Ragam Makna Majas Aktif & Kreatif Berbahasa Indonesia SMA Kelas 12 Adi Abdul Somad Aminudin Yudi Irawan 2008
162
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa
c. Majas yang terdapat dalam syair tersebut. d. Hubungan antarnuansa dengan isi lagu dari syair lagu
tersebut. 2. Diskusikanlah hasil pekerjaan tersebut bersama teman-teman
Anda.
Kegiat an Lanjut an
1. Bergabunglah bersama anggota kelompok Anda yang sudah terbentuk. Kemudian, carilah dua syair lagu yang disukai.
2. Berdasarkan dua syair lagu tersebut, tentukanlah ragam makna yang meliputi makna
konotasi dan makna denotasi, relasi makna antar kata, majas, dan menjelaskan hubungan antarnuansa dengan isi lagu.
3. Bentuklah diskusi kelompok untuk mengevaluasi hasik pekerjaan setiap kelompok. Perbaiki kesalahan dan catatlah hasil koreksinya.
Info
Sastra Indonesia Tumpah Darahku adalah buku kumpulan
puisi yang kedua yang dikarang oleh Muhammad Yamin. Kumpulan puisi ini diterbitkan dua hari sebelum Sumpah
Pemuda dengan titi mangsa: Pasundan, 26 Oktober 1928. Buku ini ditujukannya:
kepada handai taulanku yang menghargai bahasa Indonesia.
Sambutlah harapan ini sebagai buah tangan kepada kekasih yang kunanti
Kumpulan puisi ini dimulai dengan motto sebagai berikut: Bersatukitateguh
Bercerai kita jatuh Penerbitan buku kumpulan puisi ini diusahakan sendiri
oleh Muhammad Yamin. Isinya terdiri atas 88 bait yang setiap baitnya terdiri atas tujuh larik dengan rima akhir a a
a b c c c. Keseluruhan sajak itu memberikan penjelasan dan kesadaran bahwa Indonesia adalah tumpah darah, tanah air
kita yang perlu dimuliakan. Tidak seperti dalam kumpulan puisi Tanah Air, dalam Indonesia Tumpah Darahku, Yamin
tidak lagi menyebutkan Sumatra sebagai tanah air, tetapi In- donesia.
Kumpulan
sajak Indonesia Tumpah Darahku tidak pernah
dicetak ulang. A. Teeuw 1980 dalam Sastra Baru Indonesia 1 menyatakan bahwa dalam kumpulan puisi Indonesia Tumpah
Darahku, Yamin memperlihatkan pemakaian bahasa yang masih konvensional dan masih mengandung segala unsur
163
Memahami Puisi
1. Licentia Poetica adalah kebebasan memanipulasi kata oleh penyair demi menimbulkan efek tertentu dalam karyanya.
2. Kebebasan memanipulasi kata dapat menimbulkan penyimpangan
bahasa yang berkaitan dengan arti kosakata leksikal, bunyi- bunyi kebahasaan fonologi, tata makna semantis, dan tata
kalimat sintaksis.
3. Amanat puisi biasanya tersirat di balik kata-kata yang disusun dan juga berada di balik tema yang diungkapkan oleh penyair.
4. Ragam makna dan relasi makna dalam syair lagu dapat membentuk
sebuah kesatuan rasa syair yang mendalam pada lagu. Ragam makna meliputi makna denotasi dan makna konotasi, sedangkan
relasi makna di antaranya sinonim, antonim, homonim, polisemi, dan hiponim.
Rangkuman
Anda dapat memahami budaya yang dianut oleh bangsa lain dengan mengapresiasi puisi terjemahan. Anda pun dapat
memahami sikap penyair dan nilai-nilai yang disampaikan dengan bahasa simbolik dengan mengapresiasi unsur isi
yang dapat memberikan manfaat. Kemudian, kemampuan dalam menganalisis syair lagu akan membuat Anda
dapat menikmati dan memilih lagu yang memiliki tingkat kepuitisan yang baik. Selain itu, Anda pun pada akhirnya
dapat berlatih menciptakan syair lagu. Nantinya Anda dapat mengembangkan diri untuk menjadi seorang pencipta lagu
yang andal.
