LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Arah pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik agar dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresasi terhadap karya kesastraan manusia Indonesia Depdiknas, 2008:106. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1 mendengarkan; 2 berbicara; 3 membaca; 4 menulis KTSP, 2006. Menurut Wahyuni dan Ibrahim 2012:31 berbicara adalah ke- mampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk meng- ekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara sebagai salah satu keterampilan berbahasa pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain Iskandarwassid dan Sunendar, 2011:241. Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mem- butuhkan suatu pemahaman dan kompetensi kebahasaan. Keterampilan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang yang dalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik bersifat satu arah, timbal balik ataupun keduanya. Namun, keterampilan berbicara tidaklah dimiliki oleh seseorang secara otomatis. Keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan cara mengolah maupun melatih seluruh potensi yang ada Iskandarwassid dan Sunendar, 2011:243. Keterampilan berbicara harus dikembangkan melalui latihan. Salah satu latihan pengembangan keterampilan berbicara adalah bermain drama Iskandar- wassid dan Sunendar, 2011:244. Bermain drama merupakan suatu kegiatan memerankan tokoh yang ada dalam naskah melalui alat utama yakni percakapan dialog, gerakan, dan tingkah laku yang dipentaskan. Banyak manfaat yang dapat diambil dari drama diantaranya adalah dapat membantu siswa dalam pemahaman dan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi, melatih keterampilan membaca teks drama, melatih keterampilan menyimak atau mendengarkan dialog pertunjukan drama, mendengarkan drama radio, televisi dan sebagainya, melatih keterampilan menulis teks drama sederhana, resensi drama, resensi pementasan, melatih wicara melakukan pementasan drama Waluyo, 2003:158. Dalam memerankan drama, seorang pemain aktor harus mampu membawakan dialog sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya, menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam naskah, mampu membawakan dialog tersebut dengan gerak yang pas tidak berlebihan atau dibuat-buat, mampu membayangkan latar dan tindakannya serta mampu mengolah suara sesuai dengan pemahamannya terhadap perasaan dan pikiran pelaku. Kegiatan berbicara memiliki peran penting dalam kegiatan bermain drama. Hal-hal yang berhubungan dengan berbicara seperti: kejelasan, artikulasi, vokal, kesesuaian jeda, sangat mendukung terjadinya dialog dalam pementasan drama. Dalam kegiatan bermain drama, peran kegiatan berbicara sangat dominan. Adapun untuk menginformasikan sesuatu dalam bermain drama dapat melalui gerak tubuh. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP mencantumkan standar kompetensi bermain drama pada setiap satuan pendidikan. Pada kurikulum sekolah dasar, materi bermain drama diberikan pada siswa kelas V semester II. Materi bermain drama masuk kedalam keterampilan berbicara dengan kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Realitanya, kegiatan bermain drama dalam pembelajaran bahasa Indonesia kurang diminati oleh siswa disebabkan ketertarikan siswa dalam mengapresiasikan sastra sangatlah kurang. Penelitian Rusyana dalam Waluyo, 2003:1 disimpulkan bahwa minat siswa terhadap karya sastra secara berurutan yaitu prosa, puisi, dan drama perbandingannya adalah 6:3:1. Fakta tersebut dapat dilihat bahwa minat siswa terhadap pembelajaran drama semakin berkurang. Permasalahan kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran drama juga terjadi di SDN Purwoyoso 06 Semarang. Keadaan tersebut didukung oleh data dokumen nilai keterampilan berbicara siswa kelas V tahun ajaran 20112012 yang menyatakan bahwa keterampilan siswa dalam bermain drama masih rendah. Berdasarkan hasil tes yang diperoleh peneliti pada semester I tahun ajaran 20122013 menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Purwoyoso 06 masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari 41 siswa hanya 14 34,15 siswa yang mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65, sedangkan sisanya 27 siswa 65,85 nilainya masih dibawah KKM. Keadaan tersebut tidak hanya dilihat dari data kuantitatif siswa yang berupa nilai tetapi juga dilihat dari data kualitatif berupa hasil wawancara dengan siswa dan guru kelas V berkaitan dengan pembelajaran bermain drama. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa pada pembelajaran bermain drama. Pertama, kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran bermain drama karena sebagian besar siswa menganggap pembelajaran drama kurang penting. Kedua, kurangnya keterampilan guru dalam pengembangan dan penerapan metode pembelajaran dalam pembelajaran drama. Ketiga, masih rendahnya keterampilan siswa dalam bermain drama meliputi aspek pelafalan, intonasi, ekspresi, dan improvisasi. Keempat, guru belum menggunakan media pembelajaran yang menarik minat siswa dalam belajar. Berdasarkan kegiatan pembelajaran seperti yang telah dipaparkan, peneliti bersama tim kolaborasi berinisiatif menetapkan alternatif tindakan untuk memperbaiki rendahnya keterampilan bermain drama. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan salah satu metode yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan bermain drama yaitu metode role playing dengan multimedia. Metode role playing dengan multimedia diterapkan peneliti dalam upaya meningkatkan keterampilan bermain drama. Menurut Hamdani 2011:87 metode role playing adalah cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengem- bangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan peng- hayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung pada apa yang diperankan. Adapun kelebihan metode role playing adalah: 1 melibatkan seluruh siswa, dapat berpartisipasi, dan mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama; 2 siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh; 3 permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda; 4 guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan; 5 permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. Pembelajaran bermain drama akan lebih menarik dan menyenangkan jika ditunjang dengan penggunaan media pembelajaran. Peneliti memilih multimedia sebagai alat bantu pembelajaran dalam bermain drama. Menurut Munir 2012:6 multimedia dapat menyajikan informasi yang dapat dilihat, didengar, dan di- lakukan, sehingga multimedia sangat efektif untuk menjadi alat tools yang lengkap dalam proses pembelajaran. Secara umum, manfaat yang dapat diperoleh dengan pembelajaran multimedia adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan Daryanto, 2010:52. Penggunaan multimedia yang dipadukan dengan metode role playing akan membuat pembelajaran bermain drama menjadi lebih menarik, sehingga siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, multimedia dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung, baik dengan cara berbuat dan melakukan di lokasi, maupun dengan cara terlibat seperti permainan, simulasi, bermain peran, teater, dan sebagainya Asyhar, 2012:46. Penerapan multimedia dalam pembelajaran bermain drama berupa slide powerpoint yang terdiri atas animasi, suara, teks, dan video. Berdasarkan ulasan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Keterampilan Bermain Drama Menggunakan Metode Role Playing dengan Multimedia pada Siswa Kelas V SDN Purwoyoso 06 Semarang”.

1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING)

1 12 110

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PETUNJUK MELALUI METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MULTIMEDIA POWER POINT PADA SISWA KELAS IV SDN PURWOYOSO 06 SEMARANG

0 19 257

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN KOMIK PADA SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 06 SEMARANG

0 32 482

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL CIRC PADA SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 03 SEMARANG

2 27 208

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN PANDAK I SIDOHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2010 2011

0 8 125

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA KELAS V SDN BANYURIP 1 KECAMATAN SAMB

0 0 14

MENGATASI KESULITAN SISWA KELAS VI SDN PURWARAJA 5 DALAM BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL ROLE PLAYING.

0 3 28

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN WONOSARI 4 GUNUNGKIDUL.

0 3 168

Peningkatan Keterampilan Menulis Petunjuk Melalui Metode Demonstrasi Berbantuan Multimedia Power Point Pada Siswa Kelas IV SDN Purwoyoso 06 Semarang

0 0 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM DRAMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN 6 TERBAN KUDUS SKRIPSI

0 0 19