak jelas karena cemburu. Karakteristik emosional yang muncul lebih disebabkan karena faktor karena faktor psikologis daripada faktor fisiologis. Misalnya, karena mereka beranggapan bisa melakukan banyak dari apa yang dibatasi oleh orang tuanya. Namun, mereka pada akhirnya menjadi marah karena keterbatasan yang ada dan tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Hal ini terjadi karena rasa ingin tahu anak yang besar terhadap sesuatu dimana mereka ingin mencoba mengalami dan mengekspresikannya (Hawadi 2001).

Perkembangan moral pada anak masih bergantung pada orang lain. Perilaku yang diterampilkan tanpa dipikirkan dahulu. Disiplin yang ditanamkan orang tua sangat membantu anak dalam mengembangkan moral yang baik pada tahap selanjutnya (Hawadi 2001).

2.3 Taman Edukatif

Taman merupakan area publik atau privat yang dapat digunakan untuk rekreasi, edukasi, relaksasi, pengetahuan budaya, atau untuk preservasi ruang terbuka. Namun, fungsi yang umum adalah sebagai area rekreasi aktif. Taman berguna juga sebagai ornamen lanskap perkotaan, sehingga memberikan nilai estetika lebih (Gallion dan Eisner 1994). Penggunaan taman terbatas namun, memiliki bentuk yang fleksibel. Pengembangan taman lebih diarahkan pada penggunaan bahan alami semaksimal mungkin dan meminimalkan penggunaan konstruksi (buatan). Taman dimanfaatkan sebagai area untuk relaksasi, merenung, bermeditasi, bersantai, tidur, bermain, maupun untuk tempat bersosialisasi. Ruang atau area pada taman dikembangkan sebagai area pertemuan manusia dengan alam, dimana masing-masing saling melakukan penyesuaian (Eckbo 1964).

Menurut Eckbo (1964) setiap jenis taman memiliki kriteria ukuran yang berbeda meliputi: neighborhood park (taman ketetanggaan) dengan luas 5 hingga 10 hektar; community dan district park sebesar 10 hingga 50 hektar; city and regional park, wilderness areas, dan hutan konservasidengan luas ratusan hingga ribuah hektar; serta state dan national park yang memiliki luas ribuan hektar.


(23)

Taman edukatif merupakan suatu sarana atau wahana atau media bagi anak-anak usia sekolah dasar untuk, secara intrinsik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang keilmuan atau sains sehingga pada akhirnya memiliki motivasi yang tinggi untuk mempelajarinya. Taman edukatif berbasis pada kegiatan bermain bukan kegiatan belajar. Jadi, pada dasarnya anak dibiarkan untuk bermain, tetapi, karena pada setiap alat permainan selalu dimuati dengan sains, maka pada akhirnya anak-anak tersebut juga belajar sains. Taman edukatif cocok diberikan kepada anak-anak dengan waktu yang tidak terikat oleh pembelajaran formal, sehingga sangat cocok dijadikan sebagai sarana pembelajaran suplemen. Namun, jika pemberiannya dilakukan pada pembelajaran formal, maka taman edukatif dapat berfungsi sebagai variasi pembelajaran (Rokhmat 2006).

2.4 Perancangan Taman

Perancangan termasuk sebagai kegiatan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan prosedur penghasil karya seni (Eckbo 1964). Perancangan atau desain merupakan serangkaian proses yang bertujuan menghasilkan suatu produk. Perancangan mencakup semua pengambilan keputusan mulai dari pemilihan material, elemen, warna, hingga tata letak. Setiap kegiatan perancangan harus memperhatikan bentuk dan dapat dipahami semua kalangan. Oleh karena itu, bangunan, ruang, dan lanskap sekitar selalu terkait satu dengan lainnya dalam proses perancangan (Eckbo 1964).

Menurut Simonds (1983), proses perancangan terdiri dari lima tahap, yaitu commisison, research, analysis, synthesis, construction, dan operation.. Tahap awal dari perancangan adalah commision (pemberian tugas), didahului dengan pertemuan awal antara perencana dan klien untuk menentukan keinginan klien, jasa yang akan diberikan, serta syarat-syarat perjanjian. Tahap kedua adalah tahap research (pengumpulan data) untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melakukan survey, pengumpulan data, wawancara, observasi dan pengabadian kondisi tapak. Tahap yang dilakukan setelah research adalah tahap analysis (analisis) yang meliputi pekerjaan analisis tapak, peninjauan peraturan pemerintah, hambatan, kemungkinan program pembangunan berdasarkan peta dasar dan data lainnya untuk memperoleh rencana program atau rencana konsep. Tahap synthesis (sintesis) merupakan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi tapak yang meliputi pembuatan peta-peta skematik, penilaian terhadap tapak, penyesuaian, konsolidasi dan implementasi dari metode yang digunakan. Tahap construction (pelaksanaan) mencakup kegiatan pekerjaan kontrak yang menghasilkan proyek akhir untuk memasuki tahap selanjutnya, yaitu tahap operation. Tahap operation (pemeliharaan) meliputi kunjungan secara periodik, penyesuasian dan perbaikan, observasi terhadap penampakan, serta evaluasi (Simonds 1983).

Hal penting dari perancangan taman selain dari proses adalah prinsip-prinsip dalam perancangan. Prinsip perancangan taman tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam membuat rancangan taman yang baik. Sebagaimana tercantum

dalam buku “From Concept to Form” karya Grant W. Reid, prinsip dalam


(24)

1. Unity

Unity yang berarti kesatuan merupakan prinsip desain dimana elemen-elemen yang terpisah dan berbeda disatukan untuk mengkreasikan keseluruhan komposisi dari desain. Unity adalah kualitas dari kesatuan dan keselarasan yang tercapai melalui penataan berbagai macam elemen lanskap di dalam tema keseluruhan. Unity dapat dicapai melalui pengulangan garis, bentuk, tektur, maupun warna. Contoh penggunaan unity pada taman dapat dilihat pada gambar , dimana pada gambar atas menunjukkan elemen air sebagai elemen yang berfungsi sebagai unity, sedangkan pada gambar bawah tanaman semak menjadi unity dengan tanaman-tanaman lain.

Gambar 3 Contoh penerapan prinsip unity pada elemen taman (Sumber: Reid 1993)

2. Harmony

Harmoni adalah suatu keadaan dimana kesesuaian tercapai antara elemen-elemen dengan keadaan disekelilingnya. Elemen yang dapat berbaur, menyatu, dan sesuai satu dan lainnya merupakan rancangan yang telah mencapai prinsip keharmonisan.

Gambar 4 Prinsip harmoni dari ragam warna dan vegetasi (Sumber: www.google.com/images)


(25)

3. Interest

Interest adalah rasa keingintahuan atau daya tarik. Prinsip ini merupakan aspek penting dari kepuasan estetik dan keberhasilan suatu rancangan. Interest tercapai dengan memanfaatkan variasi bentuk, ukuran, tektur, warna, perbedaan arah, gerakan, suara, atau pencahayaan. Penggunaan elemen yang unik dan mengejutkan dapat menekankan interest pada taman (Gambar 5).

4. Simplicity (kesederhanaan)

Simplicity merupakan hasil dari tindakan mengurangi atau eliminasi segala sesuatu yang tidak esensial. Prinsip desain ini dapat menciptakan perasaan nyaman (Gambar 6) dari suatu lanskap namun penerapan prinsip ini harus dilakukan dengan hati-hati karena jika dilakukan dengan berlebihan dan tanpa kontrol yang kuat maka prinsip simplicity akan menghasilkan kemonotonan.

5. Emphasis

Empasis atau dominansi adalah bagian penting atau signifikan dari elemen pada suatu lanskap. Empasis memerlukan organisasi yang terfokus pada daya tari, pengaruh, atau kekuatan dari satu elemen atau zona yang lebih dari sekelilingnya.