Refleksi Pembelajaran
kelemahan yang telah kita dapati pada karyanya yang permulaan. Adapun yang paling menarik dalam karya ini adalah isinya. Baik
dari judulnya maupun dari isinya jelaslah bahwa pada ketika itu suatu perubahan yang penting telah mulai berlaku perubahan
dari pandangan kedaerahan dengan perhatian soal kebudayaan, kepada pandangan kebangsaan dengan perhatian kepada
soal politik, terutama cita-cita politik tentang kemerdekaan Indonesia.
Sumber: Ensiklopedi Sastra Indonesia Modern, 2003
164
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa
1. Bacalah kedua puisi berikut dengan saksama.
Puisi 1
Seruan Penghabisan
Kar ya W att W hitman
Akhirnya, dengan mesra, Lepaslah aku ditanai
Dari tembok-tembok kubu kukuh, Dari kertap gembok berantai–dari lindung pintang–tertutup
Lepas aku diam meluncur pergi: Dengan lembut sebagai kunci membuka gembok-gembok––
dengan sehembus bisik, Bukalah pintu-pintu, O Ruh
Dengan mesra Jangan tergesa Kuat peganganmu, daging fana
Kuat peganganmu, O Kasih
Sumber: Majalah Horison, Februari 2002 Puisi 2
Seperti Kakekku Dulu
Kar ya H amid Jabbar gunung yang didaki kakekku dulu
kini kembali kudaki berlari
dan lautan
langit untaian
cahaya gemawan
angin belukar
sunyi adalah para kerabat
kadangkala
menyapa kadangkala terbangkan palingan
dan seperti kakekku dulu langitku
tenggelam puncakku
terbang gapaiku
mengulang padamu
siasiaku
memabukkan
Bandung-Padang, 1973
Sumber: Kumpulan Puisi Super Hilang, 1998
a. Bagaimanakah penyimpangan bahasa leksikal, fonologi, semantis, dan sintaksis dalam kedua puisi tersebut?
Kemukakan disertai alasan dan bukti yang logis. b. Bagaimana nilai-nilai moral yang dianut setiap penyair
dalam kedua puisi tersebut.
Soal Pemahaman Pelajaran 9
165
Memahami Puisi
c. Adakah kesamaan nilai moral dari kedua puisi tersebut dengan nilai moral di sekitar Anda? Berikan penjelasan
Anda dengan menyertakan alasannya. 2. Bacalah kedua syair lagu berikut dengan baik.
Lagu 1
perasaan ini apa namanya ku takut untuk menyebut apa namanya
bukan karena ku takut salah tetapi ku takut benar apa yang kurasa
pedih yang menghujam di sanubariku hancurkan keyakinan yang menjadi kekuatanku
aku jatuh lagi sekali lagi jatuh untuk sekian kali namun kali ini ku galau
bukan karena ku takut salah tetapi ku takut benar apa yang kurasa
aku jatuh lagi sekali lagi jatuh untuk sekian kali namun kali ini ku galau
pedih yang menghujam di sanubariku hancurkan keyakinan yang menjadi kekuatanku
aku jatuh lagi sekali lagi jatuh untuk sekian kali namun kali ini aku galau
galau…
Sumber:
www.liriklagumusik.com
Galau
Titi DJ
Sebelum Cahaya
Letto
Lagu 2
Sumber: www.kapanlagi.com
Ku teringat hati Yang bertabur mimpi
Ke mana kau pergi cinta Perjalanan sunyi
Yang kau tempuh sendiri Kuatkanlah hati cinta …
Reff I: Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya … Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang ‘kan membelaimu cinta … Kekuatan hati
Yang berpegang janji Genggamlah tanganku cinta …
Ku tak akan pergi
166
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa
Berdasarkan kedua syair lagu tersebut, tentukanlah hal-hal berikut.
a. Kata yang memiliki makna konotasi dan makna denotasi. b. Kata-kata yang mengandung relasi makna dari syair lagu
tersebut dengan menunjukkan bukti yang mendukung. c. Majas yang terdapat dalam syair lagu tersebut.
d. Hubungan antarnuansa makna dengan isi lagu.
