Kritik Sastra Aktif & Kreatif Berbahasa Indonesia SMA Kelas 12 Adi Abdul Somad Aminudin Yudi Irawan 2008

245 Menghayati Sastra anggota komunitas maupun antara satu komunitas dengan komunitas lain yang justru berlari ke state of mind kelisanan. Seperti ada dua arah yang bersimpangan di situ. Begitu ruahnya komunitas-komunitas sastra, terutama pada tahun 1990-an yang anggotanya bisa siapa saja semisal buruh, pedagang, kuli, sopir angkot, ibu rumah tangga, pelacur, santri, anak jalanan, pengamen dan berbagai kaum lain yang termarginalkan dan teralienasikan oleh pembangunan maupun oleh tra- disi kesusastraan modern Indonesia yang rigorous di berbagai daerah di seantero Nusantara dengan berbagai kegiatan penerbitan mandiri dan pembacaan terutama puisi, mengundang banyak kecemasan para sastrawan yang mencemooh sekaligus menghardik yang bukan sastrawan untuk tidak ambil bagian. Komunitas sastra dituding sebagai satu satuan massa yang cenderung menggelapkan individualisme dan menggantikannya dengan kolektivisme, cenderung melambagnkan segelintir orang di dalamnya, dan cenderung menjadi alat legitimasi atau pentasbihan kesastrawanan. Oleh karenanya, komunitas sastra harus dicurigai habis-habisan. Sikap kolektif yang mengikat diri harus ditolak dan diberangus karena kerja sastra merupakan kerja individual yang sangat keras dalam waktu yang tidak singkat. Lantas matikah komunitas-komunitas sastra itu? Ada komunitas yang mati beserta anggota- anggotanya pula. Ada yang anggotanya berguguran tetapi komunitasnya terus hidup dan memperoleh anggota-anggota baru. Ada yang komunitasnya yang mati, tetapi anggota-anggotanya membentuk komunitas-komunitas baru. iii Bermunculnya komunitas-komunitas sastra dari tahun ke tahun baik di kota maupun di kampung- kampung, sesungguhnya merupakan estafet panjang di dalam sejarah sastra modern Indonesia. Sebutlah misalnya para sastrawan Balai Pustaka, Pujangga Baru, juga generasi Gelanggang, Kisah Sastra, Horison, dan Kalam yang pada dasarnya merupakan komunitas sastra yang dibentuk oleh lingkungan pergaulan sastra penerbitan majalah-majalah tersebut. Dengan kata lain dapatlah dikatakan, nyaris semua sastrawan Indonesia pernah terlibat di dalam komunitas sastra. Komunitas sastra merupakan sesuatu yang interent dan niscaya di situ. Tentu saja, kerja sastra tetaplah kerja individual yang sangat keras, melelahkan, dan membutuhkan waktu panjang. Karena hanya melalui karya sastra yang baiklah yang lahir dari tradisi literacy yang sepi, dari pengerahan pemikiran dan permenungan bertahun-tahun, dari studi yang tak kunjung henti,dari semedi yang khusyuk yang mentasbihkan seseorang menjadi sastrawan. Komunitas sastra selaiknya tempat bertemu muka untuk melakukan perjumpaan dan membicarakan hasil pikiran dan renungan denganbersama orang lain. Sebuah lingkungan yang hangat dan kondusif untuk saling memerhatikan dan merawat kemungkinan-kemung- kinan kreatif. Dari proses semacam itulah, karya sastra pun lahir, berbagai-bagai dan mekar bersama. Untuk selanjutnya berjumpa dengan pembaca yang menjadi penulis dan penulis yang menjadi pembaca. Mereka yang emoh menjalani proses itu, berada atau tidak berada dalam komunitas tentu bakal mati iseng sendiri. iv Sastrawan juga manusia Dia, kesusastraan, sebagaimana halnya manusia senantiasa hidup dalam dua dunia yang paradoksal: berjalan bolak-balik, pergi-pulang antara kesendirian dan kebersamaan, individualitas dan kolektivitas literacy dan orality. Ah, gitu aja kok repot Sumber: Ode Kampung, 2006 Bagaimana tanggapan Anda mengenai esai tersebut? Sudah sesuaikah esai tersebut dengan prinsip-prinsip penulisan esai yang telah Anda pelajari? Diskusikanlah dengan teman-teman Anda. Sekarang, kerjakanlah latihan berikut. 1. Carilah satu contoh kritik sastra dan esai dalam surat kabar. 2. Bacalah kritik sastra dan esai tersebut dengan saksama. 3. Tanggapilah kritik sastra dan esai tersebut sesuai dengan prinsip- prinsip penulisan yang telah Anda pelajari. Uji Materi 246 Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa Kegiatan Lanjutan 1. Buatlah sebuah kritik atas karya sastra sesuai dengan pilihan Anda cerpen, puisi, atau novel. 