Gambar 5 Area bermain anak sebagai interest suatu taman (Sumber: www.google.com/images)

Gambar 6 Desain taman yang menggunakan prinsip simplicity (Sumber: www.google.com/images)


(26)

Gambar 7 Contoh prinsip emphasis (Sumber: Reid, 1993)

6. Balance (keseimbangan)

Terdapat tiga jenis keseimbangan yaitu keseimbangan simetrik, asimetrik, dan proksimal. Keseimbangan simetrik adalah keseimbangan yang ada pada taman-taman formal dimana sisi yang satu merupakan cerminan dari sisi yang lain. Keseimbangan asimetrik adalah keseimbangan informal dimana dengan komposisi antar sisi sama namun dengan penggunaan material yang berbeda. Keseimbangan proksimal sama seperti keseimbangan asimetrik tetapi pendistribusiannya lebih jauh dan dalam.

Gambar 8 Penggunaan prinsip balance pada taman (sumber: Reid, 1993)

7. Scale and proportion

Scale (skala) merupakan perbandingan tinggi, lebar, luas, massa, dan volume. Scale dapat membandingkan antara satu elemen dengan elemen lainnya atau antara elemen dan ruang yang ditempati, hubungan antara pola dalam suatu lanskap termasuk hubungan vertikal dan horizontal yang ada.


(27)

Gambar 9 Implementasi prinsip skala (sumber: Reid, 1993)

8. Sequence

Berhubungan dengan pergerakan, sequence merupakan serangkaian ruang dan event yang saling terhubung.


(28)

BAB III

KONDISI UMUM KECAMATAN CIBINONG

3.1 Kondisi Geografis dan Administratif

Kabupaten Bogor secara geografis terletak antara 6°19’-6°47’ LS dan

106°1’-107°1’ BT. Cibinong merupakan suatu kecamatan yang termasuk dalam

wilayah Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Cibinong juga merupakan pusat administrasi dan pemerintahan Kabupaten Bogor.

Kecamatan Cibinong memiliki 12 kelurahan, yaitu Kelurahan Cibinong, Kelurahan Cimekar, Kelurahan Ciriung, Kelurahan Harapanjaya, Kelurahan Karadenan, Kelurahan Nanggewer Mekar, Kelurahan Nanggewer, Kelurahan Pabuaran, Kelurahan Pakansari, Kelurahan Pondok Rajeg, Kelurahan Sukahati, dan Kelurahan Tengah. Kecamatan Cibinong terletak pada ketinggian 120-140 meter diatas permukaan laut. Kecamatan dengan slogan Berbudaya, Ekonomis, Dinamis, dan Agamis (BEDA) ini memiliki luas 4.243 hektar dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kota Depok

Sebelah Selatan : Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Babakan Madang Sebelah Barat : Kecamatan Bojonggede

Sebelah Timur : Kecamatan Citeureup

Letak Kabupaten Cibinong secara administratif ditunjukkan pada Gambar 11.

3.2 Demografi

Hingga saat ini jumlah penduduk di Cibinong mencapai sekitar 287.581 jiwa dan terus bertambah dengan kepadatan 826 jiwa/km2. Data jumlah penduduk yang tersebar di tiap kelurahan dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah penduduk Cibinong tumbuh pesat dengan tambahan sekitar 11.000 pegawai pemerintah daerah dan instansi-instansi lain yang pindah mengikuti kantornya. Cibinong kini menjadi tempat bermukim dari sekitar 50.000 pegawai pemerintah dan swasta, sebagian adalah kaum penglaju/komuter yang bekerja di tempat-tempat lain seperti Jakarta, Bogor, dan Depok. Adanya perkembangan pesat dalam bidang ekonomi menjadi salah satu pendorong peningkatan jumlah penduduk. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor tercatat jumlah penduduk tertinggi berdasarkan usia adalah penduduk dengan rentang usia 50 tahun keatas, sedangkan jumlah anak-anak yang berpotensi sebagai pengunjung taman edukasi lingkungan adalah sebanyak 27.450 jiwa untuk anak usia 5-9 tahun dan anak usia 10-14 tahun sebanyak 25.710 jiwa (Tabel 2). Jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan, sebanyak 16.293 jiwa bekerja pada bidang industri dan sebanyak 13.285 jiwa termasuk dalam kategori lainnya, yaitu bekerja sebagai pegawai pemerintahan, bidang kesehatan, pedagang, dan wiraswastawan (Tabel 3).


(29)

(30)

Tabel 1 Jumlah dan kepadatan penduduk tiap kelurahan tahun 2010 (Sumber: BMKG)

No Kelurahan Jumlah penduduk

(jiwa) Luas (km

2) Kepadatan

(jiwa/ km2)

1. Karadenan 17.866 404,00 44 2. Nanggewer 25.775 446,49 58 3. Nanggewer Mekar 14.885 252,60 59 4. Cibinong 23.896 471,24 51 5. Pakansari 30.093 720,78 42 6. Sukahati 22.186 469,00 47 7. Tengah 9.895 325,80 30 8. Pondok Rajeg 15.169 200,75 76 9. Harapanjaya 20.626 179,45 115 10. Pabuaran 68.757 425,00 162 11. Cirimekar 12.627 171,81 73 12. Ciriung 25.806 372,14 69

13. Jumlah 287.581 4.439 826

Tabel 2 Jumlah penduduk menurut rentang usia tahun 2010 (Sumber: BMKG)

No. Rentang usia (tahun) Jumlah

Jiwa %

1. 0 – 4 32.675 12,26 2. 5 – 9 27.450 10,30 3. 10 – 14 25.710 9,65 4. 15 – 19 26.550 9.96 5. 20 – 24 23.892 8,96 6. 25 – 29 22.992 8,62 7. 30 – 34 23.167 8,69 8. 35 – 39 21.571 8,09 9. 40 – 44 18.116 6,80 10. 45 – 49 13.154 4,94

11. >50 31.241 11,72

12. Jumlah 266.518 100

Tabel 3 Jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan tahun 2010 (Sumber: BMKG)

No. Jenis pekerjaan Jumlah

Jiwa %

1. Pertanian 2.861 6,450 2. Pertambangan dan penggalian 2 0,004 3. Industri 16.293 36,750 4. Listrik / gas / air 9 0,020 5. Konstruksi 1.889 4,260 6. Perdagangan hotel dan restoran 6.539 14,750

7. Angkutan 3.243 7,310

8. Lembaga keuangan lainnya 13 0,029

9. Jasa-jasa 203 0,460

10. Lainnya 13.285 29,960


(31)

3.3 Aksesibilitas

Keuntungan dari Kecamatan Cibinong adalah lokasinya yang dekat dengan tol Jagorawi yang merupakan akses transportasi menuju ke Jakarta. Saat ini Pemkab Bogor telah membuka akses ke berbagai tempat seperti jalan lingkar GOR yang menghubungkan jalan Raya Bogor ke kawasan GOR Cibinong di Pakansari hingga jalan Tegar Beriman. Jalan Tegar Beriman terhubung dengan Jalan Raya Parung melalui Bojong Gede dengan jalan Pemda Bambu Kuning yang menghubungkan Tegar beriman-Bojong Gede. Selain itu jalan Tegar Beriman telah dihubungkan ke tol Jagorawi melalui pintu tol Citereup dan ada akses BORR (Bogor Outer Ring Road) yang menghubungkan Cibinong dengan Kota Bogor. Jalur-jalur tersebut dapat dilihat pada peta sirkulasi (Gambar 12). Pemerintah Kabupaten Bogor juga akan membangun jalan Poros Tengah-Timur yang menghubungkan Cibinong ke Bekasi (Delta Mas) dan Cianjur. Jalan poros Tengah-Timur dimulai dari Sirkuit Sentul. Adanya pembangunan infrastruktur tersebut mendukung pembangunan perekonomian masyarakat Cibinong.


