Perilaku Berbahasa Aktif & Kreatif Berbahasa Indonesia SMA Kelas 12 Adi Abdul Somad Aminudin Yudi Irawan 2008

268 Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa Pada pelajaran sebelumnya, Anda telah berlatih menentukan tema, plot, tokoh, perwatakan, pembabakan serta perilaku berbahasa dalam teks drama. Dalam menilai sebuah karya sastra diperlukan adanya pemahaman mendalam terhadap hasil karya tersebut. Begitu juga dengan drama, Anda harus menghayati terlebih dahulu berbagai hal yang berkaitan dengan drama tersebut. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 1. Membaca naskah drama dengan saksama. 2. Mencatat hal-hal penting dan menarik dalam naskah drama tersebut. 3. Menentukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. 4. Memberikan tanggapan dan penilaian terhadap unsur-unsur yang terkandung dalam drama tersebut. 5. Membuat simpulan mengenai hasil penelitian. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, Anda akan mendapatkan sebuah hasil penilaian terhadap drama yang dibaca. Sebagai contoh, perhatikanlah hasil penilaian terhadap drama berjudul Iteung Pergi ke Kota. Sebelumnya, baca kembali drama tersebut dalam Pelajaran 7A. Setelah membaca drama tersebut, Anda dapat menilai unsur- unsur yang terkandung di dalamnya. Berikut ini adalah contoh bentuk penilaian terhadap unsur-unsur yang ada di dalam drama tersebut.

1. Tema

Seperti yang telah ditentukan dalam pelajaran sebelumnya, tema dalam drama tersebut adalah mengenai usaha seseorang dalam menjalani hidup. Dalam drama tersebut, diceritakan bahwa Kabayan adalah seorang pemalas yang tidak mau bekerja. Dia tidak mau berusaha. Padahal, kebutuhan hidup semakin lama semakin Menilai Drama B Dalam pelajaran ini, Anda akan berlatih menilai unsur-unsur tersebut. Dengan demikian, kemampuan Anda dalam mengidentiikasi dan mengapresiasi sastra akan bertambah. Info Sastra Bebasari adalah drama lakon yang ditulis oleh Rustam Effendi. Dialog yang ada dalam Bebasari berbentuk puisi sehingga H.B. Jassin menyebutnya sebagai drama bersajak. Bebasari terbit pertama kali 1926. Naskah tersebut lahir pada saat murid-murid MULO di Padang hendak mementaskan sebuah drama. Karena belum ada naskah drama yang siap, Rustam Effendi akhirnya menulis naskah Bebasari dalam bentuk sajak. Sumber: Ensiklopedi Sastra Indonesia Modern, 2003 269 Identiikasi Drama melilitnya. Seharusnya, seorang kepala rumah tangga bertanggung jawab terhadap kebutuhan hidup keluarganya. Dalam drama tersebut, apa yang dilakukan oleh Kabayan meru- pakan contoh yang tidak baik. Sudah sepantasnyalah jika hidup ini diisi dengan perjuangan yang diperkaya oleh semangat hidup.

2. Alur Plot

Drama yang menggunakan alurplot konvensional lebih mudah dipahami jika dibandingkan dengan drama yang menggunakan alur nonkonvensional. Hal ini membuat pesan atau amanat dalam drama tersebut akan lebih mudah tersampaikan kepada pembacanya. Sementara, drama yang menggunakan alur nonkonvensional sedikit sukar dipahami karena adanya lompatan-lompatan masa. Mungkin, beberapa pembaca perlu membaca drama berulang-ulang agar memahami makna yang terkandung di dalamnya. Drama Iteung Pergi ke Kota menggunakan alur konvensional. Hal ini membuat drama tersebut sangat mudah dipahami dan dipetik pesan moralnya.

3. Tokoh dan Perwatakan

Ketiga tokoh dalam drama tersebut memiliki fungsi masing- masing. Tokoh Kabayan berfungsi sebagai penggambaran sosok manusia yang memberikan contoh jelek. Sifat Kabayan itulah yang tidak boleh ditiru. Sementara itu, tokoh Iteung memberikan releksi bahwa manusia itu harus bersabar dalam menjalani hidup. Manusia harus pandai berusaha dalam meraih apa yang diinginkannya.