Meninggalkanmu sendiri Temani hatimu cinta …
Kembali: Reff I
Ku teringat hati Yang bertabur mimpi
Ke mana kau pergi cinta Perjalanan sunyi
Yang kau tempuh sendiri Kuatkanlah hati cinta …
Reff II: Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya … Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang ‘kan membelaimu cinta …
Kembali ke: Reff II
Kan membelaimu cinta …
Sumber: www.liriklagumusik.com
Karya sastra tidak ada artinya tanpa para apresiator. Karya sastra Indonesia klasik memiliki sejarah sastra
yang kaya akan nilai-nilai kehidupan. Salah satu karya yang terkenal pada zaman itu adalah Gurindam Dua Belas
karya Raja Ali Haji. Dalam pelajaran ini, Anda akan belajar mengenai analisis nilai-nilai yang terdapat dalam Gurindam
Dua Belas. Selanjutnya, untuk melatih kreativitas dalam bersastra, Anda akan mengenal penulisan puisi dan cerita
pendek cerpen. Akan lebih baik jika pelajaran kreatif menulis puisi dan cerpen ini ditunjang dengan buku tentang
penulisananalisis puisi dan cerpen.
Sum
be
r:
www
.
i
d.wiki
p
e
d
ia
.
c
o
Nilai-Nilai Kar ya Sastra
10
Pe la ja r an
168
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa Nilai-nilai
karya sastra
Peta Konsep
diperoleh dengan cara
berdasarkan kegiatan
Menemukan nilai-nilai Gurindam Dua Belas
Menganalisis puisi
menulis karya sastra cerpen dan puisi
Melisankan Gurindam Dua belas
Ciri-ciri Gurindam
lafal diksi
intonasi larik
ekspresi baik
isi
Unsur Instrinsik
isi nilai-nilai
tema amanat
diksi citraan
Menulis puisi
menentukan tema dan topiknya
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
mengembangkan imajinasi menuangkan ide
Menulis cerpen
tema
Unsur-Unsur Cerpen
jalan cerita dan plot tokoh dan perwatakan
latar gaya
amanat point of view
Alokasi waktu untuk Pelajaran 10 ini adalah 12 jam pelajaran. 1 jam pelajaran = 45 menit
169
Nilai-Nilai Karya Sastra
Menemukan Nilai-Nilai Gurindam Dua Belas
A
Pernahkah Anda melisankan sebuah gurindam? Pada dasarnya, melisankan gurindam ini sama dengan membaca puisi. Tetapi ada
beberapa kekhasan yang dimiliki gurindam dibandingkan puisi. Salah satu bentuk karya sastra lama yang akan dipelajari kali
ini adalah gurindam. Gurindam termasuk puisi lama yang terdiri atas dua baris dalam satu bait. Kalimat baris pertama menyatakan
perbuatan dan kalimat baris kedua menyatakan akibat yang timbul dari perbuatan itu.
Perhatikanlah contoh gurindam berikut. Kurang pikir kurang siasat,
tentu dirimu kelak tersesat. Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat. Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuknya dusta. Apabila banyak gelak tertawa,
itulah tanda hampirkan duka Dilihat dari bentuknya, gurindam hampir sama dengan pantun
kilat karmina. Bedanya, karmina terdiri atas sampiran dan isi, sedangkan gurindam tidak memiliki sampiran dan merupakan
sebuah kalimat yang memiliki hubungan sebab akibat. Perhatikan teks berikut.
Kurang pikir kurang siasat, tentu dirimu kelak tersesat.
Berdasarkan contoh tersebut, kita dapat menyimpulkan ciri-ciri gurindam, yakni sebagai berikut.
1. Gurindam terdiri atas dua barislarik dalam satu bait. 2. Rima akhirnya berpola a-a.
3. Sempurna dengan dua baris saja. 4. Baris pertama merupakan sebab syaratperbuatan dan baris
kedua merupakan akibat. 5. Gurindam selalu mengandung nasihat.
