pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemecahan masalah yang muncul pada proses
pembelajaran dan dapat menjadi pelengkap bagi penelitian-penelitian sebelumnya.
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Bermain drama merupakan kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa
terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, pelaku, dan perlengkapan pementasan. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresi-
kan perasaannya dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan. Pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran bermain drama
pada siswa kelas V SDN Purwoyoso 06 Semarang masih rendah. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor guru yang kurang
refrensi dalam penguasaan metode pembelajaran bermain drama. Guru belum menggunakan metode maupun pendekatan pembelajaran yang tepat dalam
bermain drama. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan tidak disertai adanya praktik dalam bermain drama. Hal tersebut menyebabkan kegiatan
pembelajaran bermain drama menjadi monoton dan membosankan. Selain itu, guru belum menggunakan media pembelajaran yang relevan yang dapat menarik
minat siswa dalam belajar. Penerapan metode role playing dengan multimedia mengajak siswa un-
tuk dapat mengembangkan imajinasi dan penghayatannya dalam bermain drama. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dapat dilakukan siswa dengan cara
memerankan tokoh-tokoh dalam drama. Dengan metode role playing, siswa berkesempatan melakukan, menafsirkan, dan memerankan suatu peranan tertentu.
Selain itu, metode role playing mempunyai beberapa kelebihan antara lain: 1 siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan di-
perankan; 2 memahami dan menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankan; 3 siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan
berkreatif; 4 bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah; 5 kerja-
sama antarpemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya; 6 siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab
dengan sesamanya; dan 7 bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain. Sedangkan penggunaan multimedia
dalam pembelajaran membantu guru dalam menyampaikan informasi dan men- dorong siswa untuk belajar
Oleh karena itu, pembelajaran bermain drama yang berlangsung akan lebih bermakna karena siswa tidak hanya mendengar penjelasan dari guru tetapi
siswa juga praktik dalam bermain drama, sehingga keterampilan bermain drama siswa dalam aspek pelafalan, intonasi, ekspresi, dan improvisasi dapat meningkat.
Kerangka berpikir penelitian, dapat ditunjukkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Kondisi Awal Pembelajaran bermain
drama kurang maksimal
1. Guru kurang variatif da- lam menggunakan metode
dan media pembelajaran. 2. Siswa kurang berminat
dalam pembelajaran ber- main drama.
3. Rendahnya keterampilan bermain drama siswa meli-
puti aspek pelafalan, into- nasi, ekspresi, dan impro-
visasi. Tindakan
Guru menerapkan metode role playing
dengan multimedia
Siklus I
Korektif penerapan metode role playing
dengan multimedia
Siklus II
1. Keterampilan guru
dalam pembelajaran bermain drama
meningkat. 2. Aktivitas siswa dalam pembe-
lajaran bermain drama me- ningkat.
3. Keterampilan bermain drama siswa dalam aspek pelafalan,
intonasi, ekspresi, dan impro- visasi meningkat.
Kondisi Akhir Sintaks Metode role Playing dengan Multimedia:
1. Guru menyusun atau menyiapkan beberapa ske- nario yang akan ditampilkan.
2. Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelom- pok dan memberikan skenario yang telah
dipersiapkan pada masing-masing kelompok. 3. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi
yang ingin dicapai. Kemudian guru menampilkan multimedia pembelajaran berupa slide powerpoint
dan video yang berkaitan dengan materi pem- belajaran.
4. Siswa menentukan peran dan berlatih dalam kelompok.
5. Guru memanggil kelompok untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
6. Setiap siswa duduk dikelompoknya,sambil memperhatikan dan mengamati skenario yang
sedang diperagakan. 7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing
kelompok diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas penampilan kelompok lain.
8. Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum. 10. Evaluasi dan penutup.
2.4 HIPOTESIS TINDAKAN