Homograf Hiponim Aktif & Kreatif Berbahasa Indonesia SMA Kelas 12 Adi Abdul Somad Aminudin Yudi Irawan 2008

107 Aktualisasi Diri Berdasarkan bagan tersebut, tampak bahwa makna kata wanita nilai rasanya lebih tinggi daripada asalnya. Selain makna peyorasi dan ameliorasi, ada pula perubahan makna kata berupa perluasan dan penyempitan makna.

2. Perluasan Makna dan Penyempitan Makna

Perluasan makna terjadi jika cakupan makna suatu kata lebih luas dari makna asalnya. Misalnya, kata saudara yang memiliki makna asal orang yang seibu-sebapak menjadi bermakna orang yang sama kedudukannya. Agar lebih jelas, perhatikan bagan berikut. Adapun penyempitan makna terjadi jika makna suatu kata lebih sempit cakupannya daripada makna asalnya. Misalnya, kata sarjana, maknanya yakni orang pandai, sekarang bermakna lulusan S1 perguruan tinggi. Jadi, makna sekarang lebih sempit cakupannya daripada makna asalnya. Perhatikan bagan berikut. saudara makna asal makna baru orang yang seibu sebapak orang yang sama kedudukannya. sarjana makna asal makna baru orang pandai lulusan perguruan tinggi Selain itu, ada pula perubahan yang disebut asosiasi dan sines- tesia.

3. Asosiasi dan Sinestesia

Asosiasi merupakan perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat, sedangkan sinestesia merupakan perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berlainan. Contoh asosiasi: • Supaya urusan lancar, beri saja ia amplop. Kata amplop tempat menyimpan uang diasosiasikan sebagai uang suap. Contoh sinestesia: • Wajahnya sungguh manis. Kata manis biasanya dirasakan oleh indra pengecap, namun pada kalimat tersebut dipertukarkan sehingga dirasakan oleh indra penglihatan. 108 Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa Uji Materi Bacalah teks berikut. Uang yang kita kenal sekarang ini mengalami proses perkembangan yang panjang. Adapun tahapan- tahapan perkembangan uang adalah sebagai berikut.

1. Tahap Sebelum Barter

Pada tahap ini masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannnya dengan usaha sendiri. Apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Tahap Barter

Tahap perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia kepada kenyataan bahwa apa yang diproduksi sendiri tidak cukup untuk memenuhui kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri mereka mencari orang yang mau menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang lain yang dibutuhkannya. Akibatnya barter, yaitu barang yang ditukar dengan barang. Namun pada akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini, di antaranya: • Kesulitan untuk menemukan orang yang mem- punyai barang yang diinginkan dan juga mau menukarkan barang yang dimilikinya. • Kesulitan untuk memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya. Untuk mengatasinya, mulailah timbul pikiran- pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan sebagai alat tukar.

3. Tahap uang barang

Pada masa ini timbul benda-benda yang selalu dipakai dalam pertukaran. Kesulitan yang dialami oleh manusia dalam barter adalah kesulitan mempertemukan orang-orang yang saling membutuhkan dalam waktu bersamaan. Kesulitan itu telah mendorong manusia untuk menciptakan kemudahan dalam hal pertukaran, dengan menetapkan benda-benda tertentu sebagai alat tukar. Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran adalah benda-benda yang diterima oleh umum generaly accpeted. benda-benda yang dipilih bernilai tinggi sukar diperoleh atau memiliki nilai magis dan mistik, atau benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari. Misalnya , garam oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar, maupun sebagai alat pembayaran upah. Pengaruh orang romawi tersebut masih terlihat sampai sekarang. Orang inggris menyebut upah sebagai salary yang berasal dari bahasa Latin salarium yang berarti garam. Orang Romawi membayar upah dengan salarium garam. Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-kesulitan itu antara lain sebagai berikut. • Nilai yang dipertukarkan belum mempunyai pecahan. • Banyak jenis uang barang yang beredar dan hanya berlaku di masing-masing daerah. • Sulit untuk penyimpanan storage dan pengangkutan transportation. • Mudah hancur atau tidak tahan lama.

4. Tahap uang logam

Tahap selanjutnya adalah tahap uang logam. Logam dipilih sebagai bahan uang karena: • digemari umum; • tahan lama dan tidak mudah rusak; • memiliki nilai tinggi; • mudah dipindah-pindahkan; • mudah dipecah-pecah dengan tidak mengurangi nilainya. Bahan yang memenuhi syarat-syarat tersebut adalah emas dan perak. Uang terbuat dari emas dan perak disebut dengan uang logam. Uang logam emas dan perak juga disebut sebagai Uang penuh full bodied money, artinya nilai intrinsik nilai bahan uang sama dengan nilai nominalnya nilai yang tercantum pada mata uang tersebut. Pada saat itu, setiap orang menempa uang, melebur, menjual, dan memakainya dan setiap orang mempunyai hak tidak terbatas dalam menyimpan uang logam. Sejalan dengan perkembangan perekonomian, maka perkembangan tukar-menukar yang harus dilayani dengan uang logam juga berkembang, sedangkan jumlah logam mulia emas dan perak terbatas. Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sulit dalam pengangkutan dan penyimpanan. Sehingga lahirlah uang kertas. Sejarah Uang Sumber: www.id.wikipedia.org