Agar lebih memahami isi gurindam, Anda dapat melisankannya, seperti halnya berbalas pantun. Dengan memperhatikan lafal dan
intonasi yang tepat, Anda dapat melisankan gurindam itu dengan baik. Untuk melisankan sebuah gurindam dengan baik, ada baiknya kita
memperhatikan aspek lafal, intonasi, dan ekspresi. Lafal merupakan cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa
dalam mengucapkan bunyi bahasa. Menguasai aspek lafal ini, kita dituntut jelas dan lugas setiap mengucapkan bunyi-bunyi bahasa.
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat melisankan gurindam Dua Belas dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang sesuai dengan isi
gurindam, menjelaskan diksi gurindam dihubungkan dengan konteks, menyimpulkan isi gurindam, serta menjelaskan bentuk gurindam
sebagai karya sastra yang khas pada masa itu.
170
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa
Berikutnya, kita pun harus memerhatikan aspek intonasi. Intonasi adalah lagu bicara seseorang dalam melafalkan bunyi
bahasa. Memahami aspek intonasi ini bermanfaat untuk penguasaan meninggikan dan merendahkan setiap mengucapkan bunyi bahasa.
Sementara itu, aspek ekspresi itu untuk meningkatkan rasa pemahaman kita dalam menyampaikan sebuah gagasan. Penyatuan
jiwa antara gagasan sebuah teks dan perasaan yang melisankannya, menjadikan terjadinya kesatupaduan makna yang utuh. Dengan
demikian, memahami ketiga aspek tersebut bisa menjadi prasyarat untuk melisankan sebuah gurindam.
Ketika Anda melisankan sebuah gurindam dengan mem- perhatikan ketiga aspek tersebut, Anda atau orang yang mendengar-
kan pembacaan itu akan mudah menjelaskan diksi, menyimpulkan isi, dan mengetahui kekhasan bentuk gurindam pada masanya.
Diksi pemilihan kata suatu karya sastra itu bisa dipahami dalam tiga bentuk:
1. pembendaharaan kata;
2. urutan kata word order; 3. daya sugesti kata-kata.
Sebagai contoh, lisankanlah gurindam berikut dengan memper- hatikan penanda lafal dan intonasinya.
1. Kurang pikir kurang siasat tentu dirimu kelak tersesat
2. Cahari olehmu akan sahabat yang boleh dijadikan obat
Dapatkah Anda menyimpulkan isi gurindam tersebut? Gurindam 1 berisi pesan bahwa jika kita melakukan suatu perbuatan tanpa
didasari oleh ilmu, tentu kita akan terjerumus pada kesesatan. Adapun, gurindam 2 berisi pesan bahwa kita harus pandai-pandai
mencari teman untuk dijadikan sahabat. Sahabat yang baik adalah yang mampu memberikan ketenangan dan menjadi obat manakala
kita dalam kesusahan.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa baris-baris dalam gurindam memiliki hubungan sebab akibat. Dengan demikian, diksi
pilihan kata pada baris pertama mempunyai hubungan yang erat dengan diksi baris kedua.
Gurindam yang paling terkenal dalam karya sastra Indonesia lama adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Disebut
Gurindam Dua Belas bukan berarti terdiri atas dua belas bait, melainkan gurindam yang berisi dua belas pasal. Gurindam Dua
Belas berisi persoalan ibadah, tugas dan kewajiban raja, adab anak terhadap orangtua, tugas orangtua terhadap anak, dan sifat-sifat
bermasyarakat yang baik.
Raja Ali Haji menerangkan gurindam sebagai berikut: Ada pun arti gurindam itu, yaitu perkataan yang bersajak. Pada akhir
pasangannya, tetapi sempurna perkataannya dengan satu pasangan saja, jadilah seperti sajak yang pertama itu syarat dan sajak yang
kedua itu jadi seperti jawab.
Pada pembelajaran kali ini, Anda akan berlatih melisankan Gurindam Dua Belas dan memahami isinya.
171
Nilai-Nilai Karya Sastra
1. Lisankanlah Gurindam Dua Belas berikut ini. Perhatikanlah intonasi dan pelafalannya.
Gurindam Dua Belas Pasal Pertama:
Barang siapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat, maka ia itulah orang yang ma’arifat.
Barang siapa mengenal Allah, suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Barang siapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia mudarat.
Pasal Kedua:
Barang siapa mengenal yang tersebut, tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang, seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa, tidaklah mendapat dua termasa.