(32)

3.4 Tata Guna Lahan

Berdasarkan data dari Bappeda tercatat bahwa tata guna lahan Kecamatan Cibinong terdiri dari tiga jenis, yaitu kawasan pemukiman (hunian padat), kawasan industri, dan zona industri. Pada Gambar 13 terlihat bahwa Kelurahan Cibinong didominasi oleh kawasan pemukiman hingga mencapai 90%. Kawasan industri hanya terdapat di Desa Nanggewer dan Kelurahan Nanggewwermekar. Sedangkan zona industri terkonsentrasi pada Kelurahan Cimekar dan Kelurahan Cibinong dan berbatasan dengan Sungai Cikeas. Terdapat juga beberapa kawasan situ yaitu Situ Cibuntu di Kelurahan Cibinong, Situ Citatah di Kelurahan Cirimekar, dan Situ Cikaret di Kelurahan Harapanjaya.


(33)

3.5 Rencana Tata Ruang Wilayah

Berdasarkan Perda Nomor 19 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bogor, Cibinong adalah salah satu dari enam kecamatan yang berkembang pesat menjadi kawasan perkotaan. Mengacu pada Perda RTRW tersebut disusun Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) Kota Cibinong, tahun 2005-2015. Pengembangan Cibinong ditujukan sebagai simbiosis mutualisme antara Kota Depok, Kota Bogor, dan Cibinong.

Pengembangan Cibinong tersebut mengusung konsep Cibinong Raya yang akan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Cibinong Raya dibagi menjadi beberapa zona, diantaranya zona CBD (Central Bisnis District), pemukiman, pemerintahan, wisata, dan lainnya dengan tetap berwawasan lingkungan. Pembagian zona tersebut disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor.

Cibinong Raya dirancang sebagai sentra rumah kelas menengah. Saat ini ada sekitar 20 perumahan yang sedang dipasarkan. Hal ini terjadi karena permintaan rumah yang meningkat seiring dengan dibukanya akses jalan. Melalui Peraturan Bupati No.83/2009 tentang Pedoman Operasional Pemanfaatan Ruang, yang dapat dibangun di Cibinong hanya rumah dengan kaveling minimal 84 m2. Tujuan peraturan tersebut agar kota tidak menjadi terlalu padat.


(34)

BAB IV

METODOLOGI

4.1.Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Situ Cikaret, Cibinong Bogor. Peta lokasi penelitian untuk perancangan taman ini dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan letak

geografis, Situ Cikaret berada pada koordinat 6°27’57”LU - 6°28’35”LU dan

106°50’41”BT - 106°49’50”BT. Lokasi Situ Cikaret secara administratif termasuk

dalam wilayah Kelurahan Harapanjaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan Harapan Jaya berjarak sekitar 0,5 km dari Ibukota Kabupaten Bogor. Berdasarkan data dari Dinas Binamarga dan Pengairan Kabupaten Bogor, Situ Cikaret memiliki luas 16,9 ha. Penelitian untuk penyusunan rancangan taman bermain ini dilakukan mulai dari bulan Maret 2012 hingga bulan Agustus 2012.


(35)

4.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini terdiri dari alat untuk kegiatan pengambilan data tapak dan untuk pengolahan data (Tabel 4).

Tabel 4 Alat dan Bahan

Alat Fungsi

 Rol meter

 GPS

 Kamera digital

Software AutoCAD

Google Sketchup

Photoshop CS5

 Alat gambar manual

 Mengambil ukuran

 Mendapatkan kontur

 Gambar kondisi tapak Pengolahan data

Bahan Fungsi

 Daftar pertanyaan wawancara

 Daftar kuisioner

 Peta

Mengetahui persepsi masyarakat Pengolahan data

4.3 Metode Perancangan

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terhadap edukasi anak, terutama edukasi terhadap lingkungan serta mengutamakan kebutuhan, keamanan, dan kenyamanan anak-anak untuk bermain atau beraktifitas. Data yang digunakan adalah data primer yang didapatkan dari kegiatan di lapang dan data sekunder yang bersumber dari berbagai pustaka dan laporan. Kegiatan penelitian ini terdiri dari kegiatan lapang dan studio. Kegiatan lapang merupakan kegiatan yang bertujuan mendapatkan data melalui pengamatan dan pengukuran tapak, wawancara serta pengisian kuisioner. Kegiatan studio dilakukan setelah kegiatan lapang yang meliputi studi pustaka, pengolahan data, pembuatan rancangan, dan penyusunan laporan akhir.

4.4 Proses dan Tahapan Perancangan

Proses perancangan yang digunakan (Gambar 16) mengacu pada proses perancangan Gold (1980) (Gambar 15).


(36)

Gambar 15 Alur Tahapan Proses Perancangan Gold (1980)

4.4.1 Inventarisasi data

Tahap inventarisasi merupakan tahap pengambilan data. Jenis data yang digunakan adalah data fisik, data biofisik tapak dan data sosial pengguna (Tabel 5). Data tersebut diperoleh melalui survei lapang, wawancara langsung dengan user dan orang-orang terkait, serta studi pustaka untuk mendapatkan data dan informasi sekunder sebagai penunjang data primer.

Tabel 5 Jenis, bentuk, dan sumber data

4.4.2 Analisis dan Sintesis

Analisis dilakukan pada data hasil inventarisasi tapak sehingga didapatkan potensi dan amenity yang dapat dikembangkan serta diketahui kendala dan danger signal yang harus diatasi. Analisis dilakukan terhadap tiga jenis data yaitu data tapak, pengguna, dan pendukung. Analisis data akan menghasilkan lokasi yang


(37)

dapat digunakan dan aktivitas yang dapat dilakukan sesuai dengan fungsi pengembangan.

Metode yang digunakan dalam melakukan analisis adalah metode analisis kesesuaian lahan dan analisis deskriptif. Analisis kesesuaian lahan mengacu pada standar atau kriteria perancangan taman yang sesuai dengan tujuan rekreasi, yaitu sebagai taman edukasi lingkungan bagi anak-anak (Tabel 6). Analisis deskriptif dilakukan pada data pengguna dan pendukung untuk menganalisis kebutuhan rekreasi. Hasil analisis data kemudian disintesis untuk menyusun alternatif terbaik dalam pemecahan masalah yang menghasilkan tata ruang yang kemudian dikembangkan menjadi rancangan.

4.4.3 Perancangan Taman

Awal dari perancangan dimulai dengan penentuan konsep rancangan untuk mengarahkan detil teknis rancangan. Konsep disusun berdasarkan hasil analisis dan sintesis yang meliputi konsep rancangan total dan konsep bermain dengan tema lingkungan. Pengembangan konsep terdiri dari konsep ruang, konsep sirkulasi, dan konsep elemen.

Tahap perancangan merupakan tahap dimana konsep yang telah disusun kemudian dikembangkan lebih terperinci menjadi bentuk rancangan ruang, penggunaan elemen taman yang meliputi fasilitas, aktivitas, jalur sirkulasi, dan vegetasi serta mengikuti prinsip desain sehingga menghasilkan gambaran spesifik mengenai pengembangan tapak.

4.5 Produk Akhir

Produk akhir dari kegiatan penelitian ini adalah berupa gambar arsitektural hasil perancangan taman edukasi lingkungan yang terdiri dari :

 Gambar teknis a. Block plan b. Rancangan tapak c. Rancangan sirkulasi d. Rancangan tata hijau e. Detil fasilitas

 Gambar ilustrasi a. Gambar tampak b. Gambar perspektif


(38)

TAHAPAN KELUARAN

Gambar 16 Diagram alur kegiatan perancangan taman edukasi lingkungan INVENTARISASI

DATA

PERANCANGAN TAMAN

- Peta kesesuaian tapak Situ Cikaret sebagai taman edukasi - Peta dasar Situ Cikaret

- Peta tematik aspek fisik dan biofisik

- Perilaku pengguna

- Gambar teknis: a. Block plan

b. Rancangan taman c. Rancangan sirkulasi d. Rancangan tata hijau e. Detil fasilitas

- Gambar ilustrasi a. Gambar tampak b. Gambar potongan ANALISIS

KONSEP

- Konsep rancangan total - Konsep bermain

- Konsep ruang - Konsep sirkulasi - Konsep vegetasi


(39)

Tabel 6 Kriteria kesesuaian lahan (USDA 1968 dalam Hardjowigeno 2007)

Tujuan Faktor

Kelas kesesuaian lahan

Baik Sedang Buruk

Taman bermain

Lereng 0% - 2% 2% - 6% >6%

Tekstur tanah*

Lp, lph, lpsh, l, ld

Lli, llip, llid, pl

Lip, lid, li, p, tanah organic

Drainase tanah

Cepat, agak cepat, baik, agak baik. air

tanah > 75 cm

Agak baik, agak jelek. Air tanah >

50 cm

Agak jelek – sangat jelek.