4. Perilaku Berbahasa

Drama tersebut menggunakan bahasa sehar-hari yang mudah dicerna oleh pembacanya. Dengan demikian, esensi yang terkandung dalam drama tersebut akan mudah dipahami oleh pembaca. Di samping itu, dalam drama tersebut dimunculkan juga beberapa ujaran berbahasa Sunda. Tujuannya adalah agar warna lokal atau kedaerahan dalam drama tersebut dapat dirasakan oleh pembaca. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi sebuah drama tradisional. Sekarang, coba Anda cermati kembali unsur-unsur yang telah dikemukakan dan dinilai tersebut. Dapatkah Anda memberikan penilaian sendiri? Untuk melatih kemampuan Anda menilai unsur-unsur yang terkandung dalam drama, kerjakanlah latihan berikut. Anda dapat mencari referensi tentang drama di perpustakaan. Sumber: Majalah Aneka Yes, 6 Maret 2006 A f Gambar 15.2 1. Bacalah sebuah naskah drama terjemahan. 2. Analisis dan berikanlah penilaian Anda terhadap drama tersebut berdasarkan tema, alur, tokoh dan perwatakan, dan perilaku bahasa. 3. Buatlah laporan individu tentang hasil analisis Anda. Kemudian, diskusikanlah dengan teman Anda. Uji Materi 270 Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa Kegiatan Lanjutan 1. Buatlah kelompok yang terdiri atas 6–7 orang. 2. Bacalah sebuah drama Indonesia sesuai dengan pilihan Anda. 3. Berikan penilaian Anda terhadap drama tersebut. 4. Diskusikanlah dengan teman-teman satu kelompok Anda. 5. Buatlah laporan kelompok hasil diskusi Anda. Info Sastra Sobrat adalah salah satu drama yang ditulis oleh Arthur S. Nalan. Pada 2003, drama ini dinobatkan sebagai drama terbaik dalam sayembara yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Drama ini bercerita tentang perjalanan seorang pemuda tanah Jawa bernama Sobrat yang merantau ke tanah seberang. Pemuda tersebut tergoda oleh harta yang dijanjikan oleh seorang calo tenaga kerja. Akan tetapi, harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Sobrat tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Di tempat perantauan dia justru terjebak dalam kehidupan hitam. Melalui drama tersebut, pengarang hendak menyampaikan bahwa dalam hidup ini tidak semua harapan akan mewujud jadi kenyataan. Di samping itu, pengarang pun hendak menyampaikan kritik sosial bahwa kehidupan kaum buruh di zaman ini sama tertindasnya dengan kaum buruh yang hidup di zaman penjajahan. Sumber: www.kahfiez.blogspot.com Menulis Kritik Drama C Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menulis kritik terhadap berbagai bentuk karya sastra Indonesia, menulis kritik drama, menyusun sinopsis karya sastra, mendeskripsikan unsur-unsur pembentuk cerita dalam karya tersebut, membahas segi-segi tertentu, dan menyatakan penilaian terhadap karya sastra yang dibahas. Dalam pelajaran sebelumnya, Anda telah berlatih menentukan dan menilai unsur-unsur yang ada dalam drama. Anda telah berlatih mengidentifikasi dan mengapresiasi karya sastra. Dalam Pelajaran ini, Anda akan melanjutkan kegiatan apresiasi tersebut dengan menulis kritik drama. Materi tentang prinsip-prinsip penulisan kritik sastra telah Anda dapatkan dalam Pelajaran 5A. Sudah dapatkah Anda menulis kritik sastra? Masih ingatkah Anda pada pengertian kritik sastra? 271 Identiikasi Drama Kritik sastra merupakan bagian penting dalam sejarah kesusastraan. Kritik sastra adalah pertimbangan baik buruknya suatu hasil karya sastra. Di dalamnya diulas mengenai penilaian, tanggapan, dan komentar terhadap suatu karya sastra. Dalam menulis kritik drama, langkah-langkah yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut. 1. Memahami dengan baik drama yang akan dikritisi. 2. Menentukan sisi-sisi menarik dari drama tersebut. 