Tokoh dan Perwatakan Aktif & Kreatif Berbahasa Indonesia SMA Kelas 12 Adi Abdul Somad Aminudin Yudi Irawan 2008
272
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa Motif tersebut pada akhirnya mendorong mereka
pergi mengunjungi taman tersebut, ditambah lagi dengan rayuan Jurukunci yang memikat hati. Namun,
setelah mereka berada di sana, perlahan-lahan mereka mulai merasakan ketidakberesan. Perasaan
ketidak beresan itu pada akhirnya melahirkan ketidak puasan dalam
diri ketiga orang tersebut karena kemegahan taman yang selama
ini digembar-gemborkan tidak terbukti kebenarannya. Peris-
tiwa tersebut melahirkan konflik dalam diri mereka. Mereka ingin
meninggalkan taman itu dan kembali menjalani kehidupan
seperti sebelumnya. Sayangnya keinginan tersebut tidak dapat
terwujud. Mereka terjebak di sana untuk selama-lamanya.
Didorong oleh keadaan tersebut, mereka pun termotivasi untuk
melakukan aksi pemberontakan, menuntut Topeng Kayu untuk
membebaskan mereka dari taman. Sayangnya tindakan
mereka tak mampu mengusik kekuasaan Topeng Kayu yang begitu besar. Aksi
mereka gagal. Hal tersebut melahirkan konflik baru bagi ketiga orang itu. Mereka menyadari
kesalahan mereka, rnudah mempercayai omongan jurukunci, tetapi tak mau mengakuinya. Namun,
lama kelamaan mereka pun sadar bahwa tindakan tersebut percuma saja. Pada akhirnya, mereka pun
menyerah pada kekuasaan Topeng Kayu. Peristiwa tersebut terjadi dikarenakan tak ada lagi hal yang
dapat mereka perbuat selain menerima keadaan dan menikmatinya.
Berdasarkan jalinan motif yang melandasi peristiwa dan melahirkan konflik di atas, dapat
disimpulkan bahwa alur drama Topeng Kayu adalah alur maju. Sementara konflik
yang dialami tokoh sekelompok orang dapat digolongkan ke alam
approach-avoidance conlich karena alternatif jalan keluar yang mereka
kehendaki mengandung risiko positif dan negatif yang sama
kuatnya.
Latar penceritaan yang tergambar dalam drama Topeng
Kayu tidak dapat dengan mudah untuk diuraikan. Hal tersebut
terjadi mengingat drama ini adalah drama yang nonkonvensional.
Pembaca tak dapat memprediksi di kota atau negara mana tempat
kejadian tersebut ber-langsung, kapan waktunya, atau siapa
pelakunya secara pasti. Semua hal tergambar melalui simbol-simbol
yang dapat mewakili hal apapun
di dunya nyata. Memang, pembaca disuguhkan imajinasi mengenai taman yang juga menjadi
setting di atas panggung jika drama dipentaskan. Namun, bukankah seperti yang juga disampaikan
oleh Kuntowijoyo, apologi taman dalam drama ini merupakan penyimbolan dari makna atau hal yang
sebelumnya dijanjikan oleh Topeng Kayu melalui juru kunci.
Sumber: Pikiran Rakyat.,1 Agustus 2003
Setelah membaca contoh tersebut, tentunya kemampuan Anda menulis kritik drama akan semakin meningkat. Agar pemahaman
Anda terlatih dengan baik, kerjakanlah latihan berikut.
Sumber: Sampul depan
drama Topeng Kayu, 2001