Permasalahan Kualitas Lingkungan Perancangan Taman Edukasi Lingkungan Untuk Anak-anak di Situ Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

5 tanah, dan suara sebagai dampak adanya kawasan industri, terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan, terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan. Adapula beberapa perilaku manusia yang secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain: a. Penebangan hutan secara liar penggundulan hutan. b. Perburuan liar. c. Merusak hutan bakau. d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman. e. Pembuangan sampah di sembarang tempat. f. Bangunan liar di daerah aliran sungai DAS. g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

2.2 Edukasi Lingkungan untuk Anak-anak

2.2.1 Edukasi Lingkungan

Edukasi lingkungan merupakan perpaduan antara lingkungan dengan pendidikan. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan Hasbullah 1999. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalani oleh seseorang atau kelompok orang agar mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi dalam arti mental. Pendidikan berperan dalam proses pembentukan kecakapan secara emosional dan intelektual. Seiring berkembangnya zaman, istilah pendidikan juga ikut mengalami perkembangan Hasbullah 1999. Edukasi lingkungan ialah pendidikan mengenai lingkungan, dari lingkungan, dan untuk lingkungan. Lingkungan sebagai sarana edukasi tidak hanya berguna dalam fungsi tetapi juga menyenangkan dalam estetika. Edukasi lingkungan berarti proses edukasi mencakup hubungan manusia dengan alam serta lingkungan buatan manusia itu sendiri Trivedi 2008. UNESCO mengemukakan bahwa pendidikan lingkungan adalah proses pengenalan nilai-nilai dan pemahaman konsep-konsep guna mengembangkan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk saling memahami dan menghargai antar manusia, budaya, dan lingkungan biofisik disekelilingnya. Tidak hanya itu, edukasi lingkungan juga membangun perilaku peduli lingkungan terutama mengenai isu-isu yang berkaitan dengan kualitas lingkungan Trivendi 2008. Dewasa ini edukasi lingkungan dapat memberi pengajaran yang dapat merubah perilaku menjadi perilaku yang bertanggungjawab terhadap lingkungan, perubahan pribadi dan sosial yaitu meningkatkan emansipasi Johnson dan Mappin 2005. Manfaat positif dari edukasi lingkungan tersebut akan lebih baik jika diterapkan sejak dini. Anak-anak cenderung lebih mudah menyerap pengetahuan 6 baru yang diajarkan dibandingkan dengan orang dewasa. Oleh karena itu istilah edukasi lingkungan tidak terlepas dari kata anak-anak. Gambar 2 Kegiatan terkait lingkungan Sumber: www.playscapes.com

2.2.2 Anak-anak

Istilah anak-anak yang digunakan dimaksudkan menggambarkan anak pada rentang usia 3 hingga 12 tahun. Masa pertumbuhan dari usia 3 hingga 12 tahun terbagi dalam dua masa. Usia 3 hingga 6 tahun termasuk dalam masa kanak-kanak, dikenal juga dengan istilah masa prasekolah. Masa kanak-kanak kedua, yaitu pada rentang usia 6 hingga 12 tahun, dikenal sebagai masa sekolah. Pada masa sekolah anak-anak telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang ada di lingkungannya. Masa prasekolah adalah masa belajar, tetapi bukan dalam dunia 2 dimensi pensil dan kertas melainkan belajar pada dunia nyata. Sering dikatakan bahwa masa prasekolah merupakan waktu untuk bermain. Menurut Frank dan Theresa Caplan dalam Hawadi 2001, waktu bermain merupakan sarana pertumbuhan. Pada tahun-tahun pertama kehidupannya, anak membutuhkan bermain sebagai sarana untuk tumbuh dalam lingkungan budaya dan kesiapannya dalam belajar formal.