2. Buatlah sebuah esai singkat yang mengulas tentang permasalahan cerita pendek. Misalnya, tentang perkembangan cerita pendek di surat kabar. 3. Kumpulkan karya Anda dan teman-teman Anda. Jilidlah agar rapi. Lalu, simpanlah sebagai arsip yang sewaktu-waktu dibutuhkan. Info Sastra Heboh Sastra 1968 adalah suatu peristiwa dalam perkem- bangan sastra Indonesia yang dipicu oleh pemuatan sastra Indonesia yang dipicu oleh pemuatan cerita pendek Langit Makin Mendung karya Kipanjikusmin dalam majalah Sastra edisi bulan Agustus 1968. Cerita pendek tersebut dianggap menghina Tuhan dan agama Islam. Sebagai konsekuensinya, Kejaksaan Tinggi Sumatra Utara di Medan menyita majalah Sastra pada 12 Oktober 1968. Di samping itu, kantor majalah Sastra di Jakarta didemontrasi oleh sekelompok orang. Atas penyitaan majalah Sastra itu, muncul reaksi dari pihak para pengarang Medan yang tidak mengerti tindakan Kejaksaan Tinggi. Dalam penerbitan stensilan yang berjudul Responsi para pengarang Medan mengkritik tindakan Kejaksaan Tinggi Sumatra Utara dari sudut hukum dan sastra. Pengarang yang turut Sori Siregar, Z. Pangaduan Lubis, Rusli A. Malem, Zakaria M. Passe, dan Djohan A. Nasution. H.B. Jassin sebgai redaktur majalah Sastra pada waktu itu, meskipun Kipanjikusmin telah mencabut cerita pendeknya, tetap berurusan dengan pengadilan sebab Jassin tidak mau membuka identitas Kipanjikusmin yang sebenarnya. Pada 28 Oktober 1970, hakim menjatuhkan vonis kepada H.B. Jassin yang dijatuhi hukuman satu tahun penjara dengan masa percobaan dua tahun. Sumber: Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern, 2003 1. Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya ke dalam puisi. 2. Setiap puisi yang ditulis penyair memilki ciri khas masing-masing. Ciri tersebut memiliki kaidah tersendiri yang berbeda dengan karya sastra lain. 3. Kritik sastra adalah pertimbangan baik buruknya suatu hasil karya sastra. Di dalamnya diulas mengenai penilaian, tanggapan, dan komentar terhadap suatu karya sastra. 4. Esai adalah bentuk pandangan mengenai topik dengan bentuk yang pendek dan cara penuturan yang efektif serta eisien. Rangkuman 247 Menghayati Sastra Setelah Anda mempelajari pelajaran ini dengan baik, kemampuan Anda dalam bersastra akan meningkat. Dalam pelajaran ini, Anda telah berlatih menganalisis sikap dan penghayatan penyair yang ada dalam puisi. Di samping itu, Anda telah mulai berlatih menulis kritik dan esai. Dalam pelajaran tersebut, Anda telah memahami prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai. Dengan demikian, Anda telah memiliki bekal untuk menulis puisi dan esai dalam pelajaran- pelajaran selanjutnya. Selain itu, Anda dapat menjadi seorang penyair, kritikus, ataupun esais yang andal, tentunya dengan mengirimkan tulisan Anda tersebut ke media massa. Refleksi Pembelajaran Bacakanlah puisi terjemahan karya Breyten Breytenbach berikut oleh salah seorang dari Anda, sementara yang lain mendengarkannya dengan saksama. Kehidupan di Tempat Lain namun mengapa hati harus selalu terpaksa berpikir dengan sayapnya yang menggelap dari mana berhembusnya angin di langit terang yang membikin pohonan tanpa kegaduhan membungkuk dan menyimpang? dan suara tangis tercekik itu seperti burung hitam yang punggungnya berpita buluh dan segala rumah buta dimanakah adanya janji mati dengan nafas kita di daun jendela? apapun warna mantel penjaga malam atau seberapa panjang bulu-bulunya berputar di halaman apa gunanya mengingat lanturan tak masuk akal di senja hari sekali lagi di balik matahari di dalam mata perempuan kala fajar perempuan matahari di bawah ranting yang bergelantungan? seberapa banyak yang mati, mulutnya menganga pada misa adakah yang masih tersisa untuk diketahui? darah yang mengering, abu bakaran terlupakan di atas tanah dingin- dari hutan yang menggelora atau bintang-bintang beku angin membuka sayap gelapnya tetapi apa yang bakal tetap dinyanyikan oleh sukma Sumber: Majalah Horison, 2002 diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Nikmah Sarjono Soal Pemahaman Pelajaran 13