Barang siapa meninggalkan zakat, tiadalah artinya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji, tiadalah ia menyempurnakan janji.
Pasal Ketiga:
Apabila terpelihara mata, sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping, khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah, niscaya dapat dari padanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan, dari pada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh, keluarlah i’il yang tiada senunuh.
Anggota tengah hendaklah ingat, di situlah banyak orang yang hilang semangat.
Tulisan gurindam yang ditulis di tembok makam Raja Ali Haji.
Sumber: www.id.wikipedia.com Gambar 2.2
Uji
Materi
T li i d
dit li di
Gambar 10.1
172
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa Hendaklah peliharakan kaki,
dari pada berjalan yang membawa rugi.
Pasal Keempat:
Hati itu kerajaan di dalam tubuh, jikalau lalim segala anggota pun rubuh.
Apabila dengki sudah bertanah, datanglah dari padanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir, di situlah banyak orang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela, nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikit pun berbuat bohong, boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang amat celaka, aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah, itulah perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar, janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor, mulutnya itu umpama ketur.
Di mana tahu salah diri, jika tidak orang lain yang berperi.
Pekerjaan takabur jangan dirapih, sebelum mati didapat juga sapih.
Pasal Kelima:
Jika hendak mengenal orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasa.
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal, di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang baik perangai, lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Pasal Keenam:
Cahari olehmu akan sahabat, yang boleh dijadikan obat.
173
Nilai-Nilai Karya Sastra Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru. Cahari olehmu akan istri,
yang boleh dimenyerahkan diri. Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang setiawan. Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi.
Pasal Ketujuh:
Apabila banyak berkata-kata, di situlah jalan masuk dusta,
Apabila banyak berlebih-lebihan suka, itulah tanda hampirkan duka.
Apabila kita kurang siasat, itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih, jika besar bapaknya letih.
Apabila banyak mencela orang, itulah tanda dirinya orang kurang.
Apabila orang yang banyak tidur, sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan kabar, menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila perkataan yang lemah lembut, lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar, lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar, tidak boleh orang berbuat onar.
Pasal Kedelapan:
Barang siapa khianat akan dirinya, apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya, orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya, daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar, biar daripada orang datangnya kabar.
Orang yang suka menampakkan jasa, setengah daripada syirik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan, kebajikan diri diamkan.
174
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.
Pasal Kesembilan:
Tahu pekerjaan tak baik, tetapi dikerjakan, bukannya manusia yaitulah setan.
Kejahatan seorang perempuan tua, itulah iblis punya penggawa.
Kepada segala hamba-hamba raja, di situlah setan tempat berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan, di situlah setan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat, setan tak suka membuat sahabat.
Jika orang muda kuat berguru, dengan setan jadi berseteru.
Pasal Kesepuluh:
Dengan bapa jangan durhaka, supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat, supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai, supaya boleh naik ke tengah b
Dengan istri dan gundik janganlah alpa, supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan hendaklah adil, supaya tangannya jadi kail.
Pasal Kesebelas:
Hendaklah berjasa, kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat.
Hendak marah, dahulukan hajat.
Hendak dimulai, jangan melalui.
Hendak ramai, murahkan perangai.
175
Nilai-Nilai Karya Sastra
Pasal Kedua Belas:
Raja mufakat dengan menteri, seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja, tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat, tanda raja beroleh anayat.
Kasihkan orang yang berilmu, tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai, tanda asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata, kepada hati yang tidak buta,
Sumber: Kesusastraan Lama Indonesia, 1984
2. Setelah teman Anda selesai membacakan gurindam tersebut, berilah penilaian atas penampilan teman Anda itu pada tabel berikut.
Tabel 10.1 Format Penilaian Membacakan Gurindam
Nama Siswa Aspek yang dinilai
Lafal Intonasi
Ekspresi
Keterangan:
Tabel tersebut diisi dengan pembubuhan huruf A, B, atau C A : Baik sekali
B :
Baik C : Kurang baik
3. Setelah Anda melisankan gurindam tersebut, diskusikanlah isi gurindam tersebut. Anda dapat menuliskan isi gurindam untuk
setiap pasal. 4. Hubungkanlah isi gurindam tersebut dengan konteks kehidupan
Anda saat ini. 5. Buatlah kesimpulan isi gurindam secara keseluruhan.
