Analogi Aktif & Kreatif Berbahasa Indonesia SMA Kelas 12 Adi Abdul Somad Aminudin Yudi Irawan 2008
18
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa Kenaikan harga barang kebutuhan pokok pada
bulan puasa ini juga disebabkan oleh struktur pasar yang bersifat oligopolistik. Dengan struktur pasar ini,
para pedagang distributor akan bisa memainkan stok barang karena adanya informasi yang tidak
simetris antara pedagang dan pembeli. Oleh sebab itu, kegiatan spekulasi dengan menahan barang dan
kemudian dilempar kembali ke pasar ketika harga mahal adalah hal biasa pada bulan puasa.
Kenaikan harga kebutuhan pokok pada bulan puasa tahun ini juga akan dipicu rencana pemerintah untuk
menaikkan gaji pegawai negeri sebesar 20 persen pada tahun anggaran 2008. Sudah menjadi hukum
ekonomi juga bahwa pada setiap pengumuman kenaikan gaji pegawai negeri otomatis harga naik
setelah pengumuman itu dilansir, walaupun gaji belum benar-benar naik. Kondisi ini terjadi karena
munculnya ekspektasi, baik dari sisi konsumen maupun produsen. Konsumen akan cenderung me-
naikkan pengeluarannya, sedangkan produsen mem- prediksi akan terjadi kenaikan permintaan.
Jika demikian halnya, stabilitasi harga kebutuhan pokok selama bulan puasa merupakan suatu yang
urgen. Ini merupakan test case bagi pemerintah, apakah pemerintah mampu menerjemahkan kisah
sukses di tingkat ekonomi makro menjadi sebuah kebijakan ekonomi yang mampu dinikmati langsung
oleh masyarakat?
Solusi menstabilkan harga-harga pada bulan puasa ini tidak terlalu complicated. Kenaikan harga
kebutuhan pokok selama ini ditengarai karena pemerintah meninggalkan perannya dalam memenuhi
kebutuhan pokok masyarakat. Mekanisme penyediaan kebutuhan pokok diserahkan sepenuhnya kepada
mekanisme pasar. Hal ini berbeda pada masa sebelum krisis, di mana peran pemerintah cukup signiikan
dalam menyediakan kebutuhan pokok masyarakat dan sekaligus mampu menstabilkan harganya melalui
Bulog.
Perlunya intervensi pemeritah di sektor riil ini tidak mengada-ada. Buku teks standar ekonomi
juga mengajarkan bahwa peran pemerintah dalam ekonomi harus ada, apalagi di negara sedang ber-
kembang sebagaimana disuarakan keras oleh ekonom kondang J. Stiglizt. Tetapi, sejak krisis ekonomi, atas
saran IMF ekonomi kita mengarah kepada sistem liberalisme. Kegiatan ekonomi sepenuhnya ditentukan
oleh mekanisme pasar. Hilangnya peran pemerintah dalam sektor riil
ini juga tidak pada kasus ekonomi kita. Kita bisa berkaca dari sektor inansial. Walaupun sistem kurs
yang kita anut adalah sistem kurs mengambang bebas sistem pasar, pemerintah melalui BI masih tetap
eksis di pasar valuta asing. Setiap terjadi tekanan terhadap rupiah, BI dengan sekuat tenaga akan
melakukan intervensi untuk menahan merosotnya rupiah.
Bagaimana dengan pasar di sektor riil se- perti barang-barang kebutuhan pokok? Jelas di
sini perlu peran pemerintah. Pemerintah harus kembali memposisikan peran Bulog pada khittahnya
sebagaimana pada masa Orde Baru. Dengan demikian Bulog harus aktif menyediakan dan menstabilkan
harga-harga kebutuhan pokok pada bulan puasa ini.
Dalam konteks ini, Bulog memang tidak akan mampu melakukan operasi pasar kepada semua
komoditas yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Namun, paling tidak Bulog harus
melakukan operasi pasar pada barang-barang yang menjadi cakupan operasi Bulog seperti beras dan
bisa diperluas untuk gula maupun minyak goreng.
Stabilitasi harga dari Bulog ini tentu perlu dana. Kalau di pasar valuta asing ada dana yang
selalu siap untuk stabilitasi kurs maka pemerintah harusnya juga menyediakan dana stabilitasi harga
barang-barang kebutuhan pokok melalui anggaran pemerintah. Dana stabilitasi harga kebutuhan pokok
ini lebih efektif daripada bantuan tunai langsung BTL di dalam menahan laju kemiskinan.
Stabilitasi harga kebutuhan pokok pada bulan puasa mempunyai dua tujuan. Pertama, agar masyarakat
bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan suasana hati yang itri dari sisi spiritual karena terampuni
dosa-dosanya maupun materi ekonomi karena tak dibebani melambungnya harga. Kedua, dari sisi
indikator makro, stabilitasi harga di bulan puasa akan meredam inflasi.
Jika pemerintah gagal menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok selama bulan puasa ini inflasi akan
menjadi hantu pada tahun ini. Sebenarnya, tidak ada lagi tekanan cukup berarti terhadap inflasi pasca
kenaikan BBM di penghujung tahun 2005 yang lalu. Selama ini berdasarkan data inflasi bulanan, kenaikan
kebutuhan pokok dan pakaian selama bulan puasa cukup dominan dalam menyumbang inflasi.
Sumber: Republika, 3 September 2007