Air tanah < 50 cm

Bahaya banjir Tidak pernah Setahun sekali

Lebih dari setahun sekali Permeabilitas Sangat cepat,

cepat sedang

Agak lambat,

lambat Sangat lambat

Tempat berkemah

Lereng 0-8% 8-15% >15%

Tekstur tanah*

Lp, lph, lpsh,l, ld

Lli, llip, llid,

pl, p Lip, lid

Drainase tanah

Cepat, agak cepat, baik, agak baik. air

tanah > 75 cm

Agak baik, agak jelek. Air tanah >

50 cm

Agak jelek – sangat jelek.

Air tanah < 50 cm

Permeabilitas Sangat cepat, cepat sedang

Agak lambat,

lambat Sangat lambat

Tempat piknik

Lereng 0-8% 8-15% >15%

Tekstur tanah*

Lp, lph, lpsh,l, ld

Lli, llip, llid,

pl, p Lip, lid, li

Drainase tanah

Cepat, agak cepat, baik, agak baik. air

tanah > 50 cm

Agak baik, agak jelek. Air tanah <

50 cm

Agak jelek – sangat jelek.

Air tanah < 50 cm sampai

dekat permukaan


(40)

BAB V

DATA DAN ANALISIS

5.1 Sumberdaya dan Potensi Tapak

Situ Cikaret secara geografis terletak pada 6°28’ LS dan 106°50’ BT dengan

ketinggian 125 meter dari permukaan laut. Lokasi Situ Cikaret secara administratif termasuk dalam wilayah Kelurahan Harapanjaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan Harapan Jaya berjarak sekitar 0,5 km dari Ibukota Kabupaten Bogor. Berdasarkan data dari Dinas Binamarga dan Pengairan Kabupaten Bogor, Situ Cikaret memiliki luas 20,4ha.

5.1.1 Lanskap

Lokasi penelitian di Situ Cikaret ini terdiri dari area berupa daratan dan perairan dengan luas masing-masing area sebesar 4,3 ha dan 16,9 ha. Area daratan terbagi menjadi dua tapak, utara dan selatan, terpisahkan oleh situ. Tapak daratan yang luas menjadi potensi bermain anak dengan beragam permainan yang dapat dikembangkan. Untuk merangsang anak-anak bermain maka area bermain harus berada pada satu area yang sama dengan lokasi permainan yang saling berhubungan.

Selain potensi bermain di darat, dengan kondisi saat ini, bagian tertentu dari badan air juga dapat dijadikan area bermain. Namun area perairan perlu dibatasi guna menjaga keamanan anak-anak karena pengawasan terhadap anak-anak akan sulit dilakukan pada area yang luas. Area perairan dibatasi dari 16,9 ha menjadi seluas 2.7 ha yang berada tepat diantara dua tapak daratan (Gambar 16). Badan air di antara kedua tapak tersebut memiliki kedalaman air yang dangkal dan dan dasar danau pada lokasi yang berbatasan dengan daratan memiliki kemiringan landai. Kecepatan arus lambat sehingga aman bagi anak-anak untuk bermain di air seperti menaiki perahu (Gambar 17). Namun, pada beberapa lokasi, darat dan air terpisah dengan ketinggian 1 meter sehingga untuk mencapai air diperlukan suatu transisi. Permukaan transisi ini dapat berupa dek.


(41)

(42)

Jenis tanah pada kawasan Situ Cikaret termasuk dalam jenis tanah latosol seperti jenis tanah di Bogor pada umumnya. Tanah latosol memiliki ciri-ciri antara lain memiliki pH antara 4,7 – 5,5 yang termasuk dalam pH masam. Lapisan atas tanah latosol berwarna coklat tua kemerahan, bertekstur halus dengan struktur berupa gumpal, konsisten keras dan teguh. Berbeda dengan lapisan atas, lapisan bawah tanah latosol berwarna merah tua dengan tekstur halus, namun sama-sama memiliki struktur gumpal dan konsisten teguh. Jenis tanah yang baik untuk area bermain adalah tanah yang memiliki karakter tidak mudah mengembang dan mengerut, tidak berdebu, tidak mengandung banyak batuan, dan tidak peka terhadap erosi serta memiliki drainase yang baik. Tanah yang peka erosi dan memiliki banyak batuan / kerikil dapat membahayakan anak-anak. Tanah latosol cukup memenuhi kriteria jika dijadikan sebagai area bermain anak.

5.1.2 Topografi

Topografi dianalisis dengan cara memetakan zonasi berdasarkan kriteria kemiringan lahan tertentu. Berdasarkan data topografi, daerah Situ Cikaret memiliki kemiringan lahan yang sebagian besar tergolong landai 0%-8%. Area dengan kemiringan landai dapat digunakan untuk aktivitas aktif, dimana dapat dijadikan sebagai area bermain anak-anak, area piknik maupun area berkemah.

Kemiringan lahan 0%-6% baik untuk taman bermain anak dan kemiringan lebih dari 6% tidak baik untuk taman bermain (USDA dalam Hardjowigeno 2007). Hampir semua permainan anak dapat dilakukan di topografi landai ini. Walaupun kemiringan lebih dari 6% tidak baik untuk areal bermain namun dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain seperti untuk rekreasi, tempat berkemah, piknik, dan lintas alam. Topografi pada tepi danau pada beberapa lokasi tergolong miring (kemiringan >15%) sehingga perlu pengaman seperti pagar pengaman atau dilakukan perbaikan level. Kondisi topografi yang miring masih bisa dimanfaatkan sebagai area bermain, seperti dijadikan area bermain seluncur dan memanjat. Secara keseluruhan tapak sesuai untuk jalan setapak dimana membutuhkan kemiringan lahan sebesar 0%-15%, untuk pembuatan jalan dengan kriteria kemiringan lahan yang baik sebesar <8%, maupun untuk pembangunan gedung dimana dapat dibangun hingga kemiringan lahan sebesar 15% (USDA dalam Hardjowigeno 2007).


(43)

Gambar 18 Peta klasifikasi kemiringan lahan

5.1.3 Iklim

Berdasarkan data iklim pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa daerah di Situ Cikaret memiliki suhu yang termasuk ke dalam kategori nyaman optimal dan hangat nyaman, dengan suhu rata-rata termasuk dalam nyaman optimal berdasarkan standar kenyamanan suhu untuk daerah tropis seperti Indonesia yang dibagi menjadi :

 Sejuk nyaman, antara temperatur efektif 20,50C ~ 22,80C  Nyaman optimal, antara temperatur efektif 22,80C ~ 25,80C  Hangat nyaman, antara temperatur efektif 25,80C ~ 27,10C

Kawasan Situ Cikaret memiliki nilai indeks kenyamanan THI sebesar 25. Nilai tersebut termasuk dalam kondisi nyaman ideal bagi manusia. Hasil THI tersebut menunjukkan bahwa anak-anak dapat bermain dengan nyaman. Suhu udara yang terlampau tinggi akan membuat anak-anak cepat merasa lelah, sehingga penting menjaga kondisi THI pada rentang nyaman yaitu 20 – 26. Terlepas dari indeks kenyamanan, pada beberapa lokasi radiasi matahari cukup tinggi sehingga perlu penyaring sinar matahari agar anak-anak dapat bermain dengan optimal. Penyaring sinar matahari tersebut dapat berupa kanopi pohon, shelter, pergola, dan gazebo. Angin berhembus dari selatan ke utara. Oleh karena itu, untuk menjaga kondisi nyaman dan agar angin dapat tersirkulasi dengan baik maka dihindari


(44)

penanaman yang terlalu padat. Selain itu karena kecepatan angin rendah maka tidak diperlukan pemecah angin.

