107
Aktualisasi Diri
Berdasarkan bagan tersebut, tampak bahwa makna kata wanita nilai rasanya lebih tinggi daripada asalnya.
Selain makna peyorasi dan ameliorasi, ada pula perubahan makna kata berupa perluasan dan penyempitan makna.
2. Perluasan Makna dan Penyempitan Makna
Perluasan makna terjadi jika cakupan makna suatu kata lebih luas dari makna asalnya. Misalnya, kata saudara yang memiliki
makna asal orang yang seibu-sebapak menjadi bermakna orang yang sama kedudukannya. Agar lebih jelas, perhatikan bagan
berikut.
Adapun penyempitan makna terjadi jika makna suatu kata lebih sempit cakupannya daripada makna asalnya. Misalnya, kata sarjana,
maknanya yakni orang pandai, sekarang bermakna lulusan S1 perguruan tinggi. Jadi, makna sekarang lebih sempit cakupannya
daripada makna asalnya.
Perhatikan bagan berikut. saudara
makna asal makna baru
orang yang seibu sebapak
orang yang sama kedudukannya.
sarjana
makna asal makna baru
orang pandai lulusan perguruan
tinggi
Selain itu, ada pula perubahan yang disebut asosiasi dan sines- tesia.
3. Asosiasi dan Sinestesia
Asosiasi merupakan perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat, sedangkan sinestesia merupakan perubahan makna
kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berlainan. Contoh
asosiasi: •
Supaya urusan lancar, beri saja ia amplop. Kata amplop tempat menyimpan uang diasosiasikan sebagai uang
suap. Contoh
sinestesia: • Wajahnya
sungguh manis.
Kata manis biasanya dirasakan oleh indra pengecap, namun
pada kalimat tersebut dipertukarkan sehingga dirasakan oleh indra penglihatan.
108
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa
Uji
Materi
Bacalah teks berikut.
Uang yang kita kenal sekarang ini mengalami proses perkembangan yang panjang. Adapun tahapan-
tahapan perkembangan uang adalah sebagai berikut.
1. Tahap Sebelum Barter
Pada tahap ini masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang berusaha memenuhi
kebutuhannnya dengan usaha sendiri. Apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhannya.
2. Tahap Barter
Tahap perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia kepada kenyataan bahwa apa yang diproduksi
sendiri tidak cukup untuk memenuhui kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat
dihasilkan sendiri mereka mencari orang yang mau menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang
lain yang dibutuhkannya. Akibatnya barter, yaitu barang yang ditukar dengan barang.
Namun pada akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini, di antaranya:
• Kesulitan untuk menemukan orang yang mem-
punyai barang yang diinginkan dan juga mau menukarkan barang yang dimilikinya.
• Kesulitan untuk memperoleh barang yang dapat
dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama
nilainya.
Untuk mengatasinya, mulailah timbul pikiran- pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu
untuk digunakan sebagai alat tukar.
3. Tahap uang barang
Pada masa ini timbul benda-benda yang selalu dipakai dalam pertukaran. Kesulitan yang dialami oleh
manusia dalam barter adalah kesulitan mempertemukan orang-orang yang saling membutuhkan dalam waktu
bersamaan. Kesulitan itu telah mendorong manusia untuk menciptakan kemudahan dalam hal pertukaran,
dengan menetapkan benda-benda tertentu sebagai alat tukar.
Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran adalah benda-benda yang diterima oleh
umum generaly accpeted. benda-benda yang dipilih bernilai tinggi sukar diperoleh atau memiliki nilai
magis dan mistik, atau benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari. Misalnya , garam oleh
orang Romawi digunakan sebagai alat tukar, maupun sebagai alat pembayaran upah. Pengaruh orang
romawi tersebut masih terlihat sampai sekarang. Orang inggris menyebut upah sebagai salary yang
berasal dari bahasa Latin salarium yang berarti garam. Orang Romawi membayar upah dengan
salarium garam.
Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-kesulitan itu antara
lain sebagai berikut. • Nilai yang dipertukarkan belum mempunyai
pecahan. •
Banyak jenis uang barang yang beredar dan hanya berlaku di masing-masing daerah.
• Sulit untuk penyimpanan storage dan pengangkutan transportation.
• Mudah hancur atau tidak tahan lama.
4. Tahap uang logam
Tahap selanjutnya adalah tahap uang logam. Logam dipilih sebagai bahan uang karena:
• digemari umum;
• tahan lama dan tidak mudah rusak;
• memiliki nilai tinggi;
• mudah dipindah-pindahkan;
• mudah dipecah-pecah dengan tidak mengurangi
nilainya. Bahan yang memenuhi syarat-syarat tersebut
adalah emas dan perak. Uang terbuat dari emas dan perak disebut dengan uang logam. Uang logam
emas dan perak juga disebut sebagai Uang penuh full bodied money, artinya nilai intrinsik nilai bahan
uang sama dengan nilai nominalnya nilai yang tercantum pada mata uang tersebut. Pada saat itu,
setiap orang menempa uang, melebur, menjual, dan memakainya dan setiap orang mempunyai hak tidak
terbatas dalam menyimpan uang logam.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, maka perkembangan tukar-menukar yang harus
dilayani dengan uang logam juga berkembang, sedangkan jumlah logam mulia emas dan perak
terbatas. Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sulit dalam
pengangkutan dan penyimpanan. Sehingga lahirlah uang kertas.
Sejarah Uang
Sumber: www.id.wikipedia.org