6. Jelaskanlah kekhususan gurindam sebagai karya sastra yang khas pada masanya.
7. Kemukakanlah hasil pekerjaan Anda tersebut di depan kelas. Lakukanlah secara bergantian.
176
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa
Info
Sastra Indonesia adalah majalah kebudayaan yang terbit sebulan
sekali di Jakarta yang banyak memuat karya sastra. Kali pertama majalah ini terbit bulan Juni 1949 oleh Balai Pustaka.
Tahun pertama Juni 1949–Mei 1950 majalah ini dipimpin oleh Idrus dan mengeluarkan 12 nomor. Namun, setelah Konferensi
Kebudayaan Juni 1950, majalah ini dipimpin oleh Armijn Pane dengan penomoran penerbitan yang dimulai dari awal
lagi, yaitu nomor I Tahun I, Juli 1950. Pada waktu itu majalah Indonesia diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Indonesia
bukan oleh Balai Pustaka. Majalah ini hidup hingga September 1965.
Sejak Lembaga Kebudayaan Indonesia diubah namanya menjadi Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional BMKN,
majalah Indonesia tetap diterbitkan oleh BMKN dan dicetak oleh PT Pemandangan. Akan tetapi, sejak tahun 1959 Indonesia
diterbitkan oleh Yayasan Penerbit Kebudayaan.
Sumber: Ensiklopedi Sastra Indonesia Modern, 2003
Sastrawan dan
Karyanya
Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad Pulau Penyengat,
Kepulauan Riau, ca. 1808- Riau, ca. 1873 adalah ulama, sejara- wan, pujangga, dan terutama pencatat pertama dasar-dasar tata
bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa; buku yang menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar itulah yang dalam
Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia. Ia merupakan keturunan
kedua cucu dari Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan IV dari Kerajaan Lingga-Riau dan juga merupakan bangsawan Bugis.
Karya monumentalnya,
Gurindam Dua Belas 1847, menjadi pembaru arus sastra pada zamannya. Bukunya berjudul
Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Logat Melayu-Johor- Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama merupakan kamus
ekabahasa pertama di Nusantara. Ia juga menulis Syair Siti Shianah, Syair Suluh Pegawai, Syair Hukum Nikah, dan Syair
Sultan Abdul Muluk. Raja Ali Haji juga patut diangkat jasanya dalam penulisan sejarah Melayu. Buku berjudul Tuhfat al-Nais
Bingkisan Berharga tentang sejarah Melayu, walaupun dari segi penulisan sejarah sangat lemah karena tidak mencantumkan
sumber dan tahunnya, dapat dikatakan menggambarkan peris- tiwa-peristiwa secara lengkap. Meskipun sebagian pihak ber-
pendapat Tuhfat dikarang terlebih dahulu oleh ayahnya yang juga sastrawan, Raja Ahmad. Raji Ali Haji hanya meneruskan
apa yang telah dimulai ayahnya.
Dalam bidang ketatanegaraan dan hukum, Raja Ali Haji pun menulis Mukaddimah i Intizam hukum dan politik. Ia juga aktif
sebagai penasihat kerajaan. Ia ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional pada tahun 2006.
Sumber: Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2004
177
Nilai-Nilai Karya Sastra
Menganalisis Puisi
B
Setelah mempelajari gurindam, pada pembelajaran ini Anda akan belajar menganalisis puisi. Bahasa dalam puisi berbeda dengan
bahasa dalam gurindam, cerpen, atau novel. Bahasa dalam puisi padat dan singkat. Akan tetapi di balik kepadatannya itu memiliki makna
yang luas. Puisi sebenarnya hasil karya seseorang yang menciptakan dunianya tersendiri. Ia mencipta dengan penuh perenungan dan
ekspresi hati paling dalam. Oleh sebab itu, sebuah puisi yang lahir dari tangan penyair atau Anda sendiri adalah curahan hati yang
menggambarkan suasana batin.