Karena Cibinong termasuk daerah dengan curah hujan tinggi, maka perlu diperhatikan pemilihan material permainan anak, sirkulasi, dan fasilitas pendukung lainnya. Karena aktivitas bermain anak yang aktif maka diperlukan pemilihan paving yang dapat menyerap air dengan cepat dan memiliki tekstur kasar agar anak-anak tidak mudah tergelincir saat bermain serta penggunaan vegetasi yang kuat namun memiliki kanopi yang tidak terlalu padat agar sinar matahari dapat masuk dan membantu pengeringan lahan dibawahnya.

Tabel 7 Data Iklim Cibinong Tahun 2001 - 2011 (sumber: BMKG)

Bulan Suhu (°C) Kelembaban (%) Curah Hujan (mm) THI

Januari 24,6 83,6 305,8 23.8

Februari 24,8 86,3 247 24.1

Maret 25,5 84,4 363,8 24.7

April 25,9 83,1 246,8 25.0

Mei 26,4 82,0 276,8 25.4

Juni 26,1 80,1 170,8 25.1

Juli 26,0 79,2 120,2 24.9

Agustus 26,2 76,6 111,6 25.0

September 25,8 77,7 180 24.6

Oktober 26,5 80,4 195,6 25.5

November 25,7 83,5 288 24.9

Desember 25,8 84,8 227 25.0

Rata-rata 25,9 81,8 227,8 25.0

5.1.4 Vegetasi

Keragaman vegetasi eksisting yang terdapat pada tapak saat ini dapat dilihat Tabel 8. Kawasan Situ Cikaret pada bagian situ sebelah utara tertutupi pohon dengan kepadatan tinggi. Jumlah pohon pada area tersebut perlu dikurangi, jenis yang dikurangi antara lain Samanea saman, Mangifera indica dan jenis yang dihilangkan adalah Garcinia mangostana. Tapak selatan merupakan lahan kosong yang didominasi ilalang serta rerumputan. Area ini sesuai digunakan untuk area bermain karena merupakan area terbuka tidak padat vegetasi pohon sehingga memudahkan dalam rekayasa atau pembuatan sarana bermain, selain itu memudahkan orang tua ketika mengawasi anak bermain.

Terlihat bahwa vegetasi eksisting pada tapak tidak ada yang dapat membahayakan anak-anak namun jumlah dan keragaman vegetasi kurang, sehingga kurang memberikan wawasan mengenai lingkungan dan berkesan tidak menarik. Oleh karena itu diperlukan tambahan jenis vegetasi yang dapat menarik perhatian anak-anak sehingga dapat mengenal keragaman hayati. Penggunaan jenis-jenis vegetasi pada taman anak harus memperhatikan hal berikut: tanaman menarik bagi anak-anak dan tidak berbahaya untuk lingkungan mereka, seperti tidak beracun atau


(45)

memiliki bagian yang mengandung racun maupun tidak memiliki bagian tanaman yang berbahaya seperti duri atau tepi yang tajam. Beberapa tanaman yang beracun jika dimakan antara lain caladium, hydrangea, lantana, dan philodendron. Guna menarik perhatian anak-anak digunakan tanaman yang memiliki warna cerah, perilaku yang unik, buah, bunga, atau bagian yang dapat digunakan sebagai alat bermain dan berkreasi (Tai 2006). Untuk memanfaatkan vegetasi sebagai sarana bermain anak maka perlu diperhatikan bahwa pohon yang dipilih berupa pohon pendek hingga sedang dengan dahan yang kuat. Fungsi vegetasi lain yang diperlukan pada tapak adalah vegetasi untuk konservasi. Karena tapak merupakan danau maka perlu ada vegetasi yang dapat menahan erosi.

Tabel 8 Daftar vegetasi di sempadan Situ Cikaret

Nama ilmiah Nama lokal Famili Jenis

Samanea saman Ki hujan Fabaceae Pohon

Terminalia catappa Ketapang Combretaceae Pohon Mangifera indica Mangga Anacardiaceae Pohon buah

Cocos nucifera Kelapa Arecaceae Pohon buah

Artocarpus altilis Sukun Moraceae Pohon buah Artocarpus

heterophyllus

Nangka Moraceae Pohon buah

Garcinia mangostana Manggis Clusiaceae Pohon buah Swietenia macrophylla Mahoni Meliaceae Pohon

Hibiscus tiliaceus Waru Malvaceae Pohon

Acalypha macrophyla Teh-tehan Euphorbiaceae Semak Imperata cylindrica Ilalang Poaceae Semak

Axonopus compressus Rumput gajah Poaceae Ground cover

5.1.5 Satwa

Sebagaimana situ pada umumnya, di dalam Situ Cikaret juga terdapat berbagai jenis ikan. Kawasan Situ Cikaret ini cukup terkenal sebagai area memancing karena memiliki cukup banyak ikan. Namun belakangan terjadi penurunan populasi hewan air tersebut. Beberapa jenis ikan yang diketahui ada di Situ Cikaret antara lain mujair (Oreachromis mossambicus), tambakan (Helostoma temmincki), gabus (Opiocephalus striatus), belut (Monopterus albus), tawes (Puntius Javanicus), lele (Clarias batrachus), sepat (Trichogaster trichopterus), gurame (Osphronemus gouramy), betutu (Oxyeleotris marmorata), belida (Notopterus sp.), nilem (Osteochilus hasselti), dan nila (Oreochromis niloticus). Selain satwa air terdapat juga satwa darat seperti kadal dan beberapa jenis serangga. Ragam satwa yang ada di Situ Cikaret perlu ditingkatkan, seperti menarik kupu-kupu, capung, hingga kodok. Karena satwa tidak terlepas dari vegetasi, maka untuk menarik jumlah satwa diperlukan vegetasi dengan variasi bunga ataupun buah dan vegetasi air. Satwa burung pada daerah situ Cikaret relatif sedikit, untuk menarik populasi burung dapat diberikan bird house, bird feeder pada pohon-pohon yang ada dan bird pond (Gambar 19).


(46)

Gambar 19 Fasilitas untuk memikat burung (Sumber: www.google.com/images)

5.1.6 Visual

Situ Cikaret termasuk lanskap alami yang menarik namun terdapat beberapa tempat yang kurang terawat sehingga mengurangi keindahan visual situ tersebut. Kualitas visual dibagi menjadi 4 kategori kondisi, yaitu alami, man made, good view dan bad view. Peringkat tertinggi bila kondisi tapak alami dengan klasifikasi good view dan peringkat terendah adalah pemandangan man made dengan klasifikasi bad view (Gambar 20). Kondisi Situ Cikaret dapat dikatakan masih didominasi oleh vegetasi. Karakter lanskap visual alami kuat terlihat, tetapi pada bagian barat lebih didominasi karakter visual buatan. Jika dilihat dari jalan raya, Situ Cikaret termasuk lanskap alami yang menarik namun terdapat beberapa tempat yang kurang terawat sehingga mengurangi keindahan visual situ tersebut. Good view secara keseluruhan merupakan pemandangan yang menuju ke danau (Gambar 21). Pada tepian situ terlihat tumpukan sampah yang membuat pendangkalan di tepi situ dan mengotori air situ (Gambar 23).

View menuju danau merupakan daya tarik utama bagi pengunjung, oleh karena itu tepian danau dibiarkan terbuka dan hanya menggunakan vegetasi dengan tinggi maksimal 30 cm agar pada saat pengunjung duduk vegetasi yang ada tidak menghalangi view. Pada area good view di sebelah utara (Gambar 22) lahan yang miring menjadi potensi yang dapat dijadikan tempat bersantai dengan fasilitas berupa tempat duduk berteras guna menikmati pemandangan, selain itu bisa dilengkapi juga dengan dek di tepi danau. Dek ini selain memberikan lokasi yang bagus untuk melihat pemandangan juga menambah daya dukung tapak (Gambar 24). Bad view pada tapak (Gambar 23) yang berbatasan dengan pemukiman dapat diatasi dengan memberikan memberikan barrier guna membatasi area dari view yang tidak bagus seperti letak rumah-rumah yang tidak beraturan. Barrier pandangan berupa pagar dengan gabungan material alami dan buatan.


(47)

Gambar 20 Peta visual tapak


(48)

Gambar 22 Good view di sempadan danau

Ds gfgfhfhghg j

Gambar 24 Referensi teras (kiri) dan dek (kanan) Gambar 23 Bad view di sempadan danau


(49)

Gambar 25 Peta analisis visual

Dari hasil analisis unsur-unsur tapak diperoleh peta kesesuaian lahan untuk bermain yang tertera pada Gambar 26 dan data pada Tabel 9.

Tabel 9 Luas area kesesuaian lahan untuk taman bermain Lanskap Kesesuaian lahan

Darat

(bagian utara 0,8 ha)

0,13 ha sesuai untuk area bermain anak-anak (Aktifitas aktif)

Tidak sesuai untuk bermain

- 0,67 ha sesuai untuk kegiatan pasif seperti duduk-duduk, observasi, memancing, dll

Darat

(bagian selatan 3,5 ha)

1,3 ha sesuai untuk area bermain anak-anak (Aktivitas aktif)

Cukup sesuai untuk area bermain

- 1,28 ha untuk aktivitas berkemah, piknik, dan aktivitas bermain dengan perbaikan (aktif bersyarat) Tidak sesuai untuk area bermain

- 0,92 ha sesuai untuk kegiatan pasif seperti duduk-duduk, observasi, memancing, dll

Air (16,9 ha)

Sesuai untuk bermain

(2,7 ha untuk area bermain air seperti perahu). Tidak sesuai untuk area bermain.


(50)

Gambar 26 Peta kesesuaian lahan untuk taman bermain anak

5.2 Pengunjung

5.2.1 Perilaku Anak-anak

Perilaku anak-anak berbeda-beda pada rentang usia tertentu. Masing-masing rentang usia memiliki kecondongan perilaku yang berbeda. Menurut Baskara (2011) cara bermain anak-anak berbeda menurut fase perkembangannya. Tahapan pertumbuhan anak-anak beserta kebiasaan bermain pada tiap fase perkembangan terbagi menjadi 4 kategori, yaitu 0-3 tahun, 3-6 tahun, 6-8 tahun, dan 8 tahun ke atas. Pada kawasan Situ Cikaret, terlihat anak-anak bermain pada siang hari, setelah jam sekolah. Jumlah anak-anak yang bermain 5-7 orang perhari, dengan dominasi anak laki-laki. Anak-anak ini tinggal di perumahan dekat Situ Cikaret. Pada hari libur, jumlah pengunjung anak-anak meningkat karena hari libur mayoritas pengunjung adalah keluarga. Ada pula pada hari-hari tertentu Situ Cikaret dijadikan objek karyawisata bagi taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang berlokasi di Cibinong. Untuk mengembangkan Situ Cikaret sebagai area rekreasi edukasi bagi anak-anak maka harus memiliki daya tarik untuk anak-anak seperti areal bermain. Melalui klasifikasi permainan berdasarkan umur tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengunjung anak-anak.


(51)

5.2.2 Aktivitas

Keberadaan Situ Cikaret sudah diketahui oleh penduduk Cibinong, bahkan diketahui oleh orang-orang yang berdomisili di luar Bogor (Gambar 27). Setiap harinya Situ Cikaret ini tidak sepi pengunjung, terutama pada hari cerah. Pada hari Senin hingga Jumat daerah sekitar situ ramai pada sore hari, mulai pukul 13.00 hingga 17.00, sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu situ ramai sejak pagi hari. Variasi pengunjung yang datang pada hari kerja (Senin hingga Jumat) berbeda dengan pengunjung pada hari libur (Sabtu dan Minggu). Mayoritas pengunjung yang datang pada hari kerja adalah siswa sekolah (SD, SMP, SMA), warga yang tinggal di sekitar Situ Cikaret, dan karyawan. Karyawan yang datang umumnya karyawan swasta yang menjadikan Situ Cikaret sebagai lokasi istirahat pilihan. Rata-rata pengunjung yang datang menghabiskan waktu 1 hingga 2 jam untuk menikmati keindahan maupun kenyamanan Situ Cikaret dengan presentase lama berkunjung seperti pada Gambar 28. Pada hari Sabtu dan Minggu, maupun hari libur Situ Cikaret di dominasi oleh keluarga yang datang berekreasi. Umumnya keluarga yang datang memiliki anak berusia 3-12 tahun. Kegiatan yang dilakukan adalah memancing, duduk-duduk, piknik, dan bermain perahu. Terdapat juga event mingguan yaitu adu burung.

Setelah dilakukan survei terhadap warga sekitar situ Cikaret, pada umumnya warga tidak keberatan dengan adanya pengembangan Situ sebagai taman edukasi bagi anak-anak. Warga sudah dapat melihat potensi ekonomi dari pengembangan taman tersebut, dimana warga bisa melakukan berbagai usaha yang menunjang kebutuhan pengunjung nantinya, seperti berjualan makanan, penyewaan perahu dan bebek-bebekan atau sepeda, maupun potensi usaha parkir. Namun, warga menginginkan agar area Situ tetap bernuansa alami, dengan lapangan rumput yang cukup untuk mengakomodasi kegiatan piknik yang disukai warga.

Gambar 27 Presentase lokasi tempat tinggal pengunjung

Gambar 28 Presentase lama berkunjung

28%

16% 44%

12% sekitar cikaret desai lain di cibinong luar cibinong luar bogor a 23% 47% 30%

< 1 jam 1-2 jam > 2 jam


(52)

5.3 Faktor Pendukung Pengembangan Tapak 5.3.1 Aksesibilitas

Situ Cikaret berada di daerah yang strategis, dekat dengan pusat kota Cibinong, dan berada di sebelah jalur kendaraan sehingga memudahkan menuju lokasi tersebut. Tapak ini dapat diakses melalui beberapa jalur jalan, yaitu melalui Jalan Cikaret, Jalan Kampung Cikaret, dan Jalan Raya Cikaret (Gambar 29). Berdasarkan analisis sirkulasi, jalur yang cocok sebagai jalur menuju situ cikaret adalah jalur yang berwarna merah yaitu Jalan Cikaret. Sedangkan jalur berwarna ungu walaupun merupakan jalur utama namun jalur tersebut tidak cocok sebagai jalur menuju Situ Cikaret karena jalur yang menghubungkan jalan tersebut dengan situ Cikaret hanya jalur yang memuat satu kendaraan, kondisi jalur tersebut menyulitkan akses pengunjung menuju tapak jika jalur masuk ada dari dua arah. Jalur berwarna biru merupakan jalur di dalam perumahan, jalur ini juga dapat dijadikan jalur masuk untuk penghuni perumahan.

Tapak penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu tapak utara dan tapak selatan, yang dipisahkan oleh air, maka masing-masing tapak perlu memiliki pintu masuk. Adanya dua pintu masuk ini untuk memfasilitasi warga. Pintu masuk tersebut ditempatkan pada area yang dekat dengan jalur berwarna merah dan biru. Untuk menghindari konflik, jalur kendaraan dibuat satu arah. Selain perlu adanya pintu masuk di masing-masing tapak, diperlukan juga sirkulasi yang menghubungkan tapak utara dan selatan seperti ditunjukkan pada area lingkaran berwarna ungu pada Gambar 29.


(53)

5.3.2 Fasilitas

Situ Cikaret telah dijadikan objek wisata alam oleh pemerintah Kabupaten Bogor melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). PNPM memberikan fasilitas sebagai penunjang objek wisata. Adapula fasilitas tersebut antara lain kios makanan, tempat penyewaan perahu, toilet, dan tambak untuk memancing (Gambar 30). Semua fasilitas tersebut dikelola oleh warga. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bogor membuat jalur pedestrian tepat di tepi situ. Jalur tersebut terbuat dari conblock. Terdapat bagian pedestrian yang rusak seperti conblock yang patah dan beberapa bagian sudah tidak tertutup conblock (Gambar 29). Jalur pedestrian tersebut tidak dilengkapi dengan pengaman pada bagian yang berbatasan langsung dengan situ, hal ini berbahaya bagi anak-anak yang bermain disana. Kondisi fasilitas saat ini cukup baik, namun untuk tapak yang akan dikembangkan menjadi taman bermain edukatif lingkungan diperlukan penambahan fasilitas lainnya.

Gambar 30 Kondisi fasilitas dalam tapak (a. kios makanan, b. penyewaan perahu, c. tambak memancing)

a b


(54)

Gambar 31 Kondisi jalur pedestrian 5.4 Sintesis

Berdasarkan hasil analisis data tapak, pengguna, dan pendukung diketahui bahwa lanskap di kawasan sesuai untuk dikembangkan sebagai areal bermain yang edukatif karena memiliki keragaman sumber daya, topografi yang tak membahayakan anak-anak bila bermain, vegetasi yang masih dapat diperkaya, dan keberadaan badan air dapat menjadi potensi kawasan. Diketahui unsur air merupakan unsur lingkungan yang paling disukai anak-anak dan juga unsur lingkungan yang penting dalam menjaga kualitas lingkungan dan kehidupan manusia. Berdasarkan hasil analisis data tapak, pengguna, dan pendukung didapatkan hubungan antara kebutuhan pengguna dengan kesesuaian lahan seperti tertera pada Tabel 10 dan Gambar 32.


(55)

Tabel 10 Hubungan kebutuhan fasilitas dengan kesesuaian lahan untuk taman bermain.

Zona Luas Rekreasi

Fasilitas

Utama Detil Jumlah Zona

Darat

utara 0.8 ha

Pasif

Pelayanan

Pusat informasi 1 1 Tempat parkir 1500 m2 2

Kios 600 m2 3

Toilet 4

(2x1.5m) 3

Pendukung

Bangku taman (0.5 x

2m) 5

Area piknik 1800 m2 6 Shelter sepeda 3 7 Aktif Bermain Lapangan rumput 2037 m2 4

Darat

selatan 3.5 ha

Pasif

Pelayanan

Pusat informasi 1 1 Tempat parkir 5600 m2 2

Kios 8 3

Toilet 8

(2x1.5m) 3

Musholla 1 3

Pendukung

Bangku taman (0.5 x

2m) 5

Shelter sepeda - 3 Area piknik 2400 m2 6

Aktif

Bermain

Permainan anak

0-3 thn 2541 m

2 11 Permainan anak

3-5 thn 2038 m

2 12 Permainan anak

5-8 thn 2070 m

2 13 Permainan anak

+8 thn 2745 m

2 14

Pendukung Lapangan rumput

untuk umum 2400 m 2 4

Observasi

Arboretum 7000 m2 18 Media

interpretasi - 18

Kolam - 18

Air 2.7 ha

Pasif Pendukung Dek 500 m2 15

Aktif Bermain Perahu 2200 m

2 16


(56)

BAB VI

PERANCANGAN TAMAN EDUKASI LINGKUNGAN

6.1 Konsep Taman Bermain Edukatif

Taman ini dikembangkan sebagai suatu ruang terbuka di Cibinong yang berfungsi sebagai ruang edukatif bagi warga di sekitar Situ Cikaret maupun warga Cibinong secara keseluruhan, dengan fungsi edukasi lingkungan bagi anak-anak sebagai perhatian utama taman ini. Konsep yang menitik beratkan pada lingkungan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga, khususnya anak-anak, akan pentingnya nilai dari lingkungan yang seimbang. Taman ini dikembangankan dilengkapi dengan konsep rancangan taman berupa taman bernuansa natural dengan pola organik.

6.1.1 Konsep Ruang

Konsep ruang dimaksudkan untuk menegaskan pembagian dari penggunaan/peruntukan pada tapak. Adapun pembagain ruang dalam taman yang dirancang meliputi ruang edukasi dan ruang non-edukasi. Ilustrasi konsep ruang dapat dilihat pada Gambar 33 dan Gambar 34 dimana ruang tersebut dibagi menjadi beberapa sub-ruang. Ruang edukatif memiliki dua sub-ruang, yaitu area bermain dan area observasi, sedangkan ruang non-edukasi terdiri dari tiga sub-ruang meliputi penerimaan, pelayanan, dan non-edukasi tergambar pada Tabel 11.


(57)

Gambar 33 Konsep tata ruang

a. Ruang penerimaan

Ruang penerimaan adalah area dengan fungsi untuk menyambut pengunjung sebelum memasuki taman dan memulai berbagai aktivitas di dalam taman. Sebagai ruang yang pertama kali dimasuki pengunjung, maka ruang ini juga menunjukkan identitas dari taman. Identitas tersebut ditunjukkan dengan adanya pintu gerbang dan

sign taman edukasi lingkungan.

b. Ruang pelayanan

Ruang ini menjadi lokasi fasilitas seperti toilet, mushola, lapangan parkir, kantin, dan pusat informasi.

c. Ruang non-edukasi

Ruang yang berfungsi sebagai ruang penunjang aktivitas pengguna diluar tujuan edukatif.

d. Ruang edukasi

Ruang ini merupakan ruang yang ditujukan sebagai ruang bermain edukatif bagi anak-anak. Ruang ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu:

 Area observasi

Ruang observasi merupakan ruang yang ditujukan untuk memberikan edukasi mengenai ragam jenis vegetasi maupun satwa pada anak-anak. Area ini termasuk dalam area untuk kegiatan pasif, dimana pengunjung hanya berjalan, melihat-lihat, mengamati. Interaksi antara pengunjung dan


(58)

objek-objek taman hanya dapat dilakukan pada lokasi yang telah ditetapkan. Pada area ini terdapat jalur interpretasi berupa boardwalk (Gambar 35) dan segala jenis media informasi (papan interpretasi, papan nama tanaman, dll) yang diperlukan guna menambah wawasan pengunjung, baik pengunjung anak-anak maupun pengunjung dewasa.

 Area bermain

Ruang ini berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak dengan permainan yang mencerminkan salah satu atau kombinasi dari empat konsep permainan yaitu permainan aktif, kreatif, sosial, dan indra. Ruang ini juga memberikan pengalaman pembelajaran mengenai lingkungan seperti yang tercantum pada konsep edukasi.

Tabel 11 Pembagian ruang, aktivitas, dan fasilitas

Ruang Sub-ruang Aktivitas Fasilitas

Non-edukasi 40% (1.64 ha)

Penerimaan

5% (0.62 ha) Memasuki taman

Gerbang Signage Pelayanan 10% (0.67 ha) Memarkir kendaraan Membersihkan diri Beribadah Tempat parkir Shelter sepeda Toilet Tempat ibadah Kantin Non-edukasi 20% (0.35 ha)

Berlari Memancing Piknik Berisitirahat Jogging track Dek Dambak Lahan rumput Edukasi 60% (4.56 ha)

Observasi 30% (0.77 ha)

Melihat Mendengar Mengamati Boardwalk Papan interpretasi Papan nama tanaman Bermain 30% (3.79 ha)

Bermain sepeda Memanjat Bermain seluncur Bermain ayunan Berlari Berkemah Bermain mengenal lingkungan Camping ground Ayunan Kolam Monkey bar Perosotan Air mancur Set permainan Panjatan


(59)

Gambar 34 Referensi boardwalk (Sumber: www.google.com/images)

6.1.2 Konsep Sirkulasi

Sistem sirkulasi pada taman menggunakan sistem linier. Sirkulasi ini akan menghubungkan antar ruang dalam taman agar semua bagian taman dapat dilalui pengunjung dengan alur yang jelas. Sistem sirkulasi dibagi berdasarkan pengguna, yaitu sirkulasi kendaraan bermotor, sirkulasi sepeda, dan sirkulasi pejalan kaki. Sirkulasi tersebut menghubungkan antar ruang dan antar fasilitas (Gambar 36).


(60)

Konsep tata ruang dan konsep sirkulasi yang telah diperoleh kemudian digabungkan sehingga menghasilkan lokasi-lokasi untuk fasilitas yang dibutuhkan. Persebaran fasilitas tersebut tergambar pada Gambar 37.

Gambar 36 Peta persebaran fasilitas

6.1.3 Konsep Elemen

Elemen pada taman terdiri dari elemen keras dan halus. Konsep elemen hard mengacu pada kebutuhan pengguna utama yaitu anak-anak. Elemen keras yang digunakan menggunakan material alam seperti kayu dan batu-batuan maupun material yang dibuat menyerupai material alam. Penggunaan material tersebut menciptakan kesan alami sehingga meningkatkan keselarasan dengan lingkungan sekitar. Keamanan dan kesehatan anak-anak menjadi perhatian dalam pemilihan material untuk permainan anak, dimana material yang digunakan bersifat non-toxic / bebas dari bahan kimia berbahaya, terutama pada penggunaan cat.

Elemen halus yang digunakan berupa tanaman dengan konsep yang disusun berdasarkan fungsi vegetasi. Vegetasi dalam tapak sebagai pembentuk lingkungan dan kualitasnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, konsep vegetasi terdiri dari peneduh, screen, dan estetik (Gambar 38). Vegetasi peneduh digunakan guna memberi kenyamanan bagi pengunjung, peneduh berupa pohon dengan tajuk berbentuk spread atau dome seperti Samanea saman, Ketapang. Vegetasi peneduh digunakan guna memberi kenyamanan bagi pengunjung, peneduh berupa pohon dengan tajuk berbentuk spread atau dome dengan tinggi percabangan minimal 2 meter diatas permukaan tanah. Vegetasi sebagai screen adalah penggunaan vegetasi untuk mengurangi bising dari tapak dan membatasi view negatif di luar taman untuk menjaga kenyamanan baik pengguna maupun warga yang tinggal di sekitar tapak. Vegetasi yang digunakan sebagai screen adalah perdu atau semak dengan daun


(61)

yang padat. Vegetasi estetik berupa vegetasi berdaun indah atau vegetasi berbunga dengan penempatan berada di ruang penerimaan, di depan gerbang taman.

Gambar 37 Peta zona penghijauan


(1)

(2)

(3)

(4)

1. Taman sebagai objek penelitian merupakan salah satu ruang terbuka di kawasan Cibinong sebagai sarana rekreasi warga, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Lokasi yang dekat dengan pemukiman serta keberadaan Situ yang sudah diketahui masyarakat luas menjadi potensi utama dalam pengembangan tapak sebagai taman bermain edukatif.

2. Pengetahuan maupun kepedulian terhadap lingkungan dapat dipupuk melalui aktivitas bermain yang disukai anak-anak, yaitu dengan berinteraksi dengan alam. Karena pada masa kanak-kanak terdapat dorongan untuk mengeksplorasi dan ada keingintahuan yang besar sehingga pengetahuan baru mudah diserap dan diterapkan. Oleh karena itu pada taman Situ Cikaret ini diberikan fasilitas berupa area bermain bagi anak-anak yang terbagi menjadi area bermain edukatif pasif berupa arboretum dan area bermain aktif.

3. Situ Cikaret memiliki area yang cukup luas dan bentukan lahan yang sesuai untuk area bermain anak, dimana peluang untuk berbagai aktivitas bermain seperti berlari, memanjat, bersepeda, bermain bola dapat dilakukan. Kondisi lanskap seperti topografi yang mayoritas landai, tidak ada vegetasi yang berbahaya bagi anak-anak mendukung aktivitas bermain anak-anak. selain permainan di darat, area perairan di situ juga dapat dijadikan area bermain seperti bermain perahu. tapak yang memiliki ruang yang luas memungkinkan pembagian ruang bermain berdasarkan umur, menurut pembagian fase pertumbuhan anak, yaitu umur 0-3 tahun, 3-5 tahun, 6-8 tahun, dan 8 tahun ke atas.

4. Taman yang dirancang terbagi dalam beberapa ruang, yaitu ruang observasi, bermain, penerimaan, pelayanan, dan non-edukasi. Area bermain anak-anak dibagi menjadi beberapa lokasi berdasarkan klasifikasi umur. Selain itu taman dirancang dengan beberapa tema, yaitu tema hutan pada arboretum, tema perairan, dan lapangan rumput. Taman yang dirancang menggunakan pola organik sesuai dengan keinginan pengunjung.

7.2 Saran

1. Pemanfaatan lahan terbuka di sekitar situ perlu dilakukan dengan lebih optimal, sehingga dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi alam terbuka bagi masyarakat dan untuk meningkatkan kualitas lingkungan Kota Cibinong.

2. Pengembangan taman perlu diikuti dengan pengelolaan fasilitas dan utilitas umum secara lebih baik.

3. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah daerah dengan penduduk di sekitar untuk menciptakan taman yang fungsional dan estetis tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Baskara M. 2011. Prinsip pengendalian perancangan taman bermain anak di ruang publik. Jurnal Lanskap Indonesia. 3(1):27-34.

Budihardjo E. 2006. Percikan Masalah Arsitektur, Perumahan, Perkotaan.Yogyakarta (ID):Gadjah Mada UniversityPress.

Eckbo G. 1964. Urban Landscape Design. New York (US): McGraw-Hill Companies, Inc.

Gold, Seymour M. 1980. Recreation Planning and Design. New York (US): McGraw-Hill Book Companies, Inc.

Hardjowigeno S. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Hasbullah. 1999. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan edisi revisi. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.

Hawadi R A. 2001. Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta (ID): PT Grasindo.

Johnson E, Mappin M. 2005. Environmental Education and Advocacy: Changing Perspectives of Ecology and Education. Cambride (UK): Cambridge University Press

Reid Grant W. 1993. From Concept to Form. New York (US): Van Nostrad Reinhold.

Rokhmat Joni. 2006. Pengembangan “Taman Edukatif” Berbasis Permainan Untuk

Pembelajaran di TK dan SD. Dinamika Pendidikan Volume 2 No.1 Mei 2006. Hal. 45-52.

Simonds JO. 1983. Landscpae Architecture: A Manual of Site Planning and design. New York (US): McGraw-Hill Companies, Inc.

Tai L, et la. 2006. Designing Outdoor Environments for Children. New York (US): McGraw-Hill Companies, Inc.

Trivedi P R. 2008. Environmental Education. New Delhi (IN): SB Nangi APH Publishing Corporation.


(6)

menyelesaikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Kemuning, Bogor pada tahun 1996. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SDN Semplak 2, Bogor. Kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 4, Bogor. Selanjutnya pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 5, Bogor.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjalankan studi di IPB, penulis aktif menjadi pengurus Badan Pengawas Himpunan Profesi (BP Himpro) periode 2010/2011, pengurus Himpunan mahasiswa arsitektur lanskap (Himaskap) divisi sosial lingkungan periode 2011/2012, aktif mengikuti kepanitiaan beberapa acara yang diselenggarakan oleh Departemen Arsitektur Lanskap, dan pernah mengikuti kegiatan magang di Dinas Cipta Karya Bogor pada tahun 2011.