3. Jika Anda bermaksud mengkritik drama dalam bentuk per- tunjukan, Anda harus memerhatikan unsur-unsur pementas- annya. Unsur-unsur pementasan tersebut, antara lain artistik, make- up, lighting, dan tata pentas. 4. Memberikan tanggapan mengenai kelebihan dan kekurangan drama tersebut. Sekarang, bacalah contoh penulisan kritik terhadap drama yang ditulis oleh Ajeng Cherie Kusumawardhani terhadap drama Topeng Kayu karya Kuntowijoyo berikut. Simbol Kekuasaan dalam Drama Topeng Kayu Kritik kekuasaan berbentuk drama Ini bermula dari cerita mengenai sebuah taman yang super istimewa. Desas-desus mengenai keistimewaannya telah tersebar di berbagai media masa. Bahkan, konferensi ilmiah dan mimbar keagamaan pun ikut serta dalam menceritakannya. Kesuburan taman tersebut banyak mengundang kepenasaran orang untuk mengunjungi. Konon, tidak ada tempat yang lebih menakjubkan selain taman tersebut. Walaupun demikian, keberadaan taman tersebut tetaplah misterius. Akibatnya, orang- orang menjadi lebih tertantang lagi untuk mengunjunginya. Suatu ketika, datang tiga orang yang merasa penasaran ingin mernbuktikan keistimewaan taman tersebut. Mereka adalah seorang Laki-laki Tua, Pelacur, dan Pedagang. Setelah mendengar bujuk rayu juru kunci yang benar-benar penuh rayuan, mereka pun memutuskan untuk mengunjungi taman guna mengetahui rahasia yang terkandung di dalamnya. Ketiga orang itu pun akhirnya menuntut pada Topeng Kayu untuk mengembalikan keberadaan mereka seperti sedia kala. Mereka kemudian mulai melancarkan berbagai cara untuk mewujudkan ke- hendak tersebut. Mulai dari melancarkan aksi diam, sampai unjuk rasa. Namun, tidak juga kehendak itu terwujud. Mereka semakin merasa terbelenggu oleh keadaan ketika perlahan mereka menjadi sangat bergantung pada keberadaan Topeng Kayu. Masih mencermati segi bahasa, jika diper- hatikan dari dialog-dialog yang terjadi di dalamnya, pembaca dapat menyimpulkan bahwa Topeng Kayu merupakan drama yang nonkonvensional. Terlihat dari pembicaraan yang berlangsung antartokoh, mereka tidak menggunakan gaya bicara yang pada umumnya terjadi pada drama konvensional, seperti Malam Jahanam. Maksudnya, gaya bahasa yang digunakan cukup unik dengan banyaknya repetisi. Salah satunya adalah yang berbentuk mantra penyembahan, seperti contoh berikut. Laki-laki tua, pedagang, pelacur sajian apakah kuberikan padamu, agar lapanglah jalan torunmu, agar kuatlah sayap terbangmu, agar cepatlah kencang larimu agar kemslah bumi pijakmu, agar teranglah cahaya tempatmu. Berbicara mengenai penokohan drama ini, terdapat tujuh pelaku yang berperan di dalam- nya, yaitu Jurukund, Para Pelancong, Laki-laki Tua, Pelacur, Pedagangjopeng Kayu, dan Topeng-topeng. Penggunaan nama-nama tersebut pada para pelaku menunjukkan bahwa drama tersebut memang drama yang nonkonvensional. Maksudnya, sesuai dengan tujuan penga- rangnya untuk menyimbolkan suatu peristiwa, penokohan dengan menggunakan teknik seper- ti ini akan sangat membantu pencapaian tujuan tersebut. Tokoh-tokoh menjadi bebas tanpa terikat dengan segala hal yang menjadi kesesuaian dengan kehidupan nyata serupa dengan drama Aduh Putu Wijaya. Dengan kata lainr tokoh-tokoh tersebut dapat mewakili masyarakat pada zaman sekarang, dahulu, atau zaman yang akan datang. Mengenai motif, konflik, peristiwa, dan alur yang terdapat dalam drama Topeng Kayu dapat dijelaskan sebagai berikut. Diawali dari rasa kepenasaran yang dimiliki tokoh Laki-laki Tua, Pelacur, dan Pedagang untuk membuktikan kesohoran taman. Sumber: Pikiran Rakyat, 2 April 2004 Anda harus memerhatikan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam menulis kritik drama. A d h h ik